Search This Blog

Monday, December 2, 2013

Bloody River


 Judul : Bloody River
 Pengarang : Esa Nalendra
 Editor : RN
 Halaman : 214 hlm
 Cetakan : pertama, Oktober 2013
 Penerbit : GACA
             

         Lima abg dari kota, merasa penat dengan sumpeknya kota, memutuskan untuk berkemah di alam liar.  Udara segar yang mereka cari, pemandangan indah yang mereka nanti; tapi sayang, yang menunggu di depan adalah tragedi. Mereka berkemah di tempat dan di waktu yang salah! 

18957264



                Semua berawal ketika keputusan berkemah itu dilakukan secara terburu-buru, dan mengabaikan peringatan dari orang tua. Biasalah, tipikal anak-anak remaja yang cenderung suka membangkang, tidak gampang dinasehatin, dan jagonya ngeles. Tapi, kali ini, kelima remaja itu akan merasakan sendiri akibat dari tidak mematuhi nasihat dari orang tua. Kawasan tepian sungai yang hendak  mereka gunakan untuk berkemah tiba-tiba berubah menjadi hutan yang menyesatkan. Seharian mereka berputar-putar dan tak tampak sekalipun jalan keluar. Kelima anak abg itu, enam orang ditambah satu anak dari sekitar situ, tersesat di kawasan tepian sungai yang terkenal angker. Mereka telah melangkahi akar mumang (akar mimang).


Akar Mimang berasal dari Pohon Dewandaru. Sejak zaman dahulu akar mimang sering digunakan masyarakat jawa sebagai sarana untuk menjaga rumah atau gedung yang menyimpan barang berharga dari orang yang berniat jahat (pencuri). Rumah atau kantor yang halamannya ditanam Akar Mimang akan mampu membuat bingung pencuri yang masuk. Akar Mimang ini berwarna kuning kecoklatan. Akar ini sering di sebut dengan oyot mimang atau akar mimang karena menonjol pada permukaan tanah, bumi. Akar ini sangat terkenal mistik, konon siapa saja yang melangkahi akar ini di dalam hutan maka akan bingung dan tersesat, akar ini maupun kayunya sangat di yakini mempunyai memiliki nilai tuah tersendiri. (sumber: pusatbendabertuah.wordpress.com)



                Keadaan semakin diperparah dengan munculnya danyang atau mahkluk gaib penguasa sungai yang mengincar nyawa salah satu dari enam anak muda itu. Sudah menjadi keyakinan lokal bahwa wilayah pertemuan dua sungai adalah wilayah yang wingit alias keramat. Di tempat-tempat seperti inilah dipercaya sebagai tempat bersemayamnya jin-jin penunggu sungai. Lebih parahnya lagi, sungai itu konon selalu meminta tumbal manusia setiap tahunnya saat banjir, dan saat-saat sungai banjir itu bertepatan dengan waktu ketika enam anak remaja kota itu sedang berkemah.  Sang danyang penunggu sungai yang bermata merah dan basah pun menghantui rombongan anak kota ini. Dan, saat itulah anak-anak itu tahu bahwa terkadang mitos lokal itu ada benarnya. Bahwa ada kekuatan-kekuatan alam yang sebaiknya tidak diganggu dan diusik. 


                Bloody River bisa dibilang cerita horor yang menghibur. Saya tidak menyangka bisa menikmati novel ini, padahal saya suka ilfil kalau melihat novel-novel horor Indonesia yang ditulis dari skenario film layar lebar. Tanpa sadar, saya larut dan berulang kali merasa merinding membacanya, juga penasaran mengetahui akhir dari cerita ini, tentang siapa yang akan menjadi korban, dan apakah atau siapakah mahkluk gaib yang selalu meneror mereka. Ada twist di bagian belakang buku yang ternyata tidak tertebak.  

                Penulis pandai sekali memainkan emosi pembaca, membuat pembaca terus deg-deg dan penasaran, ini ditambah dengan deskripsi dan narasinya yang singkat tapi tidak meluber ke mana-mana. Karakter-karakternya pun digarap dengan tidak lebai, khas tipikal anak-anak muda, tapi tidak berusaha sok dewasa. Penyelesaian masalah pun dilakukan secara logis, meskipun yang mereka hadapi adalah mahkluk supranatural. Tulisannya rapi, khas penulis yang sudah banyak berkarya, atau kalau tidak pasti telah memiliki sense of writing yang ciamik. Walau genrenya teenlit, buku Bloody River adalah buku horor lokal yang tidak rugi dibaca.  

               











No comments:

Post a Comment