Judul : Love You to Death, The Vampire Diarie’s Companion
Penulis : Crissy Calhoun
Penerjemah : Risyiana Muthia
Editor : Dian Pranasari
Korektor: Adi Toha
Halaman: 486 halaman
Cetakan: 1, Maret 2012
Penerbit: Atria
”… ini adalah kisah tentang sebuah kota. Itulah salah satu hal yang sangat saya sukai dari buku-buku The Vampire Diaries, L.J. Smith telah menciptakan sebuah mitologi yang luas dan kaya, dan kita dibuat menyatu dan larut ke dalamnya.” (hlm 47)
“… sebuah ansambel drama remaja yang dipadukan dengan elemen-elemen supernatural. Pendekatannya lebih pada karakter para tokoh dan romansa yang ada di dalamnya” (49)
Kepopuleran serial Twilight karya S. Meyer memang menjadi salah satu katarsis dari munculnya serial-serial dengan tema yang sama, yakni mahkluk supranatural yang keren dan dipadukan dengan dunia remaja. Sam-sama mengulas tentang seorang wanita muda (dalam beberapa hal agak egois) yang jatuh cinta pada vampire baik hati yang hanya minum darah binatang, sempat membuat para twillightian berang dan menuduh sang penulis Vampire Diaries mencuri ide Meyer. Namun, tidak banyak yang tahu bahwa Vampire Diaries ditulis jauh sebelum Meyer menulis Twillight Saga, yakni pada era 1990-an awal, dan dalam hal ini tuduhan tersebut mungkin saja terbalik, bahwa Meyerlah yang terinspirasi untuk menulis kisah cinta segitiga manusia-vampir-manusia serigala dariVampire Diaries. Pada akhirnya, L.J. Smith—sang penulis—menerima cukup banyak permintaan maaf.
Bagian pertama membahas proses kreatif sang novelis. L.J. Smith mulai menuliskan sebuah cerita cinta tidak biasa ini pada awal tahun 1990-an. Kisahnya sendiri memang cukup unik, yakni tentang seorang gadis cantik, sedikit egois yang tinggal di kota kecil di Virginia. Ia kemudian bertemu dengan kakak-beradik vampire yang luar biasa cakep, Steffan dan Damon, yang rahasia kelam mereka akhirnya menyeret sang gadis dan teman-temannya untuk berpetualang di dunia supranatural. Sepintas, pembaca yang baru mengenal The Vampire Diaries pasti akan teringat pada Twilligt, tapi ingat bahwa serial L.J Smith ini ditulis pada awal 1990-an sementara Meyer baru menulis pada akhir 1990-an dan awal 2000-an.
The Vampire Diaries sendiri terdiri atas 4 judul, yakni The Awakening, The Strunggle, The Fury, dan The Dark Reunion—yang kemudian disusul oleh sekuel-sekuel selanjutnya. Serial ini sempat telebih dulu merebut perhatian para pembaca sebelum kemudian menghilang sejenak dan diterbitkan ulang pada tahun 2000-an, yang menjadikannya dianggap meniru kesuksesan Twillight. Dalam bab satu, pembaca akan menemukan nasihat sang penulis bagi anda yang ingin menghasilkan karya besar di halaman 27.
“ menulis, menulis, dan menulis (“tulis apa pun yang kamu suka, dan jangan terlalu mengkritik diri sendiri. Keluarkan smeua yang ada di dalam pikiranmu dan jangan dulu memikirkan apakah tulisanmu itu bagus atau tidak”) serta baca, baca, dan baca (“baca semua yang bisa kamu baca dan bacalahberagam buku yang berbeda. Kamu akan menyerap banyak hal yang bagus, tata bahasa, perbendaharaan kata, struktur jalan cerita—meskipun kamu tidak menyadarinya. Baca juga buku-buku klasik, dan cobalah terus-menerus seiring bertambahnya usiamu”)
Bagian kedua membahas tentang proses pemfilman The Vampire Diaries yang dikerjakan oleh Kevin Williamson. Bagi yang belum ngeh dengan sutradara ini, pembaca mungkin ingat dengan serial Dawson’s Creek yang sempat cukup populer di Indonesia pada tahun 2000-2001. Ia juga yang menulis dan menyutradarai film Scream 1, Scream 2, Scream 3, dan The Faculty. Film-filmnya yang kebanyakan bergenre horor inilah yang membuatnya mampu mengerjakan serial dark supranatural seperti kisah cinta Elena ini dengan begitu sukses. Tentang bagaimana menghasilkan setting kota Fell’s Chucrh yang begitu misterius dan kelam, tentang bagaimana memvisualisasikan cinta segitiga Elena-Stefan-Damon, tentang bagaimana mengkarakterisasi serial vampire agar tetap terlihat orisinalitasnya, dan juga tentang berbagai hal seputar serial The Vampire Diaries yang sukses di pasaran.
