Search This Blog

Wednesday, May 28, 2014

Dan Hujan pun Berhenti

Judul : Dan Hujan pun Berhenti
Pengarang : farida Susanty
Editor : Mira Rainayati
Cetakan: Pertama 2007
Tebal : 322 hlm
Penerbit : Grasindo




            “Hei! Kenapa menggantungkan (teru-teru bozu) itu?”
            “Biar hujan nggak turun.”
“Memangnya kenapa kalau turun?”
“Aku keburu mati sebelum bunuh diri.”
“Kamu mau bunuh diri?”
“Ya, asal nggak hujan.” (hlm 4)

Leostrada Andika, cowok bad boy dari SMA Wahutri, berasal dari keluarga kaya raya, setengah blasteran Indo-Jepang, jangkung, rambut spike, dan tatapan mata yang tegas. Dari luar, bocah ini adalah cowok idola abg-abg labil, tapi dari dalam jiwanya sakit! Kombinasi antara broken home, naluri anak muda yang meledak-ledak, darah panas, dan lingkungan yang sakit menjadikan Leo sosok yang selalu mengutuki dan merutuki dunia. Baginya, dunia adalah kelam dan kejam. Ia tidak percaya persahabatan, semua orang baginya munafik. Di balik tawanya, dia membenci semua orang yang dianggapnya munafik, termasuk sahabat-sahabatnya sendiri. Ayahnya sendiri suka memukulinya dan adik manisnya. Ibundanya yang suka mabuk dan gemar selingkuh mengusirnya dari rumah. Guru-guru juga sudah muak dan bosan kepada kelakuannya. Leomembenci semua orang, sampai suatu hari, seorang gadis bernama Iris menyapa jiwanya yang rapuh.
               
“Betapa manusia merasa dirinya kuat, padahal lemah luar biasa.” (hlm 181)

                Betapapun kerasnya perangai anak ini, Iris yang ceria dan selalu memandang dunia secara positif perlahan bisa “mengendalikan” Leo yang meledak-ledak. Satu kali Leo diselamatkan Tuhan dari bunuh diri lewat Iris. Bagi Leo, Iris adalah pelangi sekaligus penyeimbangnya. Perlahan, dirinya mulai mendingin dan mampu memandang dunia dari sisi positif. Iris ibarat yang,  meredam yin Leo yang panas. “Manusia adalah perkawinan otak dan hati, di mana keduanya kadang muncul secara random.” (hlm 123) Karena itu sifat Leo yang keraspun bisa berubah juga. Tetapi, cerita tidak sampai di sana. Ketika Leo mulai belajar mempercayai, takdir mengambil Iris secara tragis. Gadis manis itu meninggal tertabrak mobil, meruntuhkan dunia Leo sekali lagi. Ia kembali menjadi pemuda yang ganas dan suka mencari masalah.

            Tapi, muncul lagi malaikat penyelamat hidup Leo. Dia adalah Spiza, gadis yang ia selamatkan ketika mencoba bunuh diri. Melalui Spiza, Leo menemukan sosok Iris kembali, perangainya, semangatnya, perilakunya, tapi tidak semangat positifnya. Bagaikan kembaran Leo, Spiza adalah gadis yang terhantui oleh cobaan berat yang membuat hidupnya entah bagaimana selalu merana. Betapa marah ia kepada Leo yang mencegahnya bunuh diri. Tapi kemudian keduanya dipertemukan, Leo menganggapnya Iris kedua dan ia tidak lagi ingin kehilangannya. Sosok bad boy inipun mulai mengurangi darah panasnya. Kebenciannya kepada dunia masih meletup-letup, tapi ia mampu meredamnya melalui kehadiran Spiza hingga akhirnya sebuah pengakuan kembali meruntuhkan dunia Leo. Sebuah kebenaran tentang Spiza dan Iris, keduanya saling terkait, ada benang merah yang mengikat kedua garis itu, benang merah yang membuat Leo kembali meledak menantang dunia. Leo semakin yakin, semua orang itu munafik, semua orang adalah negative. Ia tidak mempercayai apa itu cinta atau persahabatan, baginya cowok adalah makhluk rasio dan cowok yang termewek-mewek oleh cinta adalah cowok cemen.

