Search This Blog

Thursday, August 22, 2013

THE IMMORTALS OF MELUHA

Judul Buku : THE IMMORTALS OF MELUHA[ book 1 of SHIVA TRILOGY ]
by Leigh Bardugo
Copyright © 2008 Amish Tripathi
Penerbit : Mizan Fantasi
Alih Bahasa : Nur Aini
Editor : Agus Hadiyono
Proofreader : Yunni Yuliana M.
Desain Sampul : BLUEgarden
Cetakan I : April 2013 ; 588 hlm 




 http://intl.rakuten-static.com/i/2b081290-bb85-11e2-91e6-005056bd2fd8/20130722/5e252f0a-fd69-47f9-9e43-24f701f71651.jpg


               
Lupakan sejenak sosok Dewa Shiva yang agung, yang bertahta si swargaloka dengan seekor kobra membelit leher sementara senjata trisula berada di gengamannya. Lupakan sejenak sosok Shiva yang angker, yang kuat dan perkasa, penghancur segala, dewa paling dipuja, yang keagungannya telah begitu melekat dalam benak kita sebagai penonton Mahabarata yang dulu pernah diputar di TPI. Shiva dalam Meluha adalah sosok Shiva yang lebih manusiawi, yang setia kawan, yang humoris sekaligus bebas ibarat anak-anak muda seusianya. Shiva dalam Meluha juga pemberani, memiliki kebijaksanaan yang begitu dikagumi kawan maupun lawan. Tapi, ia bukan dewa, atau setidaknya belum. Dalam cerita ini, Shiva adalah seorang kepala suku yang sedari muda disiapkan menjadi penguasa tahta dan pelindung negeri Meluha. Ia juga bisa jatuh cinta.

                Bersetting pada era India kuno ketika peradaban di Lembah Sungai Indus tengah mencapai puncaknya, Meluha berkisah tentang sosok Dewa Shiva saat dia muda. Hijrah dari desa kecilnya di puncak dan lereng Himalaya, ia dan rakyatnya kemudian diboyong ke negeri Meluha untuk mengenapi ramalan tentang dirinya, seorang asing dengan leher biru setelah meminum sejenis air ajaib bernama  somra. Ia didaulat sebagai pelindung bangsa Chandravansi dalam melawan kesewenang-wenangan bangsa tetangga, Suryavansi. Dan, walaupun saat itu Shiva muda belum mengetahui akan seagung apa dirinya  kelak, ia tetap membuktikan bahwa orang-orang tidak salah dalam mempercayainya. Pantaslah jika memang sosok sehebat dan seagung ini kemudian begitu dicintai dan bahkan dipuja oleh bangsanya.

                Membaca Meluha ibarat meminum air kepala yang menyejukkan ditengah kepungan minuman soda dan cola. Kisah ini begitu terasa “timur” dengan segala eksotismenya. Walau masuk dalam genre fantasy, kisah ini mengajarkan banyak sekali pelajaran moral. Dihiasi dengan detail yang menyenangkan terkait peradaban India kuno, kisah cinta dan persahabatan yang begitu membumi dan manusiawi, dengan bumbu adegan pertempuran seru. Indah sekali membayangkan kondisi kota Mohenjo Daro saat tengah jaya-jayanya (yang kini hanya menyisakan pondasi dan reruntuhannya), juga adat kebiasaan orang-orang di anak benua India dengan segala kebudayaan dan tata cara kehidupannya. Kelemahannya sebagaimana dibilang Mbak Esti, ada beberapa bagian dalam Meluha yang sepertinya terlalu modern, sebuah konsep yang kayaknya dipaksakan masuk ke dalam cerita agar sesuai dengan desas-desus kebudayaan canggih di masa kuno. Di antaranya penjelasan mengenai minuman ajaib somra yang dikatakan dapat memperpanjang usia seseorang dan menyembuhkan penyakit. Minuman ini pula yang menguak jati diri dari Shiva yang sebenarnya.  

                Sejumlah deskripsi tentang kota, juga pabrik-pabrik pembuatan somra dengan mesin-mesin canggihnya menurut saya malah agak mengganggu jalannya cerita. Deskripsi seperti ini membuat cerita serasa bersetting di abad 20, bukan tahun 10.000 sebelum Masehi. Namun demikian, sosok Shiva dalam buku ini memang benar-benar tak terlupakan. Benar-benar mengubah anggapan kita selama ini terhadap sang dewa, atau deva. Kapan lagi bisa menyaksikan seorang dewa ternyata di masa mudanya pernah merasa canggung dan deg-degan di depan gadis pujaannya? Dalam novel ini, pembaca akan menemukan sisi lain dari Sang Dewa Pemusnah Segala. Sebuah sisi yang cenderung lebih manusiawi ketimbang dewata-ni (bener nggak ini untuk mengartikan “godly”?). Settingnya juga sangat klasik, aroma budayanya begitu kental, dihiasi dengan nasihat-nasihat filosofis yang tidak mengurui. Bacaan fantasi yang menyegarkan.

No comments:

Post a Comment