Judul:
Demon Glass dan Spell Bound
Pengarang : Rachel Hawkins
Penerjemah : Dina Begum
Cetakan : 2012
Penerbit : Ufuk Fantastic Fiction
Masih
melanjutkan trilogi petualangan Sophie Mercer di sekolah Hexhall, buku kedua Demonglass berkisah tentang pencarian
jati diri Mercer di luar Hexhall. Untuk sedikit kilas balik, di seri ini,
manusia menjadi ancaman paling nyata bagi musnahnya mahkluk-mahkluk mitologis
yang disebut Prodigium. Mereka adalah shapeshifter
(manusia serigala), peri, penyihir, warlock, dan vampire. Di dunia ini,
manusia memburu dan berupaya memusnahkan mereka. Lanjut ke Demonglass, setelah mengetahui bahwa ayahnya adalah seorang demon generasi ketiga yang memiliki
kekuatan luar biasa, yang sekaligus juga
ketua Prodigium, Mercer pun memutuskan untuk berlibur ke Inggris, ke
Dewan Pusat Prodigium. Sebenarnya ia malas, tapi pengalaman pahirnya dengan
Archer dan hantu nenek buyutnya di Hexhall membuatnya ingin mencari pengalihan
lain. Untungnya, sahabat karibnya, Jenna, dan juga Cal, ikut serta.
Keadaan
makin rumit saat Mercer mengetahui bahwa ia sudah ditunangkan dengan Cal.
Mercer hampi saja mencintai pemuda yang sesungguhnya jauh lebih baik dari
Archer ini seandainya Archer tidak nekat menyusup ke Thorney Abbey. Akhirnya
bisa ditebak, tipikal cowok bad boy lah
yang memenangkan hari Mercer. Di Thorney Abbey, Mercer juga mengetahui fakta
bahwa masih ada dua demon lainnya. Lebih mengejutkan lagi adalah dua demon tersebut memang sengaja dibiakkan
untuk membantu Dewan melawan musuh-musuh prodigium.
Senjata makan tuan, demon-demon muda itu mengamuk dan
merusak segalanya. Ketika Archer ditahan karena ketahuan melakukan petualangan
kecil bersama Mercer, Dewan pun melucuti kekuatan ayahnya dan mengunci kekuatan
demon Mercer, mmebuatnya tak berdaya.
Ketika itulah Kelompok Mata yang bertujuan untuk membasmi Prodigium muncul
menyerbu Thorney Abbey, sehingga memaksa demon-demon
muda dilepaskan. Perang pun meletus
dan Thorney abbey luluh lantak sementara Mercer harus melarikan diri ke tempat
yang sungguh tidak ia duga.
Dari ketiga seri Hexhall, saya paling suka buku kedua
ini. Celetukan Mercer yang asli suka nyinyir benar-benar membuat karakter ini
begitu hidup dan menyenangnya. Cerita dan alurnya juga asyik disimak, dengan
bumbu-bumbu drama dan kejutan yang sayang untuk dilewatkan. Hanya saja, banyak
sekali typo untuk seri kedua ini.
Spell Bound
Akhirnya,
seri terakhir dari trilogi Hexhall. Saya
buru-buru meminjamnya dari mbak Desty (padahal yang [unya belum baca) hanya
untuk menjawab rasa penasaran saya. Membaca Demon
Glass, saya menyadari bahwa seri ini bagus, Tapi, ekspekstasi yang tinggi
itu anjlok lagi saat membaca Spell Bound yang
ternyata tidak seepik yang saya perkirakan. Alur buku ketiga yang seharusnya
menjadi buku final ini tidak se-ramai buku keduanya. Bahkan, perang besar yang
saya nantikan antara Prodigium melawan Mata dan Keluarga Brannick tidak
sedahsyat sebagaimana konflik yang telah terbangun. Memang, penulis memutuskan
untuk membuat twist cerita di awal
buku, tapi entah mengapa kejutan tersebut malah membuat buku ketiga ini jadi
hambar, jadi lebih “drama” bukannya aksi
petualangan.
Sekadar
bocoran, setelah Thorney Abbey runtuh, Mercer berlindung ke rumah Keluarga
Brannick. Keluarga berambut merah yang mengabdikan diri untuk memusnahkan
seluruh Prodigium dari muka Bumi. Dari sini, Mercer mengetahui sebuah fakta
yang sangat mengejutkan yang kalau saya ceritakan di sini pasti akan menjadi
spoiler yang luar biasa. Pokoknya, di buku ketiga inilah Mercer dan
teman-temannya harus melawan musuh yang semula adalah teman-temannya. Tengah
terjadi makar di Hex Hall. Sebuah percobaan dengan sihir hitam tengah
berlangsung di sekolah yang seharusnya menjadi perlindungan bagi anak-anak
Prodigium itu. Di seri ini juga, kisah cinta segitiga antara Mercer-Archer-Cal
berlanjut. Walau ending percintaannya agak err maksa. Seri ketiga Spell Bound masih tetap menghadirkan
celetukan-celetukan khas Mercer, tapi agak kurang untuk bagian action. Tapi, untuk yang sudah membaca
seri ini, sebaiknya sempatkan untuk membaca buku ketiga untuk menjawab berbagai
pertanyaan yang muncul di buku dua.
Resensi ini disertakan dalam TBR Fantasy Books RC.
No comments:
Post a Comment