Search This Blog

Tuesday, March 22, 2011

Repiu Fantasy Fiesta 2010: 1 Buku 20 Rasa

Fantasy Fiesta 2010, 1 Novel 20 Rasa
Judul : Fantasy Fiesta 2010, Antologi Cerita Fantasi Terbaik 2010
Penulis : Pemenang Fantasy Fiesta 2009 dan 2010
Penyunting : Lufti Jayadi
Tebal : 280 halaman
Cetakan : 1, November 2010
Penerbit : Adhika Pustaka


9887385

Serangan telah diluncurkan, 20 mantra pemikat imaji telah dirapalkan, 20 pedang pemancar kreativitas telah dihunus, 20 teknik pengubah-rupa angan telah dipersiapkan, 20 deret aksara sakti pemotivasi pikiran telah ditorehkan, 20 pistol pendobrak kebuntuan kreativitas pun tak lupa ditembakkan. Bersiaplah Indonesia, inilah 20 cerita fantasi yang akan melindungimu dari kemarau fiksi fantasi yang selama ini menderamu. Sambutlah persembahan ini, Fantasy Fiesta 2010, Antologi Cerita Fantasi Terbaik 2010!


Indonesia, sebuah negeri yang kaya akan kreativitas, imaji, pengarang-pengarang produktif, ilham, dan sumber-bahan cerita yang tak akan habisnya; telah lama menantikan penulis-pengarang yang akan melanjutkan jejak-jejak keberhasilan Gundala Putra Petir dan kawan-kawan yang pernah menjadi fantasi idola di rumah sendiri. Selama beberapa dasawarsa terakhir, fiksi fantasi di negeri ini begitu sepi, seolah kurang begitu diminati. Entah karena kurangnya promosi, minimnya penulis yang mumpuni, atau mungkin ceritanya yang tidak bervariasi. Tapi, Fantasy Fiesta 2010 membuktikan yang sebaliknya.


Sejak dulu, saya selalu mengagumi para ahli pencerita. Dan, ketika buntelan berisi Fantasy Fiesta dari Mbak Truly dan Adhika Pustaka ini tiba, kekaguman itu semakin menjadi-jadi. Terpujilah para pengarang di dalamnya, yang mampu membangun alur cerita yang benar-benar baru dari serangkaian pengetahuan dan pengalaman yang biasa kita cerap. Mewujudkannya dalam kata-kata pilihan kemudian memolesnya dengan kalimat dan paragraf yang mempersatukan, yang mampu menggambarkan detail dan suasana dalam cerita ke dalam bayangan para pembaca. Para pemenangFantasy Fiesta, selain jago menulis, juga adalah ahli “menggambar” lewat untaian aksara dan kumpulan wacana. Saya ingin menjadi their secret admirer.


Fantasy Fiesta 2010 begitu kaya akan rupa-rupa cerita yang dihadirkan. Dalam kalimat-kalimat yang padat namun begitu penuh, masing-masing penulis mampu menenggelamkan pembaca dalam alam angan mereka, bahkan sejak paragraf pertama. R.Mailindra mengajak kita mengintip olahraga tinju dan situasi kota Jakarta di masa depan melalui Boxinite. Ia tak ubahnya Jules Verne yang menulis melampaui zamannya. Pun, F.A. Purawan yang menjungkirbalikan konsep manusia dan iblis, atau lebih tepatnya makhluk yang dikira iblis, yang bertarung melawan iblis dalam diri manusia dalam ceritaSpeak of the Devil: Perangkap. Bonmedo Tambunan dengan jenius menggambarkan sihir dansa tap-tap nya lewat rangkaian aksara melalui Rhyma. Tidak pernah terpikirkan oleh saya bagaimana dua hal yang berbeda dunia, yakni “dansa” dan “kisah fantasi” dapat dipadukan secara apik. Sementara, Erwin Adriansyah seperti menarik pembaca ke salah satu episode terakhir dari The Lord of The Ring danEragon—dengan kehancuran dan musuh yang lebih dahsyat!


Masih banyak lagi penulis-penulis denga ide-ide luar biasa yang mungkin hanya (atau baru) bisa diwadahi lewat Fantasy Fiesta. Melalui cerita Api, Klaudiani mempertemukan kita dengan mutan-mutan beraksara Yunani yang tergabung dalam Jatayu—intel sekaligus “The X-Files” versi Indonesia di masa depan. Fachrul R.U.N mengajak kita untuk mencoba diari versi masa depan, audio diary, di Apollyon. Luz Balthasaar menguakan selubung kabut sihir di kota kuno Amur. F.Nael mencoba menghela sejenak proses penciptaan bersama Sang Pelukis. Dan, Yuniar K. mampu menghadirkan kembali keceriaan masa kecil bersama mobil tua Moka, Si Mobil Jelaga.

