Search This Blog

Thursday, June 30, 2011

The Count of Monte Cristo

Judul                : The Count of Monte Cristo
Penulis : Alexandre Dumas
Penerjemah      : Nin Bakdi Soemanto
Penyunting        : Dhewiberta
Tebal                : 568 Halaman
Penerbit            : Bentang
Cetakan           : I, April 2011
Harga               : Rp 73.000




            Terkadang, keberuntungan yang terlalu indah bisa mencelakakan. Edmond Dantes adalah seorang pemuda dengan masa depan cerah. Masih muda, berbadan sehat, diangkat menjadi pemimpin kapal, serta memiliki seorang kekasih yang luar biasa cantik; semua itu lebih dari cukup untuk membuat mereka yang berhati ular menjadi sirik dan iri luar biasa. Sifat Dantes yang jujur, agak polos, namun tegar dan berbakti kepada orang tua semakin membuat sejumlah orang dekatnya membencinya. Dan sebuah konspirasi mengerikan pun disusun. Intrik politik ditebar, dan kali ini Dantes lah yang menjadi korbannya.

            Tepat di hari pertunangannya dengan gadis yang ia cintai, Mercedes, para polisi Prancis menahan Dantes dengan alasan yang Dantes sendiri tidak benar-benar memahaminya. Amanah untuk menyampaikan surat kepada salah satu partisan Napoleon Bonaparte telah dijadikan sebagai bukti tak terbantahkan untuk menahan Dantes. Waktu itu, Prancis tengah bergolak karena perebutan kekuasaan antara kaum Republik dan pendukung Monarkhi. Dan, karena yang berkuasa saat itu adalah kaum Monarkhi, maka segala yang berkaitan dengan Bonaparte adalah sensitif dan membahayakan keamanan negara. Dantes pun hanya bisa pasrah ketika seorang pejabat tinggi yang ia kira akan membantunya malah menjebloskannya ke penjara Château d’if.


            Di penjara yang berada di tengah laut inilah Dantes mengalami transformasi dalam kehidupannya. Ayahnya meninggal karena kelaparan karena tidak ada yang mengurusinya, sementara kekasihnya yang lelah menunggu akhirnya menikah dengan salah satu musuhnya. Begitu beratnya tekanan yang ia terima, memaksanya untuk bersumpah akan membalas dendam kepada mereka.  Satu mata untuk satu mata, satu gigi untuk satu gigi!

          Dan, Tuhan memang Maha Adil. Kesempatan untuk membalas dendam itu pun tiba lewat tangan seorang pastur tua yang ditahan di samping sel Dantes. Di penjara itu Dantes dipertemukan dengan seorang bijak yang kemudian melimpahinya dengan kebijaksanaan, ilmu pengetahuan, harta karun, dan lebih dari semuanya—harapan. Dantes pun menjalani masa penjaranya bak seorang siswa yang bersekolah. Ketika tiba waktunya ia melarikan diri dari penjara terkutuk itu, Dantes sudah berubah menjadi pria yang berbeda. Ia jauh lebih cerdas, lebih kuat, lebih terfokus, dan lebih berbahaya.

            Orang bijaksana dari penjara telah mewariskan setumpuk harta karun di pulau Monte Cristo. Dengan harta luar biasa itulah Dantes mengubah dirinya menjadi The Count of Monte Cristo—orang bebas dengan kekayaan yang tak terbatas. Inilah saat untuk membalaskan dendam. Dantes—atau Count of Monte Cristo—kembali ke Paris dan dengan penuh kesabaran menyusun rencana pembalasan dendam. Sebuah pembalasan dendam yang manis, pelan, namun luar biasa mematikan. Namun, ia juga membalas jasa kepada mereka yang dulu pernah membantunya. Menjelma sebagai orang kaya baru di Prancis, Count of Monte Cristo mulai memasuki kehidupan para musuhnya—yang kini juga telah menjadi orang-orang penting di Prancis. Dan, pembaca sendiri akan menyaksikan betapa pembalasan dendam yang dilakukan secara perlahan dan penuh kesabaran itu adalah pembalasan dendam yang sesungguhnya paling mematikan. Dantes tidak hanya memukul telak tiga orang paling jahat yang dulu mejebloskannya ke penjara, namun juga membuat keluarga mereka hancur berantakan. Bahkan, Mercedes dan anaknya—yang tidak terlibat langsung dalam kejahatan terhadap Dantes pun ikut menerima akibatnya.

