Search This Blog

Saturday, April 14, 2012

The Court of the Lion

Judul   : The Court of the Lion
Penulis : Eleanor Cooney dan Daniel Altieri
Penerjemah : Fahmy Yamani
Editor  : Adi Toha
Halaman: 587 halaman
Cetakan: 1, Februari 2012
Penerbit: Serambi Ilmu Semesta



            Jalinan rumit antara intrik politik, ambisi pribadi, dan keemasan peradaban Dinasty Tang; ketiga elemen inilah yang mendominasi dan kemudian membentuk sebuah kisah panjang namun menghanyutkan dalam buku tebal The Court of the Lion. Sungguh tak dinyana, dibalik tembok tebal yang mengelilingi kompleks Istana Terlarang di kota Chang an, China, tersusun sebuah upaya konspirasi yang dilakukan dengan luar  biasa halus namun begitu telak menghantam Sang Putra Langit, Tang Minghuang—kaisar legendaris China dari abad ke 8 Masehi. Zaman yang terkenal dengan kelimpahan panen dan keamanan negara itu terpaksa ternodai oleh sebuah upaya makar untuk merebut tahta, bukan melalui adu kekuatan atau perang melainkan lewat serentetan konspirasi licik yang direncanakan dan dieksekusi dengan sangat bagus sekali. Begitu halusnya makar itu sampai-sampai sang kaisar pun takluk dibuatnya.

            Bencana dimulai ketika sang putra mahkota ditemukan telah tewas karena bunuh diri di tempat tidur, yang kemudian disusul dengan permaisurinya yang sedang diasingkan. Permaisuri Wang. Kehilangan dua orang yang sangat disayangi oleh sang kaisar begitu rupa memukul telak benteng-benteng kejiwaannya, memaksanya lepas tangan dari segala urusan pemerintahan. Keadaan makin memburuk ketika Selir Wu—selir yang telah banyak memberikan anak laki-laki kepadanya—dinyatakan kesurupan dan harus dikurung demi keselamatannya sendiri. Dalam hantaman cobaan yang bertubi-tubi ini, tahta pun goyah sementara gosip dan intrik mulai menyebar di kalangan istana, membuat bingung para kasim, para pejabat menteri dan jendral di perbatasan.

            Ketika keadaan hampir tidak bisa lebih buruk lagi, kendali kerajaan berada di tangan Li Lin-fu, seorang Perdana Menteri ambisius namun juga luar biasa cerdas dan ahli strategi. Semakin lama, semakin tampak bahwa orang ini tengah berupaya meraih kekuasaan yang lebih tinggi lagi dalam lingkaran Istana Dinasty Tang. Untungnya, kasim kepercayaan kaisar, Kao Li-shin mampu merasakan adanya gelagat tidak beres. Bertahun-tahun menemani kaisar untuk melalui beragam intrik dan perseteruan telah menajamkan indra sang kasim, membuatnya mampu mengendus aroma konspirasi yang saat itu begitu samar menyelimuti istana. Sementara sang kaisar terpuruk dalam depresi luar biasa akut, Kao Li-shin bergerak cepat untuk menyelamatkan negara. Bersama seorang menteri, ia menemukan sebuah bukti aneh berupa syair dan puisi lirik yang diguratkan secara indah dalam bunga-bunga kertas yang dikirimkan ke kamar Selir Wu.

            Beragam dugaan muncul, dan seiring dengan beralurnya cerita, tampak bahwa kematian sang putra mahkota, bunuh diri Permaisuri Wang, dan kegilaan Selir Wu, ternyata diikat oleh satu benang merah yang samar-samar, sebuah kejahatan yang dilakukan dengan begitu lembut namun ampuh. Puisi lirik dalam bunga-bunga anggrek macan kertas itulah awal dari semua bencana ini. Orang pertama yang mengetahui hal ini adalah Chang  Chiu-Ling, seorang penyair sekaligus ahli kenegaraan. tapi, ketika ia hendak menyampaikan kecurigaannya kepada sang Kasim, ia terlebih dulu ditangkap dan diasingkan ke pulau tropis Hainan oleh perdana mentri Li Lin-fu. Di saat yang sama, sang perdana menteri culas mengundang An LuShan, seorang babrbar dari utara yang sengaja ia selundupkan dalam kompleks istana. Pemimpin haus darah inilah yang digunakan sebagai pion rahasia untuk--sedikit demi sedikit--menguasai tahta Chang an. Namun, kejahatan pasti akan terendus juga. Kao Li-shin dengan bergerak sendirian mampu berinteraksi dengan sang penyair, keduanya mengungkap sebuah intrik jahat yang tengah membayangi istana. Sang kasim kepercayaan harus bergerak cepat, dan hal pertama yang harus ia lakukan adalah menyadarkan sang kaisar dari depresinya yang berkepanjangan.

