Search This Blog

Monday, June 2, 2014

Surat Panjang Tentang Jarak Kita yang Jutaan Tahun Cahaya

Judul : Surat Panjang Tentang Jarak Kita yang Jutaan Tahun Cahaya
Pengarang : Dewi Kharisma Michellia
Sampul : Eka Apriliawan
Cetakan : Juni 2013
Tebal : 236 hlm
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama


 

            Ada surat panjang yang terlambat sampai. Tanpa nama pengirim, dan hampir basah oleh tempias hujan. Sebuah surat—bukan, surat ini panjang sekali dan juga indah, mungkin lebih tepat disebut sebuah kenangan dalam  sebundel surat. Dan siapa pengirimnya? Dia adalah seseorang yang merasa sebagai alien yang tengah tersesat di Bumi. Tunggu sebentar, ini bukan tentang sebuah sinetron di katanya menjiplak milik Korea. Ini adalah surat panjang, penuh oleh kenangan maupun pengalaman, yang harus coba kau baca agar kau jadi jauh lebih bijaksana.

            “Seorang manusia tidak boleh berhenti bernimpi—dan tidak boleh menghentikan mimpi orang lain.” (hlm 99)

            Semua berawal dari mimpi seorang wanita, ia belum menikah padahal sudah kepala empat, Mimpinya adalah menikah dengan pria masa kecilnya—yang masing-masing tidak akan menikah kalau bukan satu sama lain. Tapi pagi itu, undangan pernikahan si pria datang ke apartemen wanita itu. Maka, mulailah wanita itu menuliskan surat panjang berisi curahan hatinya, juga kisah hidup dan liku-liku pengetahuannya, pandangannya tentang dunia, untuk kelak dikirimkan agar dibaca si pria yang telah lebih dulu melanggar janji mereka berdua.

            Total ada 37 surat yang benar-benar panjang dalam buku ini. Benar-benar panjang dan tidak menjelma surat karena isinya begitu bernas, begitu padat, begitu kaya, juga begitu penuh ungkapan hati yang tak tersampaikan. Si wanita alien terus menanti sang pria, tetapi dunia terus berputar dan kadang janji akan menghilang. Di zaman seperti ini, murah sekali harga sebuah janji. Tapi untungnya si wanita sadar. Dia harus move on, dalam hidupnya yang melajang dan kesepian—hanya berteman baik dengan seorang pemilik toko buku yang gay—si wanita memutuskan untuk sehat. Ia harus menikmati dan menjalani kehidupan. Karena, seperti kata ungkapan-ungkapan bijak, tragedi dan kemalangan datang silih berganti, tetapi hidup harus tetap berlanjut.

            “Kesedihan membuat seseorang tidak menjadi dirinya sendiri, memikirkan terlalu banyak hal, dan akhirnya mengalami sakit.” (hlm 105)

            Dalam surat panjang ini, si wanita mencurahkan segala isi hati, jelas-jelas bahwa dia wanita yang cerdas dan berkarakter. Curhat-nya dalam surat ini jauh dari alay, melainkan penuh dengan kerasnya pengalaman hidup yang telah menjadikannya wanita mandiri yang konsekuen dengan pilihannya sendiri. Sebagai wartawan, pengetahuannya tentang sejarah republic ini sungguh luas, yakinlah pembaca akan mendapatkan banyak sekali pengetahuan baru terselip dalam buku ini. Mulai dari kerusuhan 1998, mumifikasi biksu di Jepang, database buku-buku bagus yang sebaiknya dibaca, sampai kebenaran tentang gadget.

            “Dengan alat-alat itu, semua orang di dalam bus tampak seperti tidak akan pernah membutuhkan satu sama lain.” (hlm 165)

            Begitu padat isinya, walau bersembunyi dalam sebuah surat. Pembaca yang mengira buku ini hanya kumpulan curhat sebenarnya rugi sekali. Surat-surat awal memang si wanita lebih banyak curhat, wajar mengingat dia baru dikhianati kekasihnya. Tetapi, semakin ke tengah, akan terasa sekali betapa berbobotnya buku ini. Banyak pengetahuan baru milik si wanita yang terbagi kepada kita, para pembaca, sekalipun surat-surat ini ditujukan untuk si pria. Dan, ketika seluruh surat selesai dan tidak bisa ditulis lagi, pembaca akan ditinggalkan untuk tercenung merenungkan makna hidup, bahwa setiap hidup adalah tanggung jawab masing-masing kita.


            “Pada akhirnya, setiap konsekuensi dari pilihanku harus kutanggung sendiri dan sberapa mampu aku dalam menghadapi kemungkinan-kemungkinan itulah yang menentukan kedewasaanku.” (hlm 98) 

6 comments:

  1. Iya, buku ini sebenarnya bikin kita berpikir tentang hidup kita sendiri dan pilihan-pilihan kita sendiri (>_<)
    Hebat ya tokoh perempuannya, bisa setia dalam hubungan yang bertepuk sebelah tangan.

    saya juga baca buku ini untuk Baca Bareng BBI.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Awalnya saya pikir buku ini simpel dan mendayu-dayu, ternyata sangat padat dan bergizi. Salut juga dengan tokoh perempuannya.

      Delete
  2. Pernah lihat buku ini di Gramedia, dan makin penasaran setelah baca reviewnya. >.< Perempuan kalo curhat emang panjang, apalagi kalo ga bisa ngomong langsung hanya bisa lewat surat buat orang yang disayang. Keren kalo ceritanya bisa berkembang ke kisah lainnya, kak. Penasaran terutama database buku bagus yang harus dibaca. Apa aja judulnya ya? :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, kudu banyak baca-baca buku sejenis ini. Ditimbun pun tetang indah

      Delete
  3. Tertarik pengen baca buku ini, selain karena review-nya yang menggiurkan, saya suka sama novel yang bercerita dalam bentuk surat. judulnya juga keren!

    ReplyDelete