            Membaca The Count of Monte Cristo,  pembaca benar-benar diajak kembali ke Prancis pada abad Bonaparte. Mulai dari selera berpakaian, kondisi rumah dan bangunan, adat kebiasaan, hingga cara berbicara; semuanya benar-benar mencerminkan keadaan Prancis pada abad ke-18. Saya paling kagum dengan pemakaian kata-kata khas kelas atas—yang penuh adab sopan santun namun terkadang penuh kemunafikan—yang digunakan dalam novel tebal ini. Penerjemah juga piawai dalam mentransfer suasana atau nuansa kalimat dari novel asli ke dalam bahasa Indonesia. Sungguh, saya sampai terheran-heran betapa kalimat-kalimat penuh sopan santun yang diucapkan oleh Dantes, atau Dagglars, atau Albert, atau Morcerff bisa menyembunyikan bisa yang luar biasa beracun.

            Dibutuhkan kesabaran ekstra untuk membaca bagian tengah dari novel tebal ini. Halaman-halaman pertama berjalan cepat dan lurus, namun temponya agak melambat pada bagian tengah. Bagian paling seru adalah halaman 400 ke atas, ketika satu demi satu musuh Dantes mulai merasakan dampak dahsyat dari kejahatan yang mereka lakukan terhadap Dantes. Pembaca juga akan disuguhi dengan berbagai ungkapan bijak dari sang penulis, yang menjadikan karya ini begitu universal dan penuh nilai-nilai kemanusiaan. Inilah yang menjadikan The Count of Monte Cristo sebagai satu karya klasik yang setidaknya harus Anda baca sekali dalam seumur hidup. Kesabaran pada akhirnya memang akan berbuah manis. Selamat membaca.

10 comments:

  1. "Sungguh, saya sampai terheran-heran betapa kalimat-kalimat penuh sopan santun yang diucapkan oleh Dantes, atau Dagglars, atau Albert, atau Morcerff bisa menyembunyikan bisa yang luar biasa beracun."

    Setujuuuuu... Banyak kalimat-kalimat sopan tapi menusuk, hehe..

    ReplyDelete
  2. Wakakak huum mbak setuju juga, kita bisa belajar menyindir secara halus namun tetap sopan :)

    ReplyDelete
  3. "..betapa kalimat-kalimat penuh sopan santun yang diucapkan oleh Dantes, atau Dagglars, atau Albert, atau Morcerff bisa menyembunyikan bisa yang luar biasa beracun." << yup, setuju!
    Salut juga pada penerjemah yg pasti 10x lebih pusing dari kita waktu membaca dan menerjemahkan buku ini!

    ReplyDelete
  4. iya mbak Fanda, penerjemahnya kueren ... kalimat-kalimatnya terasa bener kelas atasnya

    ReplyDelete
  5. "berat" nggak baca buku ini? penasaran sama mencari harta karunnya itu

    ReplyDelete
  6. iya kalimat-kalimatnya si Count memang menusuk, tpi karena disampaikan dengan cara yang sangat bekelas jadinya bikin terkagum-kagum deh..

    sayangnya karena versi ringkas, jadi ada beberapa bagian yg mungkin menarik tapi dihilangkan

    ReplyDelete
  7. Kalau menurutku kok terjemahannya kurang enak yah apalagi kalo dibandingkan sama Les Miserables (lagi2 :D) tapi nggak semuanya sih hanya beberapa bagian sajah :p

    Buktinya buku ini banjir quote bagus.
    Good book n good review!

    ReplyDelete
  8. kenapa ya mesti diringkas, pasti ada bagian-bagian yang seru jadi terlewat. Mungkin karena menekan biaya cetak ya. 500-an halaman aja harganya 73rebu, gimana kalau seribu halaman yah, pasti harganya jadi lebih mahal. Cuma untuk novel bagus sekelas ini, sayang kalau diringkas.

    ReplyDelete
  9. Hah? segini tebel masih edisi ringkasan ck ck ck kalau menurut saya sih terjemahannya sudah oke karena saya yakin versi aslinya, kalimatnya belibet dan wuihhh kelas atas.

    ReplyDelete