Judul : Surat Panjang Tentang Jarak
Kita yang Jutaan Tahun Cahaya
Pengarang : Dewi Kharisma Michellia
Sampul : Eka Apriliawan
Cetakan : Juni 2013
Tebal : 236 hlm
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Ada surat
panjang yang terlambat sampai. Tanpa nama pengirim, dan hampir basah oleh
tempias hujan. Sebuah surat—bukan, surat ini panjang sekali dan juga indah,
mungkin lebih tepat disebut sebuah kenangan dalam sebundel surat. Dan siapa pengirimnya? Dia
adalah seseorang yang merasa sebagai alien yang tengah tersesat di Bumi. Tunggu
sebentar, ini bukan tentang sebuah sinetron di katanya menjiplak milik Korea.
Ini adalah surat panjang, penuh oleh kenangan maupun pengalaman, yang harus coba
kau baca agar kau jadi jauh lebih bijaksana.
“Seorang manusia tidak boleh berhenti
bernimpi—dan tidak boleh menghentikan mimpi orang lain.” (hlm 99)
Semua
berawal dari mimpi seorang wanita, ia belum menikah padahal sudah kepala empat,
Mimpinya adalah menikah dengan pria masa kecilnya—yang masing-masing tidak akan
menikah kalau bukan satu sama lain. Tapi pagi itu, undangan pernikahan si pria
datang ke apartemen wanita itu. Maka, mulailah wanita itu menuliskan surat
panjang berisi curahan hatinya, juga kisah hidup dan liku-liku pengetahuannya,
pandangannya tentang dunia, untuk kelak dikirimkan agar dibaca si pria yang
telah lebih dulu melanggar janji mereka berdua.
Total ada 37
surat yang benar-benar panjang dalam buku ini. Benar-benar panjang dan tidak
menjelma surat karena isinya begitu bernas, begitu padat, begitu kaya, juga
begitu penuh ungkapan hati yang tak tersampaikan. Si wanita alien terus menanti
sang pria, tetapi dunia terus berputar dan kadang janji akan menghilang. Di
zaman seperti ini, murah sekali harga sebuah janji. Tapi untungnya si wanita
sadar. Dia harus move on, dalam
hidupnya yang melajang dan kesepian—hanya berteman baik dengan seorang pemilik
toko buku yang gay—si wanita
memutuskan untuk sehat