Search This Blog

Thursday, August 29, 2013

Planetes. Memburu Tongkat Silex Luminar

Judul     : Planetes. Memburu Tongkat Silex Luminar
Pengarang          : Ziggy Zezsya Zeovienna Sabrizkie
Penyunting         : Aya Sophia
Halaman              : 199 halaman
Cetakan               : 1, Juli 2013
Penerbit              : Laksana Fiksi

Planetes, Memburu Tongkat Silex Luminar by Ziggy Zezyazeovienna Zabrizkie

                “Zaman dahulu, dunia dibagi menjadi tiga area: tempat tinggal mahlkuk nirwana yang mereka sebut Caelum, tempat tinggal makhluk kegelapan yang disebut Atyra, dan tempat tinggal makhluk fana yang disebut Terra. Masa sebelum nama-nama seperti surga, neraka, dan bumi dikenal adalah saat di mana keajaiban paling sering terjadi. Di saat-saat begini, ada naga, penyihir, kurcaci, dan peri.” (halaman 7).

                Lupakan sejenak nama pena penulis yang bikin lidah kepleset saat mengucapkannya (nama pena lainnya dari penulis ini adalah Ginger Ellyse Shelley), paragraf pembuka dari Planetes yang sangat berbau fantasi di atas sudah cukup untuk menggoda saya yang  penikmat bacaan fantasi ini. Dari awal, penulis langsung menyodorkan elemen-elemen fantasi, menjelaskan di muka kepada pembaca tentang riwayat singkat dunia Terra. Mungkin karena keterbatasan halaman (dan hal ini sangat saya sayangkan), cerita yang berpotensi menjadi sebuah bacaan fantasi lokal yang bagus ini terasa sangat pendek, terlalu cepat, terlalu sedikit halamannya, terlalu cepat selesai dibacanya. Kisahnya sendiri sudah cukup memunculkan rasa penasaran, banyak yang kemudian bertanya bagaimana Terra dapat “dilipat”. Jawabannya ternyata ada di halaman 44.

                Secara garis besar, Planetes seperti perpaduan sangat singkat dari inti kisah The Lords of the Rings dengan kisah penciptaan. Dikisahkan, Terra yang berada di antara Caelum dan Atyra sering mendapatkan serangan dari bangsa Islavir, pasukan keji penghuni Atyra, karena posisinya yang kurang menguntungkan. Untuk melindungi mahkluk fana, dewa dewi di Caelum mengutus dewi Asmaer untuk melipat Terra (bagaimana sebuah dunia bisa dilipat dan mengapa? Baca sendiri deh di buku ini) dan mengamankannya dari serangan bangsa Islavir yang dipimpin oleh Agnar, dewa kejahatan. Sayangnya, Silex Luminar—tongkat pusaka yang sedianya digunakan untuk melipat Terra—hilang ketika Asmaer terjatuh ke Terra. Untungnya, ia diselamatkan oleh seorang pemuda kecil bernama Agni. Agni lalu membawa Asmaer (yang berwujud gadis kecil) pulang ke rumahnya, memperkenalkannya dengan keluarganya.

                Penampilan fisik Asmaer yang aneh (dalam buku ini deskripsi tokoh begitu panjang dan detail, tapi tidak menghambat cerita menurut saya) membuat Agni dan keluarganya penasaran. Maka, Agni pun membawa Asmaer ke Eoraed, seorang tetangga yang juga berpenampilan fisik aneh. Dan, dari rumah Eoraed inilah petualangan berawal. Asmaer mengisahkan apa yang terjadi, dan ketiganya (dan kemudian menjadi empat setelah kakak Agni yang bernama Alvis ikut) sepakat untuk memulai petualangan mencari SIlex Luminar demi menyelamatkan dunia. Maka, dimulailah perjalanan 5  pengelana mengarungi Terra. Terra kala itu adalah dunia yang sangat ganas, dipenuhi dan dihuni oleh makhluk-makhluk magis seperti raksasa yang bodoh tapi kejam, peri yang misterius, siren yang tak tertebak, kaum penyihir yang penyendiri, manusia-manusia setengah raksasa yang apatis, goblin dan kurcaci yang sering bertengkar, serta naga yang perkasa.

                Tempat demi tempat mereka jelajahi, sampai anggota kelompok itu bertambah satu dengan hadirnya seorang penyihir bernama Rosabel. Dengan bantuan mahkluk-mahkluk magis (termasuk naga), akhirnya kelima pahlawan ini sampai di tempat di mana tongkat pusaka itu berada. Di detik-detik terakhir itulah kabut misterius yang menyelimuti Terra tersibak. Kelompok tersebut harus menerima sebuah fakta mengerikan yang sama sekali tak terduga. Bisakah mereka mendapatkan kembali SIlex Luminar sementara bangsa Islavir mulai menggerogoti barat daya Terra dengan kegelapan dan kekejian? Akankah Terra bisa dilipat dan menjadi tempat yang aman? Ini adalah sebuah kisah penciptaan yang sengaja dirahasiakan oleh dunia kuno. Sebuah kisah tentang awal mula penamaan planet-planet.

                Untuk ukuran fiksi fantasi lokal, saya memberi empat bintang pada novel ini. Mengesampingkan nama penulis yang agak alay dan halaman yang terlalu sedikit, Planetes termasuk bagus untuk standar novel fantasi lokal (yang jumlahnya tidak banyak). Ceritanya memang cenderung mengarah ke kisah untuk anak-anak. Perjalanan lima pahlawan kita begitu mulus dan terlalu mudah untuk ukuran novel petualangan. Mungkin karena jumlah halaman yang sedikit itulah sehingga unsur petualangan dan peperangan dalam novel ini menurut saya masih sangat kurang. Juga, deskripsinya agak terlalu mendetail walaupun tidak mengganggu alur cerita.

Namun, keunggulannya, kisah ini penuh. Kisah ini padat. Kisah ini tidak meninggalkan tanda tanya saat pembaca selesai menikmatinya. Begitu menghibur, mungkin itulah kalimat yang tepat untuk menggambarkan Planetes. Penulis tidak sok lebai menjanjikan sebuah novel fantasi yang panjang dan akbar, yang bersambung-sambung buku satu dan dua dan tiga dan seterusnya. Kita tahu banyak novel fantasi bagus karya anak bangsa yang dibuat sekuel, namun ketika pembaca sudah jatuh cinta pada buku pertama, buku kedua tidak pernah nongol. Entah karena penulis malas melanjutkan atau  bagaimana, yang jelas pembaca digantung dalam waktu yang tidak jelas. Planetes dibuat seingat dan one shot (sekali selesai) mungkin untuk menghindari hal ini. jadi, bisa dimaklumi kalau kisah di dalamnya berjalan terlalu cepat dan cenderung “digampangkan.” Satu hal yang jelas, novel ini menghibur dan karenanya patut dikoleksi sebagai bagian dari karya fiksi fantasi anak bangsa yang selayaknya kita dukung.

                

No comments:

Post a Comment