Judul :
The Mark of Athena
Pengarang :
Rick Riordan
Penerjemah :
Reni Indardini
Penyunting :
Tendy Yulianes
Korektor :
Putri Rosdiana
Cetakan :
1, Oktober 2012
Penerbit :
Mizan Fantasi
Kisah petualangan Percy Jackson, demigod keturunan Dewa Poseidon di dunia
modern, rupanya begitu luar biasa seru sehingga pengarangnya harus turun tangan
untuk membuat sekuel seri berikutnya, The
Heroes of Olympus. Bagi yang sudah membaca seri Percy Jackson and the Olympians, pasti tidak akan kesulitan membaca
seri The Heroes of Olympus yang sudah
menginjak ke buku ketiga dari lima
buku berseri yang direncanakan akan terbit. Kelemahan paling besar dari seri
hebat ini mungkin hanya satu: tidak bisa dibaca secara acak karena ada banyak
sekali kisah dan candaan yang hilang jika kita tidak membacanya dari awal.
Paling tidak, kalau Anda tidak sempat membaca seri Percy Jackson and the Olympians, mulailah dengan membaca dua seri
pertama dari The Heroes of Olympus, yakni
The Lost Hero dan The Son of Neptune .
Untuk kilas singkat saja, Percy
Jackson adalah anak dari Poseidon yang turun ke Bumi dan menikahi seorang
wanita manusia. Pembaca mungkin masih ingat dengan serial TV Hercules, di mana
Zeus turun ke Bumi dan menikahi wanita biasa. Anak mereka adalah Hercules,
seorang manusia separuh dewa dengan kekuatan fisik luar biasa dan ditakdirkan
untuk menjadi pahlawan. Dewa-dewi Olimpia itu ternyata masih melakukan hal yang
sama di dunia modern. Mereka iseng turun dan menikahi (lebih tepatnya
mengawini) orang-orang biasa yang kemudian menghasilkan anak-anak blasteran
yang disebut demigod. Meskipun
memiliki kekuatan luar biasa, nasib para demigod
ini sungguh mengenaskan. Di era ketika dewa-dewi kuno makin dilupakan, para
anak blasteran ini menjadi santapan dari para monster yang bangkit dari kedalaman
Tartarus, neraka dalam mitologi Yunani.
Percy versi film
The Mark of Athena, sebagai buku ketiga dari seri The Heroes of Olympus, mengisahkan petualangan tujuh demigod terpilih demi menyelamatkan Bumi dan peradaban manusia dari
ancaman dewa-dewi kuno yang hendak bangkit dan mengambil alih kekuasannya lagi.
Mereka adalah Percy (anak Poseidon/Neptunus), Annabeth (anak Athena/Minerva), Leo
(anak Hephaestus) , Piper (anak Aphrodite/Venus), Jason (Anak Jupiter/Zeus),
Frank (anak Mars), dan Hazel (anak Hades/Pluto). Banyaknya tokoh inilah sebab
utama mengapa Anda lebih baik membaca seri ini dari awal agar tidak kehilangan
alur cerita dan petualangan seru Percy dkk dengan celetukan-celetukan khas om
Rick Riordan.
Jika dalam seri Percy Jackson and the Olympians para
demigod harus melawan para Titan yang dulu pernah mengusai Bumi sebelum
dijungkalkan oleh dewa-dewi Olimpia (yang notabene adalah anak-anak mereka
sendiri), maka dalam seri ini ketujuh anak blasteran harus melawan antek-antek
Gaea yang mulai mengeliat bangkit. Gaea adalah dewi kuno, Ibu Pertiwi, Dewi
Bumi yang dulu pernah menguasai dunia sebelum masa kejayaan dewa-dewi. Dewi
kuno ini tertidur di bawah kedalaman Bumi, semakin terlelap seiring dengan
eksistensinya (dan eksistensi dewa-dewi kuno) yang mulai dilupakan oleh manusia
di zaman modern. Tapi, sesuatu membuatnya bangkit. Ia mengancam akan kembali
merebut dan mengusai dunia modern, menghancurkan manusia fana yang sudah
terlalu lama mengabaikan kekuasaan an kekuatannya. Dan, sudah menjadi tugas
ketujuh demigod untuk melawannya. Percy dkk yang masih remaja harus berhadapan
dengan rombongan dewa-dewi purba dengan kekuatan yang hampir dewata.
Keadaan makin rumit dengan
kondisi dewa-dewi Olimpia yang semakin memudar kekuatannya. Perseteruan antara
Perkemahan Blasteran (pusat pelatihan para demigod Yunani) dengan Perkemahan
Jupiter (pusat pelatihan para demigod Romawi) membuat dewa-dewi terombak-ambing
di antara kedua fitrahnya, antara menjadi Yunani atau menjadi Romawi. Silakan
bayangkan Zeus/Jupiter yang mengalami migrain, Ares/Mars yang separo berjubah
separo berpakaian zirah, Athena/Minerva yang agak lupa ingatan, atau
Poseidon/Neptunus yang lupa dengan dirinya sendiri. Ketika dewa dewi olimpia
sudah tidak bisa diandalkan, maka adalah tugas Percy dkk untuk sekali lagi
menyelamatkan dunia. Misi pertama mereka: menyelamatkan kota Roma modern dari makar para antek Gaea.
