Search This Blog

Thursday, February 13, 2014

The 5 Wave (Gelombang 5)

Judul : The 5 Wave (Gelombang 5)
Pengarang : Rick Yancey
Penerjemah: Angelic Zaizai
Editor : Barokah Ruzianti
Tebal : 576 hlm
Cetakan: 1, 2013
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama



                Kita tidak pernah bisa membayangkan apa yang bakal terjadi seandainya alien benar-benar mendatangi (dan menyerang Bumi). Gambaran awal abad ke-20 tentang kedatangan alien sebagaimana dalam novel The War of the World  karya HG Wells adalah alien yang jahat dan hendak menginvasi Bumi. Kemudian, era Star Wars dan Star Trex  membuka pemahaman baru tentang alien yang ramah, di mana konsep alien ramah ini mencapai dramatisasi maksimalnya dalam film E.T  yang sangat mengharukan itu. Ketika film Independence Day booming sekitar tahun 2000-an, alien kembali digambarkan sebagai ras jahat yang hendak menguasai Bumi. Lalu, Pittacus Lore datang sebagai peyeimbang dengan si Nomor 4, di mana ada alien yang jahat maupun alien yang baik.

                Dalam Gelombang 5, Rick Yancey kembali pada model alien tidak ramah seperti pada awal abad ke dua puluh. Tidak tanggung-tanggung, jika dalam buku atau film sebelumnya manusia masih diberi kesempatan untuk melawan (dan berpeluang besar menang) maka dalam buku ini, manusia digambarkan sebagai pihak yang kalah. Konsepnya sama persis dengan novel saga Battlefield Earth (1970-an) yang sangat bagus itu. Bumi digambarkan sebagai kawasan pasca-kiamat yang diakibatkan oleh serangan alien. Untuk membedakannya dengan kisah-kisah alien yang lain, Yancey mengubah pola serangan alien dalam lima tahap.

Gelombang 1: Terjadi ledakan elektrostatik yang membuat seluruh perangkat listrik di Bumi macet atau rusak. Tidak ada listrik, siaran TV atau radio, jaringan internet putus, tidak bisa menelepon atau wassapan, apalagi Facebookan. Serangan ini mungkin tidak terlalu berpengaruh pada manusia zaman dulu, tapi bayangkan dampaknya pada manusia modern yang sekadar berpisah dengan gadget-nya pun tak bisa. Bisa dibayangkan apa yang terjadi, manusia modern seolah lumpuh.

Gelombang 2: Terjadi gelombang tsunami raksasa yang menghempas seluruh wilayah pantai di permukaan Bumi. Karena sekitar 40% populasi Bumi tinggal di pantai, jutaan manusia tidak berdosa tewas tersampu gelombang pasang yang naik sampai ratusan km ke daratan.

Gelombang 3: Terjadi serangan wabah merah yang menghabisi 60% penduduk Bumi yang berhasil selamat dari Gelombang 2. Dari semua serangan alien, serangan wabah inilah yang paling mematikan dan meminta banyak korban. Hanya tersisa ratusan atau ribuan manusia Bumi yang selamat. Dari yang awalnya 7 milliar, kini tinggal ratusan ribu. Kurang ajar bener itu si alien. Semoga Tuhan menghukum kalian. *bejek-bejek alien jahat.

Gelombang 4 : Di antara orang-orang yang selamat, muncul semacam ketidakpercayaan antara satu sama lain. Alien ternyata telah menyusupkan pasukannya pada janin manusia sejak dalam kandungan ibunya. Pengkhianat ada di sekitar kita, dan kita tidak benar-benar mampu dan tahu siapa kawan dan siapa lawan.

                Dari ratusan ribu yang masih bertahan, salah satunya adalah Cassie dan adik laki-lakinya. Terpisah dari adiknya, Cassie harus berjuang mempertahankan hidup di belantara Amerika yang sudah porak-poranda. Tidak tahu lawan, dan siapa kawan. Ini sampai ia bertemu dengan Evan Walker, seorang cowok misterius yang menjadi sekutunya sekaligus memporak-porandakan hatinya. Maka, dimulailah petualangan kedua anak muda ini dalam mencari adik Cassie. Sepanjang buku, kita akan dihibur oleh pikiran kocak Cassie (sebagai narrator utama dalam buku ini) yang mampu mengurangi suasana muram dari Bumi yang telah kalah. Walaupun tema-nya berat, tapi buku ini sangat berbau young adult dengan bumbu-bumbu romansa yang agaknya sangat banyak. Berbeda dengan Battlefield Earth yang penuh adegan pertempuran yang “laki” banget, Gelombang 5 cenderung lebih lembut, walaupun ada beberapa bagian yang cukup keras, semisal pelatihan militer yang digambarkan dengan begitu detail.

                Jika kau mencari buku tentang alien yang nggak nanggung, bacalah Gelombang 5. Buku ini belum sehebat Battlefield Earth saga, tapi cukup memberikan hiburan dan ide yang fresh. Setengah awal dari buku ini memang agak lambat alurnya, harus bersabar membacanya. Tetapi begitu sampai ke tengah, pembaca akan sulit melepaskan diri dari petualangan Cassie nan seru. Satu hal yang kurang mungkin adegan penghancuran Buminya yang kurang digambarkan secara kolosal, hanya dideskripsikan separagraf-dua paragraf dari ingatan Cassie. Sepertinya memang buku ini lebih berfokus pada emosi dan pengalaman personal Cassie, melihat kekalahan Bumi dari sudut pandang Cassie yang seorang cewek sehingga memang seperti itulah gambaran dunia setelah serangan alien. Tapi, salut untuk karakter Cassie ini, saya menyukainya sebagaimana para pembaca yang lain.

                Lalu, apakah Gelombang 5? Gelombang limanya adalah *kemudian sinyal ilang


                “Kita ada di sini, lalu kita mati, dan yang pentingbukan berapa lama waktu kita di sini, tapi apa yang kita lakukan dengan waktu tersebut. “ (hlm 571)

2 comments:

  1. Kenapa sinyalnya ilaangg? *emosi enggak penting

    ReplyDelete
  2. huaaa baca blurbnya aja udah penasaran.. baca review ini jd tambah penasaran :)

    ReplyDelete