Judul : The 5 Wave (Gelombang 5)
Pengarang : Rick Yancey
Penerjemah: Angelic Zaizai
Editor : Barokah Ruzianti
Tebal : 576 hlm
Cetakan: 1, 2013
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Kita
tidak pernah bisa membayangkan apa yang bakal terjadi seandainya alien benar-benar
mendatangi (dan menyerang Bumi). Gambaran awal abad ke-20 tentang kedatangan
alien sebagaimana dalam novel The War of
the World karya HG Wells adalah alien yang jahat dan hendak menginvasi
Bumi. Kemudian, era Star Wars dan Star Trex membuka pemahaman baru tentang
alien yang ramah, di mana konsep alien ramah ini mencapai dramatisasi maksimalnya
dalam film E.T yang sangat mengharukan itu.
Ketika film Independence Day booming
sekitar tahun 2000-an, alien kembali digambarkan sebagai ras jahat yang hendak
menguasai Bumi. Lalu, Pittacus Lore datang sebagai peyeimbang dengan si Nomor
4, di mana ada alien yang jahat maupun alien yang baik.
Dalam
Gelombang 5, Rick Yancey kembali pada
model alien tidak ramah seperti pada awal abad ke dua puluh. Tidak
tanggung-tanggung, jika dalam buku atau film sebelumnya manusia masih diberi
kesempatan untuk melawan (dan berpeluang besar menang) maka dalam buku ini,
manusia digambarkan sebagai pihak yang kalah. Konsepnya sama persis dengan
novel saga Battlefield Earth (1970-an)
yang sangat bagus itu. Bumi digambarkan sebagai kawasan pasca-kiamat yang diakibatkan oleh serangan alien. Untuk
membedakannya dengan kisah-kisah alien yang lain, Yancey mengubah pola serangan
alien dalam lima tahap.
Gelombang 1: Terjadi ledakan elektrostatik
yang membuat seluruh perangkat listrik di Bumi macet atau rusak. Tidak ada
listrik, siaran TV atau radio, jaringan internet putus, tidak bisa menelepon
atau wassapan, apalagi Facebookan. Serangan ini mungkin tidak terlalu
berpengaruh pada manusia zaman dulu, tapi bayangkan dampaknya pada manusia modern
yang sekadar berpisah dengan gadget-nya
pun tak bisa. Bisa dibayangkan apa yang terjadi, manusia modern seolah lumpuh.
Gelombang 2: Terjadi gelombang tsunami
raksasa yang menghempas seluruh wilayah pantai di permukaan Bumi. Karena
sekitar 40% populasi Bumi tinggal di pantai, jutaan manusia tidak berdosa tewas
tersampu gelombang pasang yang naik sampai ratusan km ke daratan.
Gelombang 3: Terjadi serangan wabah merah
yang menghabisi 60% penduduk Bumi yang berhasil selamat dari Gelombang 2. Dari
semua serangan alien, serangan wabah inilah yang paling mematikan dan meminta
banyak korban. Hanya tersisa ratusan atau ribuan manusia Bumi yang selamat.
Dari yang awalnya 7 milliar, kini tinggal ratusan ribu. Kurang ajar bener itu
si alien. Semoga Tuhan menghukum kalian. *bejek-bejek alien jahat.
Gelombang 4 : Di antara orang-orang yang
selamat, muncul semacam ketidakpercayaan antara satu sama lain. Alien ternyata
telah menyusupkan pasukannya pada janin manusia sejak dalam kandungan ibunya.
Pengkhianat ada di sekitar kita, dan kita tidak benar-benar mampu dan tahu
siapa kawan dan siapa lawan.
Dari
ratusan ribu yang masih bertahan, salah satunya adalah Cassie dan adik
laki-lakinya. Terpisah dari adiknya, Cassie harus berjuang mempertahankan hidup
di belantara Amerika yang sudah porak-poranda. Tidak tahu lawan, dan siapa
kawan. Ini sampai ia bertemu dengan Evan Walker, seorang cowok misterius yang
menjadi sekutunya sekaligus memporak-porandakan hatinya. Maka, dimulailah
petualangan kedua anak muda ini dalam mencari adik Cassie. Sepanjang buku, kita
akan dihibur oleh pikiran kocak Cassie (sebagai narrator utama dalam buku ini)
yang mampu mengurangi suasana muram dari Bumi yang telah kalah. Walaupun
tema-nya berat, tapi buku ini sangat berbau young
adult dengan bumbu-bumbu romansa yang agaknya sangat banyak. Berbeda dengan
Battlefield Earth yang penuh adegan
pertempuran yang “laki” banget, Gelombang
5 cenderung lebih lembut, walaupun ada beberapa bagian yang cukup keras, semisal
pelatihan militer yang digambarkan dengan begitu detail.
Jika
kau mencari buku tentang alien yang nggak nanggung, bacalah Gelombang 5. Buku ini belum sehebat Battlefield Earth saga, tapi cukup
memberikan hiburan dan ide yang fresh. Setengah awal dari buku ini memang agak
lambat alurnya, harus bersabar membacanya. Tetapi begitu sampai ke tengah,
pembaca akan sulit melepaskan diri dari petualangan Cassie nan seru. Satu hal
yang kurang mungkin adegan penghancuran Buminya yang kurang digambarkan secara
kolosal, hanya dideskripsikan separagraf-dua paragraf dari ingatan Cassie.
Sepertinya memang buku ini lebih berfokus pada emosi dan pengalaman personal
Cassie, melihat kekalahan Bumi dari sudut pandang Cassie yang seorang cewek
sehingga memang seperti itulah gambaran dunia setelah serangan alien. Tapi,
salut untuk karakter Cassie ini, saya menyukainya sebagaimana para pembaca yang
lain.
Lalu,
apakah Gelombang 5? Gelombang limanya adalah *kemudian sinyal ilang
“Kita ada di sini, lalu kita mati, dan yang
pentingbukan berapa lama waktu kita di sini, tapi apa yang kita lakukan dengan
waktu tersebut. “ (hlm 571)
Kenapa sinyalnya ilaangg? *emosi enggak penting
ReplyDeletehuaaa baca blurbnya aja udah penasaran.. baca review ini jd tambah penasaran :)
ReplyDelete