Maka, dimulailah perjalanan
panjang dari Yunani modern (yakni Amerika Serikat) menuju Roma yang berada di
kawasan Mare Nostrum, kawasan
mendekati tepian dunia yang berada di balik pilar Hercules, yakni Laut
Mediterania. Menggunakan kapal Argo II (kapal yang digunakan oleh Odisey) yang
sudah dimodifikasi oleh Leo dengan keahlian pertukangannya, ketujuh demigod
memulai perjalanan penuh bahaya melewati lautan dan udara. DI ATlantik, mereka dihadang oleh moster udang raksasa, bertemu
dengan bangsa duyung yang mendidik para pahlawan duyung, dan akhirnya
berhadapan dengan Hercules, yang ditugaskan menjaga Pilar Hercules, pintu masuk
menuju Mare Nostrum, yakni di selat Gibraltar. Ternyata, si Hercules ini beda
denga Hercules di film. Om Rick menjadikannya orang reseh dan bawel karena ia terbukti hanya menghalang-halangi
perjalanan Percy dkk dalam menyelamatkan dunia. Di Laut Mediterania, mereka
masih harus berhadapan dengan bajak laut Chrysaor sebelum akhirnya dengan
kecerdikan mereka akhirnya tiba di Roma. Di kota
kuno itu, mereka disambut oleh dewa sungai Tiberius (Tiber = nama sungai yang
membelah kota Roma), yang berdandan ala aktor
selebrita dengan vespa modisnya, seolah tidak ambil pusing bahwa kota tua itu tengah
terancam oleh kemarahan dewi kuno yang mulai bangkit.
Petualangan dan pertempuran seru
masih belum mencapai puncaknya. Annabeth kini harus berjuang sendirian demi
mengikuti Tanda Athena, The Mark of
Athena, demi mempersatukan demigod Yunani
dan Romawi agar bisa mengalahkan pasuka Gaea. Misinya adalah mencari sebuah
icon dari kota
Athena yang telah dirampas pada zaman kuno oleh pasukan Romawi yang menduduki
Yunani, sebuah artefak sekaligus salah satu dari tujuh keajaiban dunia dari
zaman kuno. Apakah Annabeth berhasil menyelesaikan misinya sendirian? Apakah
Percy dan kawan-kawan lainnya juga mampu mencegah Roma dari kehancuran?
Tampaknya cerita ini akan semakin seru dan menjadi epic di buku keempat dan
kelimanya.
Baik seri Percy Jackson and the Olympians maupun seri The Heroes of Olympus (total ada 10 buku) sangat layak untuk dibaca
dan dikoleksi. Melalui kisah fantasi khas anak muda ini. Rick Riordan mampu
mengangkat kembali kesukaan anak-anak muda di era modern untuk mengapresiasi
sejarah Yunani kuno, salah satu bangsa peletak peradaban Barat. Kepiawaiannya
dalam meramu kisah lama dalam format
modern yang lebih fresh inilah yang menjadi kunci dari kesuksesan seri Percy
Jackson. Ia merombak total semua tokoh dalam mitologi Yunani, menjadikan mereka
lebih modern, lebih manusiawi, lebih ramah (eh kadang malah lebih kejam sih),
dan lebih casual sera membumi. Hanya
di dunia Percy lah kita bisa melihat Hades naik motor gede, Aphrodite membaca
peta jalur subway di New York, atau Athena yang tengah mengagumi situs perang
saudara di Florida, seekor satyr (manusia kambing) yang kecanduan serial TV,
raksasa yang jago nari balet, peri hutan yang membawa iphone, hingga monster
yang pandai merajut. Melalui aktivitas-aktivitas sederhana itu, Rick Riordan
seolah memperkenalkan kembali kembali dunia modern dewa-dewi kuno yang sudah
terlupakan.
Entah berapa kali saya tertawa
terbahak-bahak demi membaca (dan membayangkan) adegan-adegan absurd dari
tokoh-tokoh mitologi Yunani yang enggak
banget. Misal di halaman 87, ketika seorang (eh sesosok) peri air menujuki
Hazel layar iphonenya sambil berkata. “Ih
tahu nggak, sih, video YouTube-nya yang paling baru ditoton sejuta kali dalam
waktu satu jam! Kurasa setengahnya aku yang tonton!” Err … dan tahu nggak
apa yang ia unggah? Adegan saat
Narcissus tengah mengagumi wajahnya nan rupawan di permukaan telaga. Hadehhh …
tapi ngakak juga sih huahahahaha.
