Judul : Embroideries (Bordir)
Penulis : Marjane Satrapi
Penerjemah : Tanti Lesmana
Ilustrasi
Sampul : Marjane Satrapi
Cetakan : 1, 2006, 136 hlm
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Membaca
karya grafis Marjane Satrapi ibarat menemukan dua dunia yang saling bertolak
belakang namun menyatu dalam satu ilustrasi dan kisah yang bukan hanya unik,
namun juga mengugah. Antara goresan warna hitam blok yang memenuhi halaman
serta lembar-lembar putih polos yang mengisi sela antar karakter. Antara sketsa
tokoh yang bercorakkan tegas namun meliuk-liuk dengan balon kata tak beraturan
yang penuh dengan kritik sosial. Di dalamnya, akan kita temukan cerminan dari
kehidupan manusia di pelosok negara bernama Iran. Bordir bisa diibaratkan sebagai refleksi dari penulis terhadap kondisi
Timur yang ia gambarkan secara Barat. Temanya juga rata-rata sama, tentang
nasib wanita yang menjadi korban budaya yang sangat patriakal.
Bordir seperti hendak mengumandangkan pada khayalak bahwa manusia
di manapun sebenarnya sama saja, tidak di Barat dan tidak di Timur. Barat punya
kelebihan, Timur juga. Barat banyak kelemahan, Timur pun begitu. Jika lelaki
cenderung mendominasi dan menang sendiri, maka wanita lebih suka bergosip di
belakang punggung. Semuanya sama saja di mana-mana. Mungkin, itulah yang hendak
ditekankan oleh Satrapi dalam Bordir.
Novel grafis ini mengisahkan
dengan lucu realitas para wanita di Iran yang ternyata juga suka bergosip. Di
waktu luang setelah makan siang ketika para pria tidur, mereka akan bergerombol
dan sejenak kemudian muncullah sebuah topik seru yang segera saja menjadi bahan
perbincangan. Satu topik menyambung ke topik lain, kadang malah tidak ada
hubungannya sama sekali namun wanita memang selalu pandai dalam berbicara
sehingga topik apapun menjadi asyik. Mulai dari mengunjingkan tetangga hingga
pengalaman seks di ranjang, siapa bilang wanita kurang bersemangat jika bicara
soal seksualitas. Ketika pria absen sejenak dan mereka bergerombol dengan
sesamanya, wanita akan membuka percakapan tentang apa saja, bahkan aib dan
pengalaman memalukannya sendiri. Tidak jauh beda dengan pria sih jika mereka
juga saling bertemu dengan sobat-sobat akrabnya.
Tapi,
sementara pria menyukai bola dan politik, wanita lebih menyukai pembicaraan
tentang manusia. Dalam pergunjingan itu, terselip pula cerminan keadaan sosial
dari suatu masyarakat. Melalui Bordir, terlontarlah
semacam kritik sosial tidak langsung tentang kondisi wanita di Iran. Tentang
bagaimana pernikahan masih sangat dipaksakan, tentang masih kurangnya
penghargaan terhadap wanita. Kenapa pria selalu menuntut keperawanan padahal
wanita juga berhak menuntut keperjakaan. Bordir sendiri adalah istilah yang
pernah marak di Iran, yakni operasi untuk menambal selaput dara yang sudah
robek sehingga wanita akan mengeluarkan darah pada malam pertama. Darah ini
dianggap sebagai perlambang masih sucinya wanita. Padahal, robeknya selaput
dara tidak melulu karena hubungan seksual. Olahraga dan kecelakaan yang tentu
saja tak disengaja juga bisa menjadi penyebabnya. Pandangan kuno dan terlalu
berbau patriakis inilah yang mungkin coba dikritik oleh Satrapi lewat komik
grafisnya nan lucu dan memikat, namun sebenarnya sangat telak menyenang
arogansi laki-laki atas wanita.
Masih
banyak lagi cerita atau pengalaman unik, lucu, tragis, kdang malah bikin miris
yang dialami oleh perempuan Iran dalam Bordir.
Tapi, sepertinya memang buku ini sangat kental sekali aura feminismenya.
Semua serba dipandang dari sudut pandang wanita (karena memang tokoh-tokohnya
adalah para wanita) sehingga mungkin ada sementara pembaca yang menanggap Bordir terlalu feminis. Namun, goresan sketsa dan panel-panelnya yang unik
adalah hiburan sendiri yang mampu menyampaikan lebih banyak makna dan isyarat
ketimbang ratusan kata-kata. Sebuah novel grafis yang patut dikoleksi.
“Begitulah yang namanya hidup. Kadang kau
yang menunggangi kuda. Kadang, kuda yang menunggangimu. (hlm 130)
NB: Novel ini kok tidak ada angka halamannya ya?
sumber foto: pinjambuku.com, goodreads.com
Sudah saatnya para pelajar dan mahasiswa dan ibu rumah tangga belajar bisnis, setidaknya lewat Bisnis Online di Internet. Yang masih bingung, mari belajar bersama kami
ReplyDeletePembicara Internet Marketing.
Sudah saatnya para pelajar dan mahasiswa dan ibu rumah tangga belajar bisnis, setidaknya lewat Bisnis Online di Internet. Yang masih bingung, mari belajar bersama kami
ReplyDeletePembicara Internet Marketing.