Search This Blog

Thursday, January 10, 2013

The Mark of Athena



Judul                     : The Mark of Athena
Pengarang            : Rick Riordan
Penerjemah          : Reni Indardini
Penyunting           : Tendy Yulianes
Korektor              : Putri Rosdiana
Cetakan               : 1, Oktober 2012
Penerbit               : Mizan Fantasi


Kisah petualangan Percy Jackson, demigod keturunan Dewa Poseidon di dunia modern, rupanya begitu luar biasa seru sehingga pengarangnya harus turun tangan untuk membuat sekuel seri berikutnya, The Heroes of Olympus. Bagi yang sudah membaca seri Percy Jackson and the Olympians, pasti tidak akan kesulitan membaca seri The Heroes of Olympus yang sudah menginjak ke buku ketiga dari lima buku berseri yang direncanakan akan terbit. Kelemahan paling besar dari seri hebat ini mungkin hanya satu: tidak bisa dibaca secara acak karena ada banyak sekali kisah dan candaan yang hilang jika kita tidak membacanya dari awal. Paling tidak, kalau Anda tidak sempat membaca seri Percy Jackson and the Olympians, mulailah dengan membaca dua seri pertama dari The Heroes of Olympus, yakni The Lost Hero dan The Son of Neptune.

Untuk kilas singkat saja, Percy Jackson adalah anak dari Poseidon yang turun ke Bumi dan menikahi seorang wanita manusia. Pembaca mungkin masih ingat dengan serial TV Hercules, di mana Zeus turun ke Bumi dan menikahi wanita biasa. Anak mereka adalah Hercules, seorang manusia separuh dewa dengan kekuatan fisik luar biasa dan ditakdirkan untuk menjadi pahlawan. Dewa-dewi Olimpia itu ternyata masih melakukan hal yang sama di dunia modern. Mereka iseng turun dan menikahi (lebih tepatnya mengawini) orang-orang biasa yang kemudian menghasilkan anak-anak blasteran yang disebut demigod. Meskipun memiliki kekuatan luar biasa, nasib para demigod ini sungguh mengenaskan. Di era ketika dewa-dewi kuno makin dilupakan, para anak blasteran ini menjadi santapan dari para monster yang bangkit dari kedalaman Tartarus, neraka dalam mitologi Yunani.


                                                                     Percy versi film


The Mark of Athena, sebagai buku ketiga dari seri The Heroes of Olympus, mengisahkan  petualangan tujuh demigod terpilih demi menyelamatkan Bumi dan peradaban manusia dari ancaman dewa-dewi kuno yang hendak bangkit dan mengambil alih kekuasannya lagi. Mereka adalah Percy (anak Poseidon/Neptunus), Annabeth (anak Athena/Minerva), Leo (anak Hephaestus) , Piper (anak Aphrodite/Venus), Jason (Anak Jupiter/Zeus), Frank (anak Mars), dan Hazel (anak Hades/Pluto). Banyaknya tokoh inilah sebab utama mengapa Anda lebih baik membaca seri ini dari awal agar tidak kehilangan alur cerita dan petualangan seru Percy dkk dengan celetukan-celetukan khas om Rick Riordan.

Jika dalam seri Percy Jackson and the Olympians para demigod harus melawan para Titan yang dulu pernah mengusai Bumi sebelum dijungkalkan oleh dewa-dewi Olimpia (yang notabene adalah anak-anak mereka sendiri), maka dalam seri ini ketujuh anak blasteran harus melawan antek-antek Gaea yang mulai mengeliat bangkit. Gaea adalah dewi kuno, Ibu Pertiwi, Dewi Bumi yang dulu pernah menguasai dunia sebelum masa kejayaan dewa-dewi. Dewi kuno ini tertidur di bawah kedalaman Bumi, semakin terlelap seiring dengan eksistensinya (dan eksistensi dewa-dewi kuno) yang mulai dilupakan oleh manusia di zaman modern. Tapi, sesuatu membuatnya bangkit. Ia mengancam akan kembali merebut dan mengusai dunia modern, menghancurkan manusia fana yang sudah terlalu lama mengabaikan kekuasaan an kekuatannya. Dan, sudah menjadi tugas ketujuh demigod untuk melawannya. Percy dkk yang masih remaja harus berhadapan dengan rombongan dewa-dewi purba dengan kekuatan yang hampir dewata.

                                                                         Festus keren!


Keadaan makin rumit dengan kondisi dewa-dewi Olimpia yang semakin memudar kekuatannya. Perseteruan antara Perkemahan Blasteran (pusat pelatihan para demigod Yunani) dengan Perkemahan Jupiter (pusat pelatihan para demigod Romawi) membuat dewa-dewi terombak-ambing di antara kedua fitrahnya, antara menjadi Yunani atau menjadi Romawi. Silakan bayangkan Zeus/Jupiter yang mengalami migrain, Ares/Mars yang separo berjubah separo berpakaian zirah, Athena/Minerva yang agak lupa ingatan, atau Poseidon/Neptunus yang lupa dengan dirinya sendiri. Ketika dewa dewi olimpia sudah tidak bisa diandalkan, maka adalah tugas Percy dkk untuk sekali lagi menyelamatkan dunia. Misi pertama mereka: menyelamatkan kota Roma modern dari makar para antek Gaea.

