Search This Blog

Monday, June 27, 2011

Tunnels

Judul                :Tunnels, Will Burrows dan Koloni Misterius Bawah Tanah
Penulis              : Roderick Gordon dan Brian Williams
Penerjemah      : Berliani M. Nugrahani
Penyunting        : Andhy Romdani
Proofreader      : Adriyani Kamsyah
Ilustrasi Isi        : Sweta Kartika dan Radhinal Indra
Cetakan           : VI, Oktober 2009
Tebal                : 651 halaman
Penerbit            : Mizan Fantasy


            Membayangkan ada sebuah komunitas yang hidup dan tinggal di bawah tanah mungkin bukan merupakan sesuatu yang baru bagi kita. Paling tidak, novelis kenamaan Jules Verne juga pernah menyinggung keberadaan dunia lain di bawah tanah kita berpijak dalam novel legendarisnya The Journey to the Center of the Earth. Dalam Tunnels, kita bisa menemukan kembali versi yang lebih modern dan lebih memiliki banyak penjelasan tentang dunia bawah tanah ini. Tunnels juga menawarkan solusi-solusi yang lebih aplikatif, karakter-karakter yang jauh lebih manusiawi, fakta-fakta dan data-data terbaru tentang dunia di bawah tanah, serta—yang paling seru—petualangan dan alur cerita yyang tidak kalah menegangkan. Sebelumnya, siapkan sekop dan belencong Anda. Kita akan segera memasuki terowongan menuju ke dunia bawah bersama Will dan Chester.

           Will Burrows hanyalah seorang remaja belasan tahun dengan jerawat yang memenuhi wajahnya. Ia berteman dengan Chester dan juga pernah di-bully oleh anak-anak nakal di kelasnya. Sekilas, tidak ada yang istimewa dari Will, kecuali hobinya yang agak nyeleneh: ia suka menggali terowongan. Kesukaannya akan sekop dan penggalian ini mungkin ditularkan oleh sang ayah yang juga sering melakukan penggalian pribadi demi mencari artefak-artefak arkeologis. Ibunya lebih sering tenggelam dalam dunianya sendiri, sementara Rebecca—adiknya—adalah satu-satunya orang yang “normal” dalam keluarga nyentrik ini. Kehidupan Will berubah 180 derajat ketika ia mendapati fakta bahwa ayahnya telah menghilang. Satu-satunya petunjuk adalah ayahnya pergi ke bawah tanah dengan menggali terowongan di ruang bawah tanahnya. Didukung oleh kesukaannya menggali, Will dan Chester pun bahu membahu membuat terowongan menembus cadas dan tanah demi mencari ayahnya. Dan apa yang mereka temukan di bawah tanah ternyata lebih dahsyat dari impian mereka yang paling liar. Mereka menemukan sebuah koloni bawah tanah yang telah dilupakan oleh dunia atas, Colony. 

            Colony adalah sebuah komunitas orang-orang yang tinggal, hidup, dan bekerja di bawah tanah. Mereka diatur oleh para Styx  yang kejam. Dunia bawah tanah itu diterangi oleh batu bersinar—yang oleh penulis digambarkan akan menyala ketika berada di tempat gelap dan akan meredup ketika keadaan terang benderang. Kota bawah tanah ini terhubung ke Dunia Atas oleh saluran-saluran udara yang menyelip secara rahasia di antara cerobong-cerobong asap Dunia Atas. Belum hilang kekagetannya, mereka berdua diamankan oleh polisi di Colony, ditahan dan diejek habis-habisan karena para penghuni bawah tanah itu sangat membenci orang-orang dari Dunia Atas atau Top Soilers.  Di dunia yang baru ini, Will juga menemukan sebuah kebenaran baru, ia memiliki adik kandung di dunia bawah tanah—di dunia di mana  ia dulu berasal.

           Will pun diadopsi oleh kerabatnya yang tinggal di Colony, dan ia segera akrab dengan adiknya Cal serta pamannya, Tam. Bertiga, mereka memulai sebuah petualangan baru untuk membebaskan Chester yang masih ditahan, berkelana di Eternal City—yang berada tepat di bawah London, memasuki lorong demi lorong yang memusingkan, menghindari menghirup hawa bawah tanah yang mengandung wabah, serta menjalani pertempuran dan adegan kejar mengejar seru dengan para Styx yang kejam. Di penghujung cerita, Will menemukan sebuah kejutan pahit tentang Rebecca. Apakah itu, baca sendiri ya hehehe.

             Membaca Tunnels luar biasa mengasyikkan. Sebagaimana testimoni Andrea Hirata yang mengatakan bahwa membaca Tunnels ibarat menonton film, lembar demi lembar di dalamnya menawarkan ketegangan dan kejutan-kejutan yang tersamar di balik setiap peristiwa biasa. Gaya penceritaan di bagian awal mungkin akan sedikit lambat dan monoton, karena kita baru diajak menginjak dunia bawah tanah itu pada halaman dua ratus sekian. Mungkin, penulis sengaja menyiapkan Will dan Chester sebelum mereka memulai petualangan bawah tanah mereka. Terowongan pun digali dan kejutan demi kejutan seolah menanti di balik kelokan lorong-lorong terowongan di bawah tanah. Pada beberapa bagian, pembaca seperti diajak untuk bersabar dengan alur cerita yang seolah berhenti sebentar, berputar, lalu berlanjut lagi. Ini yang kadang membuat pembaca greget dan beristirahat sejenak dari membaca. Namun, mendekati bagian akhir, cerita mulai bergulir cepat dan naik turun (dalam arti konotatif maupun denotatif). Adegan kejar mengejar serta pertempuran dengan Styx begitu menguras perhatian, sebelum cerita bergulir ke akhir yang membikin penasaran.

           Awalnya, saya sempat bertanya-tanya tentang apa yang membuat buku ini begitu laku walaupun tema dan cerita yang dihadirkan bukanlah cerita yang baru. Namun, begitu membuka lembar-demi-lembar di dalamnya, tahulah saya bahwa Tunnels menawarkan dunia bawah tanah yang berbeda. Alih-alih tercipta secara alami, Will benar-benar harus menggali sendiri terowongannya untuk bisa menuju ke bawah. Ada kerja keras dan kesungguhan kemauan anak muda yang sekuat cadas dalam alur ceritanya. Dunia penggalian pun diceritakan dengan begitu bersemangatnya sehingga pembaca bisa memaklumi mengapa Will begitu menyukai aktivitas menggali dan membuat terowongan. Baca sendirilah kalau ingin mengetahui serunya petualangan Will Burrows di bawah tanah. Siapkan sekop Anda, perhatikan apa yang menanti di ujung terowongan. Bersiap-siaplah, jangan lupa untuk tetap membawa cahaya. Terima kasih kepada Penerbit Mizan dan Komunitas Peresensi Jogjakarta, yang telah memungkinkan saya membaca karya hebat ini. 

No comments:

Post a Comment