            Dan, cara ampuh apalagi yang bisa mengalahkan depresi kelam seorang pria selain hasrat seksual dan kehangatan cinta seorang wanita muda yang masih ranum. Dengan cerdik, Kao Li-shin mempersembahkan kepada Sang Putra Langit seorang gadis jelita dengan pribadi yang menghangatkan dan pengalaman lengkap tentang aktivitas "Awan dan Hujan". Gadis inilah yang berhasil menyadarkan sang kaisar melalui kecantikan dan erotisme dunianya.  Akhirnya, bagian pertama pun diakhiri dengan bangkitnya kembali semangat hidup sang kaisar. Inilah awal yang baik untuk menyerang balik sang musuh yang bersembunyi dengan begitu lihainya di balik tembok-tembok salah satu bangunan di kompleks istana kota Chang an.

            Sangat panjang dan detail, itulah impresi pembaca saat mengikuti kisah ini. Masing-masing bab di dalamnya ditulis dengan begitu lengkap, begitu bertele-tele, lengkap dengan berbagai metafora dan ungkapan khas kisah-kisah dari daratan China. Satu aspek lagi yang luar biasa adalah kekayaan data sejarah dan deskripsinya yang sangat mengagumkan, Kompleks istana, harem-harem, pemandian, taman-taman kota, hingga aneka bangunan kuil dideskripsikan dengan begitu “Cina”, membuat pembaca bisa membayangkan langsung dirinya terseret ke tengah-tengah kompleks istana terlarang. Penulis juga mampu membuat alur yang pelan namun menyentak-nyentak, di mana peristiwa-peristiwa yang awalnya tidak berkaitan ternyata memiliki peran dalam peristiwa-peristiwa besar setelahnya.

            Melalui novel ini, kita juga bisa mengetahui fakta bahwa di balik tembok kompleks istana yang megah dan indah tersebut ada berbagai konspirasi kotor dan darah-darah yang tertumpah demi alasan politik, di mana pembunuhan—bahkan terhadap saudara atau anak sendiri—sudah bukan menjadi hal yang luar biasa di istana hanya demi kekuasaan dan jabatan. Diceritakan juga ketika sang kaisar mempersilakan bibinya Putri Tai Ping untuk bunuh diri karena upaya makarnya yang gagal.

            “Sang Kaisar, seperti yang kamu ketahui, telah berperang sekian tahun lamanya sebagai putra mahkota melawan berbagai macam gangguan di istana,. Mandat Langit yang merupakan hak ilahi untuk memerintah sepertinya merupakan hadiah yang diberikan kepada seseorang yang paling bersedia dan mampu menumpahkan darah—biasanya kerabat terdekat orang tersebut—dan memanipulasi orang lain. (hlm 98).

            Selain itu, pembaca juga akan dibawa hanyut pada kesungguhan penulis dalam menggambarkan tokoh-tokohnya yang diceritakan dengan begitu lengkap dan utuh, mulai dari masa lalu hingga sifat dan kepandaiannya. Entah itu Li Lin-fu yang luar biasa licik, Kao Li-Shin yang begitu setia, atau Sang Istri Kesayangan,; semuanya menawarkan eksotisme dalam karakterisasi fiksi sejarah yang sangat mengagumkan. Walau ceritanya agak bertele-tele dan berkelindan kesana kemari, alur esarnya masih bia dinikmati. Empat bintang layak disematkan untuk novel yang digarap dengan sangat kaya dan mendetail ini. 

2 comments:

  1. Sampe sekarang masih belum ngeh makna metafora awan & hujan itu.... *pasang wajah innocent*

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha masak sih ngak ngerti? perasaan kameren sampai hafal di luar kepala mbak ahihihi

      Delete