Judul :
Pembunuhan atas Roger Ackroyd
Pengarang :
Agatha Christie
Penerjemah :
Maria Regina
Cetakan : 4,
1992
Tebal : 338
halaman
Penerbit:
Gramedia Pustaka Utama
Karya
ini oleh para pengamat disebut sebagai salah satu karya terbaik yang pernah
ditulis oleh sang ratu cerita detektif. Kisah pembunuhan Roger Ackroyd ini memiliki ending yang tak tertebak, sangat menipu
dan entah sudah berapa ratus ribu orang yang menepuk jidatnya sendiri karena
kecele dan salah mengira siapa sang pembunuh yang sebenarnya. Khasnya Tante
Agatha, dia mengisahkan ceritanya dengan berbelok-belok dan melebar ke
mana-mana, tetapi masih enak untuk dinikmati dan anehnya tidak membosankan. Setelah
disuguhi alur cerita yang kompleks, munculnya persoalan-persoalan tak terduga,
dan datangnya orang-orang baru; pembaca kemudian ditantang untuk menemukan
siapa sang pelaku. Dan hebatnya, semuanya diselesaikan lewat deduksi sederhana.
Pembunuhan atas Roger Ackroyd terbit
pertama kali tahun 1926 dan langsung membuat gempar dunia pembaca karena cara
Agatha Christie menyelesaikan kasus ini begitu di luar dugaan dan di luar pakem
cerita-cerita criminal. Jika Anda pernah membaca karya-karya Tante Agatha
lainnya, buku ini termasuk salah satu yang endingnya bikin pembaca terhenyak.
Efeknya sangat membikin “tepok jidat” sebagaimana saat kita membaca Buku Catatan Josephine dan Sepuluh Anak Negro.
Tuan Roger Ackroyd
ditemukan telah tewas karena racun di ruang kerjanya. Tidak diketahui siapa
pembunuhnya dan polisi pun kebingungan karena ada banyak sekali alibi serta
orang-orang terdekat yang punya motis untuk membunuh sang tuan tanah kaya itu.
Nyonya Ferrars adalah tersangka utama, tetapi keponakannya juga punya motif,
begitu pula sejumlah orang asing yang memiliki masalah piutang dengan pria tua
kaya itu
Tuan
Ackroyd juga memiliki seorang putra, Ralph Patton, yang berandalan dan hanya
hidup untuk bersenang-senang. Sebagai calon pewaris utama kekayaan keluarga,
anak itu telah membuat ayahnya kecewa. Maka, kecurigaan pun langsung mengarah
kepada sang anak muda. Siapa saja pasti langsung bisa menyimpulkan kalau Ralph adalah
sang pembunuh karena ia tidak sabar menunggu mendapatkan uang warisan. Hubungannya
yang tidak pernah baik dengan sang ayah juga semakin mendukung dugaan ini. Untungnya,
Flora, keponakan Ackroyd mampu berpikir jernih dengan meminta bantuan Tuan
Hercule Poirot yang memang baru pindah ke King’s Abbot. Diceritakan semuanya
kepada pensiunan detektif ini dan dengan tekniknya yang khas, Poirot melacak
satu demi satu benang ruwet yang membuat kasus ini terlihat begitu rumit.
Beragam peristiwa datang susul-menyusul, berbagai karakter baru muncul dan
saling berinteraksi; semuanya memunculkan semakin banyak kemungkinan.
Sampai-sampai, saya merasa agak bingung mau kemana cerita ini dibawa.
Di seri inilah pembaca
diperkenalkan untuk kali pertama dengan “sel-sel kelabu” dalam otak milik
Poirot yang sangat legendaris itu. Dari sel-sel inilah Poirot mengaku
mendapatkan kemampuan analisisnya yang luar biasa. Hal ini, dipadukan dengan
tindak tanduknya yang nyentrik akan mengingatkan kita akan Holmes, tetapi
setelah banyak membaca tentang Poirot pembaca akan menemukan perbedaan di
antara keduanya. Pada akhirnya, ketika
Poirot berhasil menemukan sang pelaku (yang pasti akan sangat mengejutkan
pembaca), maka telah muncul lagi satu lagi detektif ulung yang mampu menata
logika dan piawai memisahkan antara fakta dan cerita.