Bagian ketiga adalah tentang setting dan juga para pemeran. Sebagaimana Twilight,pemilihan aktor dan aktris yang tepat sangat menentukan sukses atau tidaknya sebuah film di pasaran, terlebih ketika film itu diadaptasi dari sebuah novel. Dalam hal ini, pembaca tentunya sudah memiliki bayangan tentang seperti apa tokoh A dan tokoh D jika memang mereka benar-benar ada di dunia nyata. Jika pemilihan pemain dilakukan secara serampangan dan tidak memperhatikan karakterisasi sebagaimana disebutkan dalam novel, film itu harus bersiap-siap menerima cercaan dari para pembaca. Untuk kasus The Vampire Diaries, siapa yang memerankan Damon dan Stefan mungkin menjadi titik yang paling krusial. Dan akhirnya, episode perkenalan pertama dari The Vampire Diariespun ditayangkan untuk yang pertama kalinya pada 10 September 2009, dan setelah itu serial itu tampil secara rutin setiap pekan, dan berhasil menjaring penonton yang luar biasa.
Bagian terakhir, yang menguasai porsi terbesar dalam buku ini, adalah panduan per episode untuk menonton serial televisi The Vampire Diaries musim tayang pertama. Saya terpaksa melewatkan membaca bagian ini karena belum sempat menyaksikan serial ini, yang kalau tidak salah pernah diputar di Trans 7 beberapa bulan yang lalu, sayangnya pada jam-jam larut malam sehingga banyak yang melewatkannya. Semoga, serial itu diputar kembali di Indonesia—atau kalau niat sih bisa cari DVDnya. Kalau kesempatan itu datang, berharaplah untuk memiliki buku ini sebagai panduan lengkap per episode, yang berisi rangkuman, alur cerita, dan segala seluk-beluk lain tentang serial ini. Pasti menyenangkan bisa mengira-ngira kemana alur menuju sekiranya kita sudah tidak sabar lagi menanti kelanjutannya kelanjutannya pekan depan.
Buku ini bisa dianggap sebagai manual lengkap bagi para penggemar yang baru mengenali orisinalitas dan jatuh cinta pada serial The Vampire Diaries—baik novel maupun serial filmnya. Disusun secara urut, pembaca akan menemukan aneka pengetahuan berharga tentang bagaimana L.J Smith terinspirasi menulis novel yang tidak biasa tentang manusia yang jatuh cinta pada dua vampire tampan, tentang bagaimana ia sampai harus merelakan keluar dari pekerjaannya sebagai guru demi menulis novel seri ini, tentang pembuatan serial televisi dan otak dibelakangnya, serta biografi singkat para pemain yang seolah-olah memang begitu pas dan—seperti ditakdirkan—cocok untuk memerankan Damon, Steffan, Elena, dan kawan-kawannya. Disertakan juga kronologi peristiwa mulai dari kapan kedua bersaudara Salvatore menjadi vampire hingga saat mereka tiba di Fell’s Church. Pokoknya, bagi para pecinta Bella yang ingin merasakan pengalaman Elena yang lebih orisinal, cobalah The Vampire Diaries. Dan, untuk mereka yang juga ingin jatuh cinta dan dilanda demam The Vampire Diaries,cobalah untuk membaca buku ini.
The Vampire Diaries menjadi begitu berhasil bukan hanya karena genrenya tepat, tapi serial ini memiliki romansa, humor, dan cerita tentang persahabatan yang erat layaknya keluarga.”(hlm. 48).
kayaknya lagi era Vampire-vampirean yah :)
ReplyDeleteiya mas, sayangnya aku kurang suka sih model cerita begituan
Deletehehehe ya
Delete