Judul :
Masa Elir
Pengarang :
Hans Junaidi Gumulia
Ilustrator/sampul : Rama Indra
Hikayat vandaria oleh : Ami Raditya
Cetakan :
1, 2012
Halaman :
283 halaman
Penerbit :
Gramedia Pustaka Utama
Sebuah
sekuel yang sangat memuaskan dari saga Benua Elir. Kalimat ini dengan sangat
tepat mampu menggambarkan novel Masa
Elir. Sebagai bagian kedua dari Trilogi Elir, Masa Elir adalah kelanjutan dari Takdir Elir sekaligus sebagai penyambung cerita menuju saga
pamungkas di buku ketiga Roda Elir. Ketiganya
ibarat sebuah kronik yang mengisahkan satu cerita yang mungkin terlupakan di
Tanah Vandaria, sebuah kisah dari sudut jauh Tanah Utama namun tidak kalah
seru.
Masa Elir dibuka dengan berkumpulnya
kembali lima pahlawan legendaris Elir yang ternyata adalah lima pejuang yang
datang dari masa depan. Dalam Takdir
Elir, kita masih ingat ketika di ujung cerita kelima tokoh utamanya
terlempar ke masa lalu. Mereka adalah Rozmerga, Liarra, Sigmar, Althor, dan
Xaliber yang belum sempat menyelesaikan petualangan mereka untuk mencari lima
senjata suci. Baru empat senjata yang ditemukan, dan senjata kelima itu
ternyata harus ditemukan di masa lalu. Di sini, terlihat kepiawaian penulis
(lebih tepatnya kesabaran) dalam menjalin benang-benang cerita antara masa lalu
dan masa depan Benua Elir.
Dan, di
sanalah mereka, terdampar ratusa tahun sebelum masa kehidupannya. Masa ketika
mereka bertemu kakek buyutnya yang masih muda, melihat kebesaran kerajaan
Serenade, serta melihat langsung seorang tokoh budak yang kelak akan mendirikan
Kerajaan Vandergaard. Di daratan masa lalu inilah kelimanya harus kembali
menjanai petualangan yang jauh lebih dahsyat, lebih seru, dan berbahaya
ketimbangg petualangan mereka di buku pertama. Di mana mereka harus melawan
deimos-deimos dengan kekuatan gelap, seorang penyihir dengan tongkat saktinya, serta
keganasan alam liar di Elir lama dengan misteri-misterinya. Bahkan seluruh
kisah dalam Masa Elir adalah sama
pentingnya sehingga akan sangat sulit untuk menulis alurnya tanpa membocorkan
banyak hal.
Satu
hal yang jelas, akan ada banyak sekali adegan pertempuran, perkelahian, serta
petualangan yang dalam mungkin belum tercakup dalam Takdir Elir. Jika Takdir Elir
alurnya menanjak sedikit demi sedikit, maka Masa Elir ibarat jalan yang bergelombang, naik dan turun, membuat
pembaca susah untuk berhenti membaca begitu terlarut dalam ceritanya. Dari
segi karakter, kelima pahlawan Elir dalam buku kedua ini jauh lebih berkembang
ketimbang pada buku pertama. Di Takdir
Elir, hanya Rozmega dan Sigmar yang karakternya relatif utuh dan jelas,
sementara sosok Liarra hampir-hampir tak terjangkau, sementara Althor dan
Xalinder ibarat dua pangeran tampan dengan segala kesempurnaannya. Dalam Masa Elir, kita akan menjumpai sisi-sisi
manusiawi mereka.
Tentang Althor yang berbadan besar
tapi grogi kalau berhadapan dengan wanita, Xalinder yang menyiimpan masa lalu
pedih dibalik topeng kecuekannya, dan Liarra yang ternyata bisa pingsan selama
berhari-hari. Di Masa ELir inilah
kelima pahlawan kita terlihat tidak sempurna, yang dengan demikian malah makin
menjadikannya terasa lebih realistis. Lima pahlawan dengan segala
ketidaksempurnaannya berjuang melawan para deimos dan kekuatan jahat yang
hendak menghancurkan Elir, ini baru cerita
yang seru. Kesimpulannya, jangan sampai melewatkan dan tidak membaca Masa Elir jika kamu telah membaca Takdir Elir. Percayalah, seri kedua ini akan semakin membuatmu
terlarut di alam dan petualangan Vandaria.
No comments:
Post a Comment