Misteri Hilangnya Agatha Christie selama 11 Hari
Misteri Hilangnya Agatha Christie selama 11 Hari
Kehebohan
novel The Murder of Roger Ackryoid ini
selain dari endingnya yang tak tertebak, juga turut disebabkan oleh peristiwa
menggemparkan yang terjadi pada sang penulis. Beberapa bulan setelah buku ini
terbit, tepatnya pada 4 Desember 1926, polisi menemukan mobil Agatha Christie
mangkrak dalam kondisi kosong tanpa ada pemiliknya. Pemiliknya diketahui keluar
rumah dengan menggendarai mobil itu beberapa jam sebelumnya. Tapi, tidak ada
yang tahu di mana dan bagaimana keadaan Agatha Christie saat itu. Keberadaannya
seolah hilang tanpa jejak, raib begitu saja. Maka, Inggris pun heboh, bahkan
seluruh Eropa ikut heboh dengan hilangnya sang penulis. Suaminya, Archie
Christie, menjadi tersangka utama. Hubungan keduanya memang sedang renggang,
bahkan proses perceraian sudah dan sedang berlangsung. Banyak orang yang
kemudian mencemaskan kemungkinan terburuk, bahwa Agatha akan bunuh diri
sebagaimana yang dilakukan oleh salah satu karakter dalam novel The Murder of Roger Ackroyd.
Ratusan polisi dikerahkan untuk mencari keberadaan sang penulis. Media heboh
dan surat kabar tak henti menulis beragam artikel atau berita tentang peristiwa
ganjil ini. Tepat selama 11 hari, Agatha Christie diberitakan telah raib dan
tak diketahui keberadaannya, sampai akhirnya ia tiba-tiba muncul begitu saja di
Swan Hydropatic Hotel, sebuah resor spa. Dia menggunakan nama palsu dan mengaku
berasal dari Cape Town, Afrika Selatan, dan mengaku datang ke tempat itu untuk
menghilangkan stress dan tekanan dalam kehidupan perkawinannya. Sampai
sekarang, tidak ada yang mengetahui apa yang dilakukan atau di mana Agatha Christie
selama 11 hari itu karena dia tidak pernah mau menceritakannya hingga akhir
hayatnya. Tapi, satu hal yang pasti, penjualan novel The Murder of Roger Ackroyd langsung melonjak tajam selama
dan setelah peristiwa menghilangnya sang penulis. Sebuah bentuk promosi ataukah
ini misteri lagi? Tak ada yang tahu.
Ini benar-benar misteri! Aaargh, semakin penasaran! Apalagi skandal-nya juga jadi misteri! Satu kata, WOW! :o
ReplyDeletememang buku yang ini WOW banget
DeleteHai ...aku udah baca novel inI dan sebenarnya bikin aku gak bisa tidur karna endingnya yg menurut aku agak gantung.
ReplyDeleteMenurut kamu apakah poirot akan memberitahukan ke masyarakat (paling tidak keluarga yg bersangkutan dgn mr. Acroyd ) siapa pembunuh yg sebenarnya (yg kita sama2 sudah tau siapa pembunuhnya dan tidak disangka oleh banyak org) atau tidak ada publikasi siapa pembunuhnya.
Karena di akhir cerita sepertinya poirot lebih menyarankan bahwa terdakwa untuk bunuh diri saja dari pada harus ditangkap dan disidang nantinya.
Jadi bagaimana menurut kamu?
Menurut saya endingnya cukup bagus kok. Si pelakunya bunch diri karna dia malu sama kayaknya. Nama baik nya di King's Abbot juga dipertaruhkan, makanya Poirot hanya tempat mata aja pas ngungkapin pembnuhnya.
DeleteSaya pikir ini ending yg epik. Karna sudah terlalu mainstream kalau penjahat/pembunuh dianggap ke Publik, ke Keluarga Korban dan ke Kepolisian dan Selesai. Ending seperti itu sudah terlalu banyak. Ending yg dilakukan Agata Kali ini bagus dan epik, Poirot hanya berbicara langsung ke pelaku Secara empat mata yg sebelumnya Poirot bilang ke keluarga Ackroyd bahwa pembnuhnya bknlah anaknya Patton.
Bunuh diri | kakaknya | empat mata |diungkap ke
DeleteSorry typo bgt haha
Menurut saya, Poirot melakukan hal itu karena sejatinya si pelaku adalah orang yang 'baik' dalam pandangannya. Poirot kemudian menyerahkan semuanya kepada pelaku, tentang bagaimana dia hendak menghukum dirinya sendiri.
Deletebaca dimanaa
ReplyDelete