Search This Blog

Monday, May 6, 2013

Child Thief (Si Pencuri Anak)


Judul     : Child Thief (Si Pencuri Anak)
Pengarang          : Brom
Penerjemah       : Tanti Lesmana
Sampul/Ilustrasi: Brom
Cetakan               : 1, Oktober 2012
Tebal                     : 932 halaman
Penerbit              : Gramedia Pustaka Utama



                Alkisah, tersebutlah seorang anak laki-laki bernama Peter. Ia memiliki telinga lancip, gesit, lincah, selalu gembira, dan senang bermain. Hanya saja, permainan itu sering berakhir dengan berdarah-darah. Dari luar, ia tidak jauh berbeda dengan anak-anak menjelang remaja normal lainnya. Tapi, tidak ada yang tahu bahwa ia adalah anak yang tugasnya membawa anak-anak terbuang berpindah menuju Avalon, sebuah pulau sihir tempat petualangan hebat menanti. Satu demi satu, Peter berhasil mengaet anak-anak yang terlunta-lunta di jalanan, yang terbuang, yang tersakiti, dan tidak diinginkan. Ia menjanjikan petualangan dan rumah yang nyaman bagi anak-anak tersebut. Tapi, ia lupa mengatakan bahwa petualangan di Avalon lebih seringnya berakhir dengan kematian! Bahkan, menembus kabut yang mengelilingi Avalon pun sudah merupakan horor tak termaafkan. Anak yang tidak memiliki keteguhan hati akan tersesat di dalam kabut, sebelum kemudian kehidupannya direnggut oleh roh-roh ganas yang menjaga kabut itu.

                Adalah Nick, seorang remaja berusia 14 tahun yang mendapat giliran ke Avalon. Peter menemukannya tengah di-bully oleh anak-anak berandalan. Merasa cocok, Nick pun setuju ikut dengan Peter ke pulau petualangan itu. Tantangan pertama adalah menembus kabut, Nick berhasil. Tapi, sejak saat itu ia tahu bahwa ada yang salah dengan Peter, dengan Avalon, dengan anak-anak buangan yang dijuluki Iblis. Nick mendapati Avalon penuh dengan monster berbahaya serta beragam kekejian yang tidak beradab. Belum lagi, ada Para Pemakan Daging yang menghantui dan memusnahkan mahkluk-mahkluk ajaib penghuni Avalon. Nick baru menyadari bahwa ia dan anak-anak lainnya direkrut oleh Peter sebagai pasukan untuk melawan para Pemakan Daging, untuk menyelamatkan Avalon.

                Jangan percaya pada roh hutan atau dewi air sekalipun, karena di Avalon Nick belajar bahwa mahkluk-mahkluk mitologis itu ternyata bisa sangat kejam dan egois. Ketika pecah perang besar antara pasukan Peter dengan kelompok Pemakan Daging, Nick baru memahami bahwa tidak ada yang gratis jika kita berkenaan dengan mahkluk-mahkluk di Avalon. Semua ada bayarannya, dan di Avalon, tidak jarang bayaran itu berupa darah atau bahkan nyawamu sendiri. Bagi Peter, pengorbanan itu diperlukan demi tetap lestarinya dunia sihir Avalon, suaka terakhir dari makhluk-mahkluk mitologis dari dunia modern.

                Kelam dan sangat muram, itulah kesan saat membaca lembar-lembar novel ini. dari awal hingga akhir, Brom membawa pembaca kepada petualangan yang sifatnya berdarah-darah, perang sampai mati, mahkluk-mahkluk yang tidak punya belas kasih, dan rahasia kelam dari Avalon dan sang dewi pelindungnya. Setelah pertempuran besar melawan para pemakan daging, pembaca akan dibuat galau lagi tentang siapa yang sebenarnya baik dan siapa yang sebetulnya jahat. Berselang-seling dari tengah hingga akhir, akan ada begitu banyak karakter yang berhasil ditampilkan secara utuh dan manusiawi oleh penulisnya. Seiring pembacaan berlanjut, makin tidak jelas mana yang baik dan mana yang jahat karena semuanya punya motif dan pandangannya sendiri. Ini teknik ekplorasi karakter yang bagus, kalau saja Brom tidak membuatnya semuram dalam novel ini.

                Jadi, mengapa novel ini begitu muram, kejam, dan berdarah-darah? Semuanya dijelaskan oleh Brom di catatan akhir. Buku ini merupakan versi “gelap” dari kisah Peter Pan. Brom terinspirasi menulis novel tebal ini setelah menemukan sebuah kalimat “mengerikan” yang ada dalam versi asli Peter Pan karya JM Barrie. Saya tidak masalah dengan ceritanya yang gelap dan kelam, tapi mbok ya endingnya dibikin begimana gitu jangan dibikin ending yang begituan (emang begituannya gimana Yon?) Masak ending-nya kayak gini: ***************** (gatel spoiler). Pembaca kan sudah sabar dan sekuat tenaga membaca 900 halaman lebih, jadi paling enggak hibur dong dengan ending yang gimana gitu, jangan kayak begini aja *halah*. Pokoknya endingnya seharusnya bisa dibikin lebih baik lagi. Demikian. *Kemudian dikeplak Gramedia hahaha*
               

3 comments:

  1. diooon sama, aku juga ga sukaaa endingnya ;p agak terlalu maksa ya?? apalagi si ituuu pake mati segala huahahaha spoiler :D

    ReplyDelete
  2. Iya, kenapa jadi 'begituan' ya... quote : tapi mbok ya endingnya dibikin begimana gitu jangan dibikin ending yang begituan

    ReplyDelete