Judul : Aurora di Langit Alengka, Tangan-Tangan Hebat Penyelamat Dewi
Sinta
Pengarang : Agus Andoko
Editor : Misni P
Halaman : 606 halaman
Cetakan: 1, Maret 2013
Penerbit : DIVA Press
Jika ada sebuah cara yang begitu
menyenangkan untuk kita bisa belajar tentang dunia wayang, maka membaca buku
ini adalah salah satunya. Penggabungan yang sangat berani antara cerita fantasi
dan dunia Ramayana yang begitu apik, dengan beragam pengetahuan lokal tentang
makanan, obat-obatan, tradisi, serta kekayaan alam Nusantara. Aurora di Langit Alengka adalah sebuah
buku tebal yang sarat akan isi. Pembaca akan mencapatkan 3 hal sekaligus dengan
membaca buku ini: penghiburan lewat kisahnya yang seru, pengetahuan tentang
dunia wayang dan Ramayana, serta khazanah kekayaan lokal (terutama bangsa
Jawa). Sebuah buku yang patut diapresiasi, tidak heran jika bahkan Dalang Ki
Mantep Soedhaesono pun ikut memberikan dukungan bagi penulisan novel ini.
Dari segi cerita, Aurora di Langit Alengka memadukan
antara kisah fantasi dengan dunia perwayangan. Dikisahkan, empat orang sahabat (Bara,
Radit, Laras, dan Mambang) yang masih remaja tanpa sengaja menemukan sebuah jalan
rahasia untuk masuk ke dunia Ramayana saat mereka berlibur di rumah eyangnya di
Klaten. Tahu-tahu, mereka muncul di bukaan pohon beringin yang ternyata ada di
tengah alun-alun ibu kota Kosala. Bayangkan keterkejutan (sekaligus
kegembiraan) mereka karena kebetulan keempat
anak muda ini juga sangat menggemari dunia wayang. Laras, satu-satunya cewek
dalam kelompok itu, tentu saja merasa sangat senang karena ia akhirnya bisa
menyaksikan langsung idolanya di dunia wayang, Dewi Sinta.
Tak butuh lama, keempatnya kemudian
berbaur ke kehidupan Alengka. Mereka tinggal bersama sebuah keluarga sederhana,
menikmati keindahan dari masa-masa tempo dulu ketika teknologi belum ada:
membajak sawah dengan kerbau, mandi di sungai, berburu di hutan sepertlunya,
menyantap makanan yang sederhana namun nikmat, mengikuti upacara sesaji desa
yang penuh kehangatan, dan puncaknnya, menghadiri acara pernikahan antara Rama
dan Sinta. Bahkan, mereka bisa melihat para bidadari dari kayangan yang asli,
serta para dewa-dewi, batara-batari penguasa alam. Puas dengan segala keajaiban
itu, Laras yang begitu nge-fans dengan Sinta memutuskan untuk mengubah jalannya
cerita Ramayana. Ia ingin menyelamatkan Sinta dari penculikan yang dilakukan
Rahwana.
Maka rencana disusunlah. Keempatnya
kemudian masuk ke Hutan Dandaka, lokasi di mana Sinta akan diculik oleh Rahwana. Selama di hutan,
keempat anak muda itu telah belajar ilmu berburu kepada Suku Hutan jadi ketika
akhirnya mereka bertemu dengan rombongan Rama, Laksmana, dan Sinta; keempatnya
terbukti menjadi sahabat-sahabat yang senasib-sepenanggunggan, sama-sama
berburu dan berjuang menghabiskan masa pembuangan di hutan. Cerita pun bergulir
sebagaimana Ramayana dikisahkan. Salah satu antek Rahwana mencoba menarik Sinta
dengan mengubah diri menjadi kijang kencana. Tapi, Laras yang sudah tahu hal
ini memperingatkan Sinta. Rahwana gagal menculik Sinta, tapi sebagai akibatnya,
Laras lah yang diculik dan dibawa ke negeri Alengka.
Entah bagaimana, kisah pun bergulir
mengikuti pakem yang sudah ditetapkan dalam Ramayana,
kecuali dalam hal ini yang diculik adalah Laras dan bukannya Sinta. Merasa
berutang budi, Rama pun betekad membebaskan sahabatnya itu. Dikumpulkannya
semua tokoh-tokoh yang ada du pewayangan untuk menggempur Alengka. Dan, perang
besar pun menanti di depan. Sebuah perang epic tentang Ramayana yang luar biasa, penuh keajaiban dan juga darah, namun
banyak mengajarkan tentang kesetiaan, nasionalisme, pengurbanan, jiwa ksatria,
serta keberanian.
Saya belajar banyak
sekali tentang tokoh-tokoh Ramayana dari
buku ini walaupun belum membaca versi yang asli. Siapa orang tua Sinta, tentang
gugurnya Kumbakarna, tentang berbagai senjata milik pada tokoh pewayangan,
tentang Jatayu, Hanoman, dan Sugriwa, mengapa Rama dan Sinta dibuang ke Dandaka,
asal-usul Rahwana, juga tentang garis besar dari pertempuran dalam Ramayana
yang sangat epic itu. Sebagai tambahan, penulis juga menyisipkan berbagai
pengetahuan lokal (local genius) yang
begitu berlimpah dalam buku ini. Tentang beragam jenis makanan dan obat-obatan,
tentang kebiasaan dan kehidupan orang-orang zaman dulu, tentang adat-istiadat
di negeri-negeri jauh, juga tentang sikap-sikap luhur yang dulu pernah begitu dijunjung tinggi oleh para
leluhur. Ini benar-benar sebuah buku fantasi karya anak negeri yang digarap
dengan sangat kreatif dan berbobot.
Luar biasa. Jadi ingin buat filmnya ��
ReplyDelete