Maka, dimulailah perjalanan panjang dari Yunani modern (yakni Amerika Serikat) menuju Roma yang berada di kawasan Mare Nostrum, kawasan mendekati tepian dunia yang berada di balik pilar Hercules, yakni Laut Mediterania. Menggunakan kapal Argo II (kapal yang digunakan oleh Odisey) yang sudah dimodifikasi oleh Leo dengan keahlian pertukangannya, ketujuh demigod memulai perjalanan penuh bahaya melewati lautan dan udara. DI ATlantik, mereka dihadang oleh moster udang raksasa, bertemu dengan bangsa duyung yang mendidik para pahlawan duyung, dan akhirnya berhadapan dengan Hercules, yang ditugaskan menjaga Pilar Hercules, pintu masuk menuju Mare Nostrum, yakni di selat Gibraltar. Ternyata, si Hercules ini beda denga Hercules di film. Om Rick menjadikannya orang reseh dan bawel karena ia terbukti hanya menghalang-halangi perjalanan Percy dkk dalam menyelamatkan dunia. Di Laut Mediterania, mereka masih harus berhadapan dengan bajak laut Chrysaor sebelum akhirnya dengan kecerdikan mereka akhirnya tiba di Roma. Di kota kuno itu, mereka disambut oleh dewa sungai Tiberius (Tiber = nama sungai yang membelah kota Roma), yang berdandan ala aktor selebrita dengan vespa modisnya, seolah tidak ambil pusing bahwa kota tua itu tengah terancam oleh kemarahan dewi kuno yang mulai bangkit.

Petualangan dan pertempuran seru masih belum mencapai puncaknya. Annabeth kini harus berjuang sendirian demi mengikuti Tanda Athena, The Mark of Athena, demi mempersatukan demigod Yunani dan Romawi agar bisa mengalahkan pasuka Gaea. Misinya adalah mencari sebuah icon dari kota Athena yang telah dirampas pada zaman kuno oleh pasukan Romawi yang menduduki Yunani, sebuah artefak sekaligus salah satu dari tujuh keajaiban dunia dari zaman kuno. Apakah Annabeth berhasil menyelesaikan misinya sendirian? Apakah Percy dan kawan-kawan lainnya juga mampu mencegah Roma dari kehancuran? Tampaknya cerita ini akan semakin seru dan menjadi epic di buku keempat dan kelimanya.

Baik seri Percy Jackson and the Olympians maupun seri The Heroes of Olympus (total ada 10 buku) sangat layak untuk dibaca dan dikoleksi. Melalui kisah fantasi khas anak muda ini. Rick Riordan mampu mengangkat kembali kesukaan anak-anak muda di era modern untuk mengapresiasi sejarah Yunani kuno, salah satu bangsa peletak peradaban Barat. Kepiawaiannya dalam meramu  kisah lama dalam format modern yang lebih fresh inilah yang menjadi kunci dari kesuksesan seri Percy Jackson. Ia merombak total semua tokoh dalam mitologi Yunani, menjadikan mereka lebih modern, lebih manusiawi, lebih ramah (eh kadang malah lebih kejam sih), dan lebih casual sera membumi. Hanya di dunia Percy lah kita bisa melihat Hades naik motor gede, Aphrodite membaca peta jalur subway di New York, atau Athena yang tengah mengagumi situs perang saudara di Florida, seekor satyr (manusia kambing) yang kecanduan serial TV, raksasa yang jago nari balet, peri hutan yang membawa iphone, hingga monster yang pandai merajut. Melalui aktivitas-aktivitas sederhana itu, Rick Riordan seolah memperkenalkan kembali kembali dunia modern dewa-dewi kuno yang sudah terlupakan.

Entah berapa kali saya tertawa terbahak-bahak demi membaca (dan membayangkan) adegan-adegan absurd dari tokoh-tokoh mitologi Yunani yang enggak banget. Misal di halaman 87, ketika seorang (eh sesosok) peri air menujuki Hazel layar iphonenya sambil berkata. “Ih tahu nggak, sih, video YouTube-nya yang paling baru ditoton sejuta kali dalam waktu satu jam! Kurasa setengahnya aku yang tonton!” Err … dan tahu nggak apa yang  ia unggah? Adegan saat Narcissus tengah mengagumi wajahnya nan rupawan di permukaan telaga. Hadehhh … tapi ngakak juga sih huahahahaha.

