Search This Blog

Thursday, August 18, 2011

Untung Surapati

Judul               : Untung Surapati
Pengarang       : Yudhi Herwibowo
Editor              : Sukini
Desain Sampul: Rendra TH
Desain Isi        : Rendra TH
Layouter          : Tri Mulyani Ch.
Cetakan           : Pertama, Februari 2011
Tebal               : 660 hlm
Penerbit           : Metamind



Kita mengenal namanya, namun belum tentu kita mengenal dengan mendetail kehidupan dan sepak terjangnya. Ia memang sudah dimasukkan sebagai salah satu pahlawan nasional, yang gigih menentang penindasan dan kekuasaan kolonial di bawah VOC pada sekitar abad 17. Ia adalah tokoh sejarah keturunan Bali yang kemudian berhasil menjaring pengikut setia untuk kemudian menjadi kawan sekarib. Ialah tokoh panutan yang begitu legendaris di tanah Banten, Kasultanan Cirebon, Kraton Kartasura, hingga Pasuruan dan Madiun. Dialah Untung Surapati.

            Seorang Yudhi Herwibowo sekali lagi berhasil menampilkan sosok sejarah yang jarang diulas ini dalam bentuk novel utuh dan tebal. Di awal dikisahkan bahwa ada kemungkinan Untung Surapati adalah keturunan dari seorang raja di Bali, Saat kecil, pangeran itu terpisah dari orang tuanya sebelum akhirnya ia dijual sebagai seorang budak. Nama “Untung” sendiri adalah nama pemberian. Si Untung kecil pada awalnya tiada bernama dan hanya dipanggil “si Kurus”. Ia kemudian dijual kepada perwira VOC bernama Mijnheer Moor yang kemudian menamainya sebagai Untung—karena telah membawa keberuntungan bagi keluarga Belanda itu. Darisinilah nama “Untung” berasal, nah lalu nama “Surapati”? Sabar ….
           
            Singkat cerita, Untung kecil beranjak menjadi sosok dewasa yang tangguh. Sejak remaja, ia juga belajar ilmu kanuragan kepada Ki Tembang Jara Driya, seorang guru lahiriah sekaligus batiniah bagi Untung. Kepada Ki Tembang Jara Driya inilah mungkin segala keberuntungan dan ketenaran Untung berasal. Entah sebagai bumbu romantika atau pemanis agar kisahnya tidak terlalu berbau buku sejarah, Untung dikisahkan menikahi putri Mijnheer Moor, Suzanne—yang tentu saja segera ditentang sang Ayah. Untung pun diusir setelah sebelumnya dihina, dilukai, dan dipisahkan dari istri tercinta. Ia kemudian berkelana dan sampai di tlatah Tanah Mati, sebuah persinggahan rahasia di tengah hutan. Tanpa dinyana, dari tempat inilah ia mulai menggalang pengikut. Para begal dan perampok ia ubah menjadi pasukan yang ditakuti Kompeni VOC. Bersama-sama, Untung memulai perang gerilya melawan kekuasaan VOC yang mencengkeram Tanah Jawa di abad 17.

            Tanah Jawa pada saat itu terbagi-bagi menjadi berbagai kerajaan, kesultanan, dan kadipaten-kadipaten. Masing-masing diperintah oleh para raja, sunan, atau bupati yang tunduk di bawah ancaman VOC. Sebenarnya, banyak kerajaan yang diam-diam mencoba melawan VOC, seperti Kesultanan Banten dan Cirebon, namun kurangnya kesatuan dan buruknya organisasi—masing-masing kerajaan berjuang sendiri-sendiri dan bukannya sebagai satu kesatuan—maka VOC dengan kelicikannya pun berhasil memadamkan pergolakan itu. Di sinilah Untung mengambil peran pentingnya. Mulai dari tanah Banten hingga ke Madiun, ia dan pasukannya senantiasa membikin resah pasukan VOC. Di Cirebon, ia bahkan berhasil meyakinkan Sultan Cirebon untuk berani melawan kesewenangan VOC, demi harga diri sebagai penduduk Djawadwipa. Karena keberhasilan Untung dalam mengungkap pengkhianatan yang dilakukan oleh Raden Surapati—anak angkat dari Sultan Cirebon, Sultan pun menganugerahkan gelar lama milik anak angkatnya, yakni “Surapati” kepada Untung. Jadilah namanya Untung Surapati.


            Dari Cirebon, kisah bergulir ke Banyumas dan Kartasura. Di alun-alun Kartasura inilah meletus peperangan dahsyat yang sekaligus melambungkan Untung Surapati ke puncak ketenarannya. Dengan keris kalamisani, Untung Surapati berhasil menghabisi Kapitein Francois Tack, seorang punggawa VOC yang dikenal sangat brilian dan memiliki kedudukan tinggi. Sungguh, kehilangan seorang Kapten Tack adalah kehilangan luar biasa besar bagi VOC sehingga kemarahan mereka kepada Untung pun memuncak. Ibarat bandul jam yang berbalik, kemenangan besar ini pula yang menandai mulai habisnya keberuntungan seorang Untung. Dengan mengarahkan pasukan benteng dan para marechaussee (polisi militer) kompeni, Untung dan pasukannya terus terdesak hingga ke pos pertahanan terakhir mereka di Benteng Bangil, Pasuruan. Di benteng inilah, Untung Surapati tetap berjuang sekuat tenaga mempertahankan kemerdekaan dan harga diri bangsanya. Diserang oleh gabungan pasukan kompeni, Kartasura, Surabaya, dan Madura; Untung Surapati pun mengakhiri kisah hidupnya yang begitu heroik. Satu pahlawan besar telah gugur, namun namanya akan tetap tercetak emas dalam lembar sejarah perjuangan bangsa yang besar ini.