Masing-masing cerita membuka ke ranah imajinasi, menyeret pembaca yang tak berdaya dari satu ruang imaji ke ruang-ruang imaji yang lain. Dari Jakarta setelah Gempa Besar di masa depan hingga ke padang-padang berhutan suku Indian ratusan tahun lampau. Dari kota misterius Apollyon ke negeri Sylvania dengan matahari hangatnya; masing-masing menawarkan sensasi yang berbeda, masing-masing menawan pembaca dalam negeri yang begitu asing namun menyenangkan untuk diselami. Di cerita pertama, kita akan diajak berkenalan dengan alam suku Indian oleh Jalandara. Cerita yang masih satu tema juga akan kita jumpai dalam cerita Anak Lelaki dan Si Pengubah Wujud. Lalu, berlanjut dengan cerita Hujan yang ber-ending tak terduga khas @fiksimini.


Cerita ketiga, Candu Aksara karya Dewi Putri Kirana—yang sekaligus terpilih sebagai juara 1 Fantasy Fiesta—begitu “keluar kotak” dan berhasil mencandu pembaca dengan kejutan yang tak tertahankan: seorang yang memakan buku. Bayangkan, jika seandainya buku bisa dimakan, maka berbahagialah para pecinta buku. Intisari isinya begitu legit laksana brownies hangat, kreativitas penulisnya ibarat sesapan sirop manis, dan pengetahuan di dalamnya ibarat seporsi ayam goreng terenak di dunia. Bahkan surat kabar pun punya rasa nya masing-masing, Tempo terasa pahit legit, Republika yang lebih manis dari Sindo, dan Kompas yang rasanya paling kaya. Pernahkan kreativitas seperti ini muncul dalam benak kita. Idenya begitu sederhana, tapi aplikasinya dalam sebuah cerita fantasi begitu menguncang kenormalan kita. Sungguh luar biasa! Kalau boleh memberi saran, begitu Fantasy Fiestadi tangan, segeralah melahap bab ketiga ini sebagai menu pembuka! Atau, jadikan Candu Aksarasebagai hidangan penutup untuk mengingatkan kita betapa dahsyatnya kekuatan aksara dan buku. Namun, tidaklah apa-apa menjadikannya makanan selingan di tengah-tengah momen melahap buku ini.


Membaca Fantasy Fiesta 2010, saya seolah terikat oleh mantra tak kasat mata, yang menguar dari cerita. Mantra-mantra itu begitu mempesona mata, menarik rasa penasaran, dan juga memupuk keingintahuan. Saya menduga jangan-jangan para ahli magi dan penyihir-penunggang-naga benar-benar telah memantrai Fantasy Fiestadengan sihir kuno pemikat mata! Melompat dari satu cerita fantasi ke cerita fantasi yang lain seolah begitu mudahnya, padahal masing-masing cerita mampu memikat kita dengan kejutan-kejutan tak terduga dan bangun-penopang cerita yang kokoh.


Tenggok saja cerita Nama Terlarang di Angkasa, yang memadukan antara mitos penciptaan, ide-ide psikologis, dan horor. Bayangkan jika kita semua punya 2 nama, yang satu adalah nama yang kita sandang sehari-hari, dan satunya lagi adalah nama sejati kita—yang tercetak di belahan langit. Kita harus berhati-hati agar tidak membaca nama sejati kita yang terukir di langit, karena nama itu bisa dicuri oleh sang penguasa angkasa. Setelah membaca cerita ini, banyak pembaca akan memandang ke angkasa—berharap nama sejati kita aman di sana.


Tyas Palar, yang telah mempesona saya dengan novel debutannya The Death to Come kembali membawa para dewa-dewi Yunani dalam versi yang lebih manusiawi. Melalui cerita Drama Terhebat yang Pernah Ada, kita bisa terbahak sebentar demi menyadari bahwa Ares sang dewa perang nan bengis itu bisa dipaksa bermain drama oleh dewa Apollo. Bagi Anda penggemar serial Charmed danBuffy, tenggoklah cerita Dewa Laut Istana Camar karya 145.Kisah tentang pemusnahan jin di dalamnya begitu memikat. Atau, yang sedikit berat, bacalah Kerinduan Buku karya Elbintang dan Labirin gubahan Aphrodite. Paragraf-paragraf awal begitu misterius, dengan alur yang agak berliku-liku, tapi berakhir dengan ending yang begitu memuaskan.


Menuliskan cerita fantasi tentunya bukan hal yang mudah, apalagi ketika penulis harus dibatasi oleh syarat-syarat kaku dari sebuah cerita pendek. Penulis harus mampu membangun setting cerita dalam kalimat-kalimat yang padat, dan di saat yang sama mereka juga harus mampu menarik perhatian pembaca. Sungguh, ini adalah salah satu kekuatan terhebat dari para penulis Fantasy Fiesta. Saya membayangkan, jika ke-20 cerita fantasi pendek dalam antologi ini dikembangkan lagi oleh para penulisnya menjadi 20 novel yang lengkap dan utuh, maka dunia fiksi fantasi Indonesia tentunya akan sangat berbahagia.


Membaca Fantasy Fiesta, sebagaimana rasa buah yang dimakan oleh tokoh utama dalam cerita Sang Pelukis (halaman 125), “rasanya manis dari awal sampai akhir”. Anda harus membacanya, agar dahaga fantasi kita terpuaskan!

Terima kasih kepada adhika Pustaka!


Bisa diliat di: http://www.facebook.com/note.php?note_id=205906082758449

No comments:

Post a Comment