Membaca kedua seri ini, kita memang mau tidak mau harus mengetahui (atau membaca terlebih dahulu mitologi Yunani). Siapa Odisey, mengapa Narcissus senang bercermin, apa yang dilakukan Athena pada Arachne, bagaimana para Titan dikalahkan, apa itu Tartarus, dan siapa pula itu Bacchus. Semua tokoh-tokoh tersebut ada dalam mitologi Yunani, dengan kisahnya masing-masing. Om Rick hanya menuliskan ulang dengan versi yang berbeda—lebih tepatnya versi yang lebih modern. Kekuarangan utama dari buku ketiga ini (selain terlalu banyak romance ahem) adalah plotnya yang masih sama dengan buku satu dan dua. Juga, masih ada banyak bolong-bolong di sana-sini, tentang sihir yang menggerakkan Argo II, alat-alat ajaib yang tidak diketahui bagaimana asal muasal dan mekanismenya, fungsi Kabut (sebagai penutup pandangan manusia fana dari segala keajaiban mitologis di dunia nyata), hingga terlalu lemahnya Dewa-Dewi di dunia rekaan om Rick ini. Untuk versi terjemahan, saya paling suka versi terjemahan buku ketiga ini. Kata-kata yang digunakan pas, gaul tapi tidak alay, dan tiak terdapat kata-kata terlalu “gaul” seperti bego, coy, ciu, dan lain sebagainya. Kata “bung” muncul lagi, kata yang paling netral dan aman dalam menerjemahkan.

Namun demikian, bolong-bolong tersebut akan menjadi faktor minor nomor sekian setelah pembaca larut dan jatuh cinta pada Percy Jackson dan kawan-kawan. Dunia rekaan Om Rick ini memang luar biasa seru, ajaib, sekaligus kreatif. Mereka yang telah merampungkan seri Percy Jackson pasti tidak akan melewatkan petualangan-petualangan seru yang lebih intens bersama para tokoh dalam mitologi Yunani dalam buku ini. Bius dan godaan para demigod remaja ini begitu kuat, seperti nyanyian merdu para Siren yang mengoda para pelaut untuk mendekati mereka, dan menghempaskan kapal mereka ke karang terjal. Sungguh, mitologi Yunani saja sudah begitu kaya dan melimpah, dan Om Rick Riordan menjadikannya semakin menarik dalam balutan prosa di era modern. 

sumber gambar:
 https://www.facebook.com/PercyJackson

5 comments:

  1. mau koleksi. titik. >_< *nunggu obralan

    ReplyDelete
  2. gyaaa, seru deh, baca ripiu mas dion :)
    belum baca aku, heheh.. tapi pasti baca. Kok :)

    ReplyDelete
  3. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  4. Hiya ampon mas D!!!!
    aq baca teliti sampe habis review mas untuk The Mark of Athena *ketauan kl biasanya baca riview lompat2* krya Om Rick ini keren bangetttt!! (mau nyoba ini ah --> "ttssaahh* wkwkwkw)
    aq bisa rasakan betapa mas D suka banget sm buku ini.
    aq baru nyampek halaman 5 dr 605 *semoga mbak Truly ga baca komen ini cz qt (aq & meza) hrus bikin reviewnya tgl 15 jan besok krn dah menang dpt buku ini gretong. oh no!!! kan gak afdol bikin review sblum slsai baca bukunya? tp temenku pernah menang lomba resensi sekampus tanpa baca bukunya loo, aneh ya?* <-- trlalu jauh menyimpang!
    aq dulu pernah bertanya, "Kenapa mitologi Yunani yang dipakai patokan?", "bukankah mitologi hanya legenda fiktif?"
    lalu suatu hari aku mendengarkan dg samar orang mengutip kata2 bagus dr Goenawan Mohamad yg menjawab pertanyaan2ku td, tp aq lupa gimana kata2nya *payah* jadi aq skg mengumpulkan buku2 seperti: Mutiara Hikmah Mitos Negeri Yunani *ini jdulnya kok kyak buku agama ya?*, Mitologi Yunani by Edith Hamilton, Odyssey & Illiad by Homer *malah pamer -_-"* dan sgt bersedih krn menjual buku "The Thousand Ship" ttg perang Troy! uh hu hu v_v..
    jadi, karena mas D udah ngiming2i aq, jd aq mau baca The Mark of Athena stelah baca The Thousand Ship aja cz bsok mau dikirim ke pembeli :D
    Cao mas D!
    dr shbtmu, J..
    *apa'an sih! ini?!* -_-"

    ReplyDelete
  5. sorry, kbetulan novel ini mnjadi patokan sya skrng untuk pnyusunan skripsi zya THE MARK OF ATHENA. klian psti sdh membcaya kira2 dia dsini memakai teori apa dlam sastra? ini pnting bnget, bgi yang tau post komentnya yah? please...

    ReplyDelete