                Tetapi, Leo keliru. Persahabatan dan kasih sayang itu ada. Ia membenci semua orang di sekitarnya padahal di situlah terdapat orang-orang yang paling menyanyanginya. Ia selalu memprotes Tuhan karena ketidakbahagiaannya, sampai ia sadar ia sendiri yang selalu menolak untuk dibahagiakan.

                “…bahwa kebahagiaan yang gue cari tahunan ini ternyata ada di sekitar gue.” (hlm 302)

                 “… yang kita sebut sahabat sejati itu orang yang nggak pernah berhenti percaya sama sahabatnya sendiri walaupun dia sudah nggak percaya lagi sama kita! Yang nggak pernah pergi, apapun yang terjadi!” (226)

                “Percaya. Dan, memang cukup gitu untuk jadi temen lo. Gue tinggal berdiri di samping lo, ketawa saat lo ketawa, dan nyuruh berdiri lo saat lo jatuh.” (hlm 239)

                Ketika saya iseng melihat biodata penulis, saya langsung kaget melihat penulis yang saat buku ini dicetak masih berusia 17 tahun. Untuk ukuran anak SMA, sebuah karya sekelas dan hujan pun berhenti ibarat sebuah masterpiece. Novel ini begitu kaya akan konflik, begitu suram dan gelap, begitu meyakinkan, dan begitu dewasa—terlepas posisinya sebagai novel teenlit. Penyajiannya yang sangat gore and dark seolah hendak membelok dari kecenderungan novel-novel teenlit yang kala itu dikuasai oleh kisah-kisah indah dunia remaja. Bosan dengan kisah asmara anak basket versus cewek cupu, atau mengejar ketua OSIS yang tajir, pembaca langsung tertarik dengan novel ini (terbukti dengan terus dicetak ulangnya novel ini) karena novel ini memang benar-benar fresh, unik, dan sangat berbeda. Sangat layak ketika dan hujan pun berhenti mendapat anugrah KLA untuk penulis pemula berbakat tahun 2007.

                Keunggulan yang lain dari novel ini adalah keberaniannya mengangkat dunia remaja dari sisi yang jarang dilirik oleh penulis lain. Novel ini menggunakan sudut pandang karakter Leo, seorang badboy dengan latar belakang berantakan. Siap-siap saja membaca berbagai cacian dan sumpah serapah yang kadang begitu kasarnya, kasar tapi nyata. Karakter Leo ini benar-benar utuh dibangunnya, tidak setengah-setengah. Penulis yang masih remaja juga memaksimalkan unsur remaja dalam dirinya ke dalam novel ini, sehingga membaca dan hujan pun berhenti memang benar-benar terasa membaca karya seorang remaja. Sama sekali tidak ada tokoh yang sok dewasa yang sok menggurui pembaca, karena memang tokoh-tokohnya remaja. Alih-alih, penulis seperti mengajak pembaca menyaksikan perkembangan karakter si Leo ini, yang bolak-balik, begitu sering terserang kalut dan galau, lalu  meledak-ledak. Semuanya terasa begitu … alami.

                Dan, ketika pembaca sampai di ending, lelah dengan segala konflik dan jeratan yang terus-menerus mendera Leo, semuanya terasa begitu mengalir dan tidak dipaksakan. Hitam putih karakter hilang sudah, semua karakter membaur dengan pas, dikuasai oleh abu-abunya karakter dunia remaja sementara pembaca masih bisa menyimpulkan begitu banyak pelajaran tentang kehidupan. Ketika akhirnya hujan berhenti, Leo menyadari bahwa hujan selalu membawa keajaiban. Begitu juga dunia, yang penuh dengan keajaiban jika kita mau dan bersedia menerimanya. 

No comments:

Post a Comment