Search This Blog

Saturday, May 14, 2011

Jangan Tunda untuk Sejahtera

Judul                : Jangan Tunda untuk Sejahtera
Penulis              : Dr.Ibrahim Elfiky
Penerjemah      : Banani B. Hassan dan M.T. Damas
Penyunting        : A.N. Rahman
Tebal                : 217 halaman
Cetakan           : II, 2009
Penerbit            : Zaman



            Rasulullah pernah bersabda, “Bersikap  optimislah maka kalian pasti akan mendapatkan kebaikan (hlm. 93)

            Sejak dekade terakhir dari abad ke-20, negara kita telah—Alhamdulillah—telah dibombardir dengan buku-buku how to dan psikologi populer model barat. Mulai dari Emotional Inteligent-nya Goleman, Quantum learning-nya de Potter, hingga master piece buku psikologi populer klasik, How to Win Friend and Influence People-nya  Carnegie; buku-buku penuntun praktis untuk mengembangkan kepribadian diri itu langsung mendapat respons positif dari pembaca. Setelah itu, buku-buku sejenis dan seirama mulai bermunculan, terutama pada awal tahun 2000-an. Dari situ, muncul ide untuk mengabungkan antara teori-teori kepribadian modern ala barat ini dengan gagasan-agasan spiritual. Contoh paling laris adalah buku Spiritual Quotient dan
 ESQ.
            Sayangnya, dalam beberapa hal, buku-buku tersebut kurang mampu membaurkan antara psikologi ala Barat dengan gagasan-gagasan pengembangan kepribadian yang sebenarnya telah melimpah ruah dalam al-Qur’an dan hadist. Kadang, saya sendiri susah untuk menggolongkan apakah sebuah buku motivasi islami itu termasuk buku pengembangan diri atau buku agama, mengingat banyaknya jargon-jargon agama dan tebaran kutipan ayat dan hadist yang bercampur baur dengan temuan-temuan modern para psikolog Amerika dan Eropa. Namun, buku keren karya Dr.Ibrahim Elfiky ini telah menunjukkan bahwa ilmu agama ternyata dapat dipadukan dengan dasar-dasar psikologi Barat. Melalui Jangan Tunda untuk Sejahtera, beliau tidak lagi menunda-nunda untuk melakukan terobosan besar tersebut.
            Satu hal yang menarik dari buku ini adalah nilai praktisnya. Walaupun penulis juga banyak menggunakan kutipan ayat al-Qur’an dan hadist, namun membaca buku ini sama sekali tidak terasa seperti membaca buku terjemahan dari bahasa Arab. Membaca Jangan Tunda untuk Sejahtera terasa begitu mengalir sebagaimana seperti ketika kita membaca buku-buku how to terjemahan dari Barat. Pertama kali membukanya, saya terkejut menjumpai keterangan bahwa buku ini diterjemahkan dari bahasa Arab. Hal ini karena model dan pola tulisannya serasa begitu “internasional” sekali. Luar biasa!
            Perhatikan pula bagaimana penulis dengan lancar mampu memadukan antara ayat-ayat langit nan agung dengan gagasan-gagasan praktis psikologi modern:  Allah selalu mengubah Anda menjadi lebih baik dan lebih sempurna. Anda selalu baru. Yang tiak pernah berubah adalah pikiran Anda karena ia adalah perbuatan Anda. Allah menyerahkan pikiran kepada Anda sendiri. “ Dan, dalam diri kalian. Apakah kalian tidak memperhatikan?”  (halaman 149). Bukankah kutipan ini hampir serupa dengan inti dari buku emas Norman Vincent Peale Anda Pasti Bisa bila Anda Pikir Anda Bisa.
            Walaupun berasal dari Timur Tengah, beliau tidak ragu untuk menggunakan contoh-contoh kisah motivasi model chicken soup for the soul—yang sangat Barat—berselang-seling dengan kisah-kisah islami nan penuh hikmah. Di dalamnya, kita akan menemukan kisah tentang ketekunan Thomas Alva Edison dan Andre Aggasi bersandingan dengan kisah-kisah para sahabat dan orang-orang alim zaman dahulu. Dan, di antara keduanya tidak saling mendominasi antara satu dengan yang lain, tapi saling mendukung dan melengkapi. Seolah-olah, barat telah menyatu dengan timur, masa lalu tercermin kembali dalam kisah modern.
            Akhirnya, jika Anda mencari buku psikologi islami yang komprehensif namun tidak melenceng dari kaidah-kaidah dasar dalam ajaran agama, maka Jangan Tunda untuk Sejahtera adalah buku paling tepat untuk Anda. Kita tidak perlu merasa terbebani ketika membaca buku yang memang didesain sebagai buku praktis dan ringan ini. Namun, dengan membacanya Anda tetap mampu mencerap mutiara-mutiara hikmah dari langit. Bukankah nilai-nilai ajaran agama akan lebih mudah diterima bisa disampaikan dengan bahasa yang sederhana? Tunggu apa lagi, jangan tunda-tunda lagi untuk membaca buku bintang lima ini.
            “Orang yang memulai tidak akan pernah terlambat. Orang yang tidak maju pasti tertinggal! Jangan tunda lagi untuk sukses dan bahagia” (hlm 216)

 ·  · Bagikan · Hapus

1 comment: