Search This Blog

Monday, January 27, 2014

Aesop (Aesop in Fableland)



Judul : Aesop (Aesop in Fableland)
Pengarang : Andrew Bailey
Penerjemah : Imam Risdiyanto
Cetakan: 1, 2004
Tebal : 80 hlm
Penerbit : Liliput



Cover: Versi amazon karena saya tidak bisa menemukan foto versi penerbit Liliput di internet


                Nama Aesop sudah begitu melengenda di dunia sebagai seorang pendongeng dari era Yunani kuno yang suka mengisahkan fabel-fabel atau kisah-kisah binatang yang berisi kebijakan kehidupan. Tokoh yang diperkirakan hidup sekitar abad ke enam sebelum Masehi ini dikenal sebagai pendongeng yang piawai memperlihatkan kebijaksanaan dan kebodohan manusia melalui cerita-cerita binatang. Melalui fabel ini pula ia memberi pelajaran moral kepada para penyimak dongeng binatangnya. Dalam berbagai literatur, Aesop konon dilahirkan sebagai seorang budak di kota Thrace, Yunani, sebelum akhirnya ia dibebaskan oleh tuannya saat dewasa karena kebijaksanaan yang dimiliki Aesop. Kebiasaan waktu itu mensyaratkan seorang budak yang hendak dibebaskan untuk tinggal sementara di pulau Samos. Setelah merdeka, ia berkeliling negeri sambil mengisahkan dongeng-dongengnya sebelum akhirnya terbunuh ketika menggunjungi Delphi.

                Tidak ada catatan tertulis yang menyebut bahwa Aesop pernah mencatat fabel-fabelnya. Kumpulan Fabel Aesop yang kita baca sekarang merupakan kumpulan kisah yang disampaikan dari mulut ke mulut selama ratusan tahun, dari orang-orang yang konon pernah menyimak Aesop mendongengkan fabel-fabelnya. Baru 200 tahun setelah kematiannya, fabel-fabel ini muncul dalam bentuk tertulis. Jadi jelas bahwa yang mengumpulkan adalah para penerusnya, bukan Aesop sendiri. Sejak itulah, berbagai versi dari fabel-fabel ini muncul, dan lestari sampai saat ini.

                Karena minimnya informasi tentang kehidupan sang tokoh besar inilah akhirnya Andrew Bailey mencoba menuliskan (dalam versi fabelnya sendiri) bagaimana kisah dibalik penciptaan fabel-fabel Aesop yang termasyur. Dengan mencontek setting cerita Alice in Wonderland, Bailey kemudian menuliskan sebuah buku cantik tentang suatu  hari di masa kecil Aesop, dan terciptalah buku unik ini, Aesop in Fable Land pada tahun 1979. Dalam novel tipis namun sangat hangat dibaca ini, Bailey menceritakan bagaimana Aesop kecil suatu hari secara tidak sengaja terbawa angin ke tempat antah-berantah (tapi settingnya masih di Yunani kuno) dan bertemu dengan orang tua yang bijak. Di negeri ajaib ini, ia mendapati binatang-binatang yang dapat berbicara maupun bertingkah laku seperti manusia. Dan dari merekalah ia akan belajar banyak tentang kehidupan.

                “Kamu tidak perlu duduk di dalam kelas untuk bisa belajar tentang hidup.” (hlm 11)    
  
Dalam awal perjalanan, Aesop dan si orang tua dihadang oleh angin badai yang sangat kuat. Keduanya pun merapatkan mantel hangatnya agar tidak kabur terbawa angin. Sekejap kemudian, matahati tiba-tiba bersinar  terik, dan Aesop pun segera melepaskan mantel hangatnya karena kepanasan. Inilah kebijakan yang pertama. Ternyata angin dan matahari tengah bertaruh untuk melihat siapa di antara keduanya yang bisa melepaskan mantel dari badan Aesop. Angin menghembus dengan kuat agar mantel Aesop terlepas, tapi dia gagal. Giliran matahari yang dengan santainya menyinari Aesop hingga kepanasan, dan Aesop pun melepas mantelnya. Matahari yang menang. Angin memaksa, sementara matahari membujuk.

“ … bujukan seringkali lebih kuat daripada paksaan.” (hlm 16)

Di perjalanan selanjutnya, mereka melihat perlombaan lari antara kelinci dan kura-kura. Bisa ditebak, kura-kuralah yang menang karena dia tekun bergerak walau sedikit demi sedikit. Kelinci yang telanjur sombong akhirnya tidur dulu saat lomba, berpikiran bahwa ia akan berhasil menyusul kura-kura. Faktanya, kura-kura yang sampai terlebih dahulu. Dari kisah ini, Aesop mendapat pelajaran ketiga:

“Tidak selalu yang tercepat, yang terkuat, atau yang terbesarlah yang akan menang. Dengan perlahan dan terus-menerus, sering kali kita bisa memenangkan balapan.” (hlm 24).

Berikutnya, mereka bertemu dengan sekelompok binatang yang sedang muram. Mereka adalah kambing, buruk gagak, anjing, dan rusa besar. Masing-masing datang dengan kisah dan ceritanya masing-masing. Sambil makan, para binatang itu mendapatkan petuah-petuah bijak dari si orang tua tentang berbagai hal, bahwa keserakahan adalah biangnya kehilangan, bahwa keberuntungan tidaklah untuk disombongkan, jangan mengambil lebih dari yang dibutuhkan, dan jangan pernah mempercayai orang yang terlalu memujimu. Aesop, sekali lagi belajar banyak dari sini.

Total ada 10 kisah dalam buku kecil ini. Masing-masing disampaikan dengan begitu hangat dan mengandung pelajaran luhur yang sangat indah. Digambarkan oleh Bailey, dengan cara seperti inilah konon Aesop mendapatkan ilham untuk fabel-fabelnya. Sebuah kisah pendek yang dikisahkan dengan sangat indah. 

23 comments:

  1. Oh, ini tipis ya mas Dion? Haha... awalnya mo baca ini tapi kirain tebel trus ga jadi deh :p

    Masuk wish list nih! :D

    ReplyDelete
  2. “ … bujukan seringkali lebih kuat daripada paksaan.” noted. Suka petikan ini,. :)

    ReplyDelete
  3. Aku tahu beberapa dongengnya, terutama yang kura-kura dan kelinci. Tapi baru tahu ada buku ini ._.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bukan, ini bukan yang Aesop fable, tp Aesop in Fableand. Ini versi modernnya

      Delete
  4. waaah baru tau buku ini udah diterjemahin :) kisah2nya klasik banget yaaa...jadi pingin baca deh :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bukan mbak, ini semacam prekuel dari kisah2 Aesop. Tp yg nulis orang modern :)

      Delete
  5. wah, aku tau itu lomba kelinci dan kura-kura. well, jadi lambat ngga selalu buruk kan X)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Lambat apa dulu nih? Lambat menghabiskan timbunan?

      Delete
  6. Replies
    1. Iya mbak, mau pinjem? ini anak-anak bingits lo nuansanya, keren.

      Delete
  7. Aesop ini jenius sepertinya ya...
    Eh tetralogi pulau Burunya Pram juga awalnya diceritakan via lisan dulu kan?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, keren ya Pram itu. Kisah oral aja bisa sebagus itu

      Delete
  8. sejak disebut ma mba Fanda jadi penasaran pengen baca. Blom ada versi terjemahannya ya ini

    ReplyDelete
  9. oh ini beda tho dengan Aesop Fable. kirain sama. udah seneng aja padahal tau ada versi terjemahannya :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya beda, kayaknya memang belum diterjamhn. Kanapa ya.

      Delete
  10. Wah, 10 cerita dalam 80 halaman? Wah, Dion bisa sambil merem nulis reviewnya wkwkwk....

    ReplyDelete
  11. wah belum pernah liat bukunya, kayaknya beruntung deh kang bisa dapat buku ini ;)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Huum kang, harganya cuma 5rb lho. Besok kalo ada lagi kubeliin kang

      Delete
  12. baru tau buku ini, covernya sederhana banget yaa...
    oya, dari dulu aku belum kesampaian baca buku-buku terbitan liliput ini... :))

    @lucktygs
    http://luckty.wordpress.com/2014/01/30/review-the-frog-princess/

    ReplyDelete