Judul : Ender’s Games
Pengarang : Orson Scott Card
Penerjemah : Kartika Wijayanti
Penyunting : Nunung Wiyati
Cetakan : 1, Oktober 2013
Halaman: 481 halaman
Penerbit : Mizan Fantasi
Kisah fantasi yang digarap dengan luar biasa terperinci,
itulah Ender’s Game. Memadukan antara
elemen fiksi ilmiah dan permainan psikologis, Ender’s Game adalah sebuah kisah tentang permainan dan pertempuran epik. Sebuah perang yang
terjadi di masa depan, ketika Bumi di invasi oleh mahkluk luar angkasa
berbentuk serangga bernama bugger. Manusia
harus bangkit dan melawan. Teknologi dipercanggih, armada kapal bintang
dibangun, dan perlindungan di bangun di
sekitar sabuk asteroid antara Mars dan Jupiter untuk melindungi Bumi.
Pengalaman masa lalu mengajarkan bahwa manusia kalah jumlah dari para bugger. Tapi, jumlah bisa dikalahkan
oleh kualitas. Seorang komandan legendaris bernama Mazer Rackham dikisahkan
mampu memukul mundur dan mengalahkan para bugger
lewat strategi dan kepemimpinannya. Dunia lalu menyadari bahwa mereka memerlukan
Mazer Rackham- Mazer Rackham yang lain. Maka, seleksipun diadakan. Anak-anak
terpilih diambil dan dimasukkan dalam pelatihan yang lebih menyerupai
kompetisi. Tapi, hanya satu anak yang ditakdirkan untuk memenangkan (dan selalu
memenangkan) permainan ini. Anak itu bernama Ender Wiggins, dan ini adalah
permainannya, ini adalah Ender’s Game
Andrew
(kemudian menyebut dirinya Ender) Winggin terlahir sebagai seorang third, yakni anak ketiga yang seharusnya
dilarang untuk dilahirkan karena pemerintah Bumi hanya membatasi dua anak.
Ender memiliki dua kakak, Peter dan Valentine. Peter adalah kebalikan dari
Ender, kejam, sok berkuasa, dan mau melakukan apapun demi kejayaannya.
Valentine adalah jagonya empati, mampu mengendalikan orang lain dengan bujukannya.
Ia adalah persona tengah antara Peter dan Ender. Tapi, pemerintah Bumi memilih
Ender sebagai calon anak yang akan dilatih di Battle School, sebuah sekolah untuk
mempersiapkan para calon penerbang dan pasukan untuk melawan para bugger. Sekolah ini berada dalam sebuah
stasiun khusus yang mengorbit di suatu tempat di Tata Surya dan akan menjadi
rumah pertama bagi Ender. Sebuah rumah yang kemudian mengubah kehidupannya, dan
juga mungkin nasib alam semesta.
Kutipan
pada backcover buku ini terus terang,
maaf, agak menipu. Bukan berarti bukunya jelek, tidak, buku ini isinya bagus
sekali, layak menjadi novel fantasi klasik dan memang tidak digarap
setengah-setengah. Hanya saja, maaf, saya tidak mendapatkan isi buku ini sesuai
dengan paragraf pertama di halaman belakang. Pertempuran epic antara manusia
(yang dipimpin oleh Ender) melawan prajurit serangga seperti dalam film Starship Trooper (Siapa tahu film itu
mungkin terinspirasi oleh Ender’s Game)
itulah yang saya harapkan selepas membaca back
cover-nya, tapi ternyata dugaan saya meleset jauh. Aspek psikologis Ender
lebih banyak disorot dalam buku ini. Bagaimana anak itu ditumbuhkan menjadi
seorang Mazer Rackham kedua, bagaimana ia diisolasi dari teman-temannya agar
bisa berfokus dengan takdirnya, bagaimana skenario dibuat dan ditimpakan
kepadanya untuk mencapai hasil yang diinginkan. Sebagian isi buku ini cukup
bertele-tele, khas novel tahun 60 – 70-an, tapi novel ini sepertinya juga
digarap melalui riset yang benar-benar serius, seperti novel-novel dari tahun yang
sama.
Aspek
psikologis dan perkembangan teknis bertarung Enderlah yang menjadi daya tarik
utama Ender’s Game. Juga, kepiawaian
penulis dalam mendeskripsikan berbagai perrangkat masa depan. Dalam buku ini
sudah ada internet dan pemindahan foto lewat jaringan komputer, juga permainan
simulasi 3D yang tampaknya belum ada ketika novel ini pertama kali diterbitkan
tahun 1977. Inilah yang membuat Ender’s
Game menjadi salah satu karya
fantasi klasik yang menjadi tonggak ramainya kisah fantasi ala science-fiction berbasis luar angkasa
menyusul Star Wars. Hanya saja, bagi
pembaca yang mengharapkan pertempuran melawan alien seperti I am Number 4 atau Starship Trooper tampaknya harus mencari bacaan yang lain dulu.
Walaupun ini adalah novel yang sangat layak baca. Mungkin, sekuel-sekuel
berikutnya akan lebih seru dan lebih banyak adegan pertempurannya.
Catatan: Saya suka sekali covernya, futuristic namun tidak
norak. Tapi, saya tidak suka kertasnya yang buram tapi kasar. 4 bintang untuk buku ini.
No comments:
Post a Comment