Membaca kedua seri ini, kita
memang mau tidak mau harus mengetahui (atau membaca terlebih dahulu mitologi
Yunani). Siapa Odisey, mengapa Narcissus senang bercermin, apa yang dilakukan
Athena pada Arachne, bagaimana para Titan dikalahkan, apa itu Tartarus, dan
siapa pula itu Bacchus. Semua tokoh-tokoh tersebut ada dalam mitologi Yunani,
dengan kisahnya masing-masing. Om Rick hanya menuliskan ulang dengan versi yang
berbeda—lebih tepatnya versi yang lebih modern. Kekuarangan utama dari buku
ketiga ini (selain terlalu banyak romance ahem) adalah plotnya yang masih sama
dengan buku satu dan dua. Juga, masih ada banyak bolong-bolong di sana-sini,
tentang sihir yang menggerakkan Argo II, alat-alat ajaib yang tidak diketahui
bagaimana asal muasal dan mekanismenya, fungsi Kabut (sebagai penutup pandangan
manusia fana dari segala keajaiban mitologis di dunia nyata), hingga terlalu
lemahnya Dewa-Dewi di dunia rekaan om Rick ini. Untuk versi terjemahan, saya
paling suka versi terjemahan buku ketiga ini. Kata-kata yang digunakan pas,
gaul tapi tidak alay, dan tiak terdapat kata-kata terlalu “gaul” seperti bego,
coy, ciu, dan lain sebagainya. Kata “bung” muncul lagi, kata yang paling netral
dan aman dalam menerjemahkan.
Namun demikian, bolong-bolong
tersebut akan menjadi faktor minor nomor sekian setelah pembaca larut dan jatuh
cinta pada Percy Jackson dan kawan-kawan. Dunia rekaan Om Rick ini memang luar
biasa seru, ajaib, sekaligus kreatif. Mereka yang telah merampungkan seri Percy
Jackson pasti tidak akan melewatkan petualangan-petualangan seru yang lebih
intens bersama para tokoh dalam mitologi Yunani dalam buku ini. Bius dan godaan
para demigod remaja ini begitu kuat, seperti nyanyian merdu para Siren yang
mengoda para pelaut untuk mendekati mereka, dan menghempaskan kapal mereka ke
karang terjal. Sungguh, mitologi Yunani saja sudah begitu kaya dan melimpah,
dan Om Rick Riordan menjadikannya semakin menarik dalam balutan prosa di era
modern.
sumber gambar:
https://www.facebook.com/PercyJackson
sumber gambar:
https://www.facebook.com/PercyJackson
mau koleksi. titik. >_< *nunggu obralan
ReplyDeletegyaaa, seru deh, baca ripiu mas dion :)
ReplyDeletebelum baca aku, heheh.. tapi pasti baca. Kok :)
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteHiya ampon mas D!!!!
ReplyDeleteaq baca teliti sampe habis review mas untuk The Mark of Athena *ketauan kl biasanya baca riview lompat2* krya Om Rick ini keren bangetttt!! (mau nyoba ini ah --> "ttssaahh* wkwkwkw)
aq bisa rasakan betapa mas D suka banget sm buku ini.
aq baru nyampek halaman 5 dr 605 *semoga mbak Truly ga baca komen ini cz qt (aq & meza) hrus bikin reviewnya tgl 15 jan besok krn dah menang dpt buku ini gretong. oh no!!! kan gak afdol bikin review sblum slsai baca bukunya? tp temenku pernah menang lomba resensi sekampus tanpa baca bukunya loo, aneh ya?* <-- trlalu jauh menyimpang!
aq dulu pernah bertanya, "Kenapa mitologi Yunani yang dipakai patokan?", "bukankah mitologi hanya legenda fiktif?"
lalu suatu hari aku mendengarkan dg samar orang mengutip kata2 bagus dr Goenawan Mohamad yg menjawab pertanyaan2ku td, tp aq lupa gimana kata2nya *payah* jadi aq skg mengumpulkan buku2 seperti: Mutiara Hikmah Mitos Negeri Yunani *ini jdulnya kok kyak buku agama ya?*, Mitologi Yunani by Edith Hamilton, Odyssey & Illiad by Homer *malah pamer -_-"* dan sgt bersedih krn menjual buku "The Thousand Ship" ttg perang Troy! uh hu hu v_v..
jadi, karena mas D udah ngiming2i aq, jd aq mau baca The Mark of Athena stelah baca The Thousand Ship aja cz bsok mau dikirim ke pembeli :D
Cao mas D!
dr shbtmu, J..
*apa'an sih! ini?!* -_-"
sorry, kbetulan novel ini mnjadi patokan sya skrng untuk pnyusunan skripsi zya THE MARK OF ATHENA. klian psti sdh membcaya kira2 dia dsini memakai teori apa dlam sastra? ini pnting bnget, bgi yang tau post komentnya yah? please...
ReplyDelete