            Untung Surapati karya Yudhi Herwibowo ditulis sebagai sebuah roman sejarah. Penulisannya bukan hanya sekadar untuk menghibur pembaca dengan pertempuran-pertempuran epik melawan pasukan kompeni; tapi juga untuk lebih mengakrabkan pembaca modern dengan pahlawan yang satu ini. Dan, Yudhi Herwibowo mampu menuliskannya secara apik dan berkesan. Pertempuran ala pendekar silat dan selipan-selipan bahasa Belanda membuat pembaca serasa diajak ke Jawa pada abad 17; Jawa ketika kerajaan-kerajaan masih berdiri namun di bawah cengkeraman kekuasaan VOC. Mas Yudhi sendiri mengatakan bahwa roman sejarah ini menggunakan data sejarah dari berbagai buku, dan aroma Babad Tanah Jawa begitu kental terasa dalam halaman-halaman di dalamnya.

            Kelengkapan data sejarah, itulah salah satu keistimewaan dari buku ini. Sebuah kekuatan yang sayangnya juga menjadi sedikit bahan catatan bagi penulis. Dalam mengawali bab-babnya, penulis sering sekali menuliskan ringkasan peristiwa sejarah yang mungkin mendasari penulisan bab tersebut. Teknik penulisan seperti ini sangat unik, namun juga riskan membuat pembaca cepat bosan. Menghabiskan separuh awal dari buku ini cukup menghabiskan banyak waktu, karena alur cerita yang begitu lambat dan data-data sejarah yang berlimpah; nyaris seperti buku teks sejarah. Untunglah kisah kasih Untung dan Suzzanne yang diselipkan oleh mas Yudhi bisa mengingatkan saya bahwa ini adalah sebuah novel sejarah, bukan buku teks sejarah yang membuat siswa-siswi mengantuk di kelas sejarah (salah satu bukti lagi bahwa kita sering mengabaikan sejarah ck ck ck #plakk).

            Terlepas dari itu semua, separuh bagian terakhir adalah bab-bab yang sangat mengasyikkan. Bab-bab ini berisi banyak sekali pertempuran epik antara pasukan Untung dengan kompeni Belanda, mulai di depan Kraton Kartasura, di Benteng Balongan, hingga ke Madiun dan Pasuruan. Dari bacaan ini, pembaca seolah diajak untuk melek terhadap sosok pahlawan yang satu ini. Dia dianggap begal oleh VOC dan kerajaan-kerajaan Jawa yang tunduk di bawah VOC pada masa itu, namun dengan menyimak roman ini, kita disadarkan bahwa Untung Surapati adalah seorang pejuang yang berupaya mempertahankan prinsip dan kemerdekaannya. Jauh sebelum proklamasi dikumandangkan tahun 1945, sebelum persatuan dan kesatuan digaungkan oleh para pemuda pada tahun 1928, Untung Surapati dan pasukannya sudah memulai perang kemerdekaan itu, walaupun dalam skala yang lebih kecil dan kurang terorganisir. Melalui kisahnya yang sangat epik ini, generasi muda bisa belajar tentang betapa berharganya kemerdekaan itu, betapa pentingnya menjunjung harga diri bangsa, dan betapa luar biasa perjuangan para pahlawan sehingga mereka berhak menyandang gelar terhormat itu.

            “Jika Untung Surapati dan Benteng Bangil dikalahkan … : siapa lagi sosok yang akan dengan berani menentang Kompeni di Tanah Jawa?” (halaman 640)

            Siapkah kita menjadi para penerus Untung Surapati? Untuk terus membela bangsa dan negara tercinta ini? Sekali Merdeka, tetap merdeka.

10 comments:

  1. Penulisnya ama tokoh yang ditulis, sama-sama keren yah?

    aku masih geli aja klo inget si penulis bela-belain puasa dari Facebook dulu demi merampungkan buku Untung Surapati ini :)

    ReplyDelete
  2. wkwkwk iya demi cross check data ck ck ck hasilnya ya keren n tebel gini

    ReplyDelete
  3. Agak sulit ya waktu baca fakta-fakta sejarah yang bertaburan di buku ini. Hehehe *dasar diriku pemalas*

    ReplyDelete
  4. sama mbak hahaha agak membosankan juga kalo kebanyakan

    ReplyDelete
  5. ooo...ini fakta sejarahnya lebih banyak ya...tapi kayaknya masih seru untuk diikutin deh...aku malah nggak familiar sama tokoh untung surapati. jadi pengen baca juga =)

    ReplyDelete
  6. bukan lebih banyak mbak Astrid, tp agak banyak jd kek membaca buku sejarah hehehe tp bg pengemar sejarah pasti suka kok

    ReplyDelete
  7. pelan-pelan deh saya merambah ke sejarah jawa,
    sebenarnya menarik juga bila dibahas dari konteks kebijakan VOC pada zaman Untung Surapati ini.

    mantap reviewnya mas Dion :)

    ReplyDelete
  8. Iya ini zaman VOCnya kental sangat,...makasih mas

    ReplyDelete
  9. Buku ini menarik sekali , membaca nya Waktu ber Umur 15 tahun. 😘👍
    Sampai sekarang masih ber kesan dlm hidup Saya ,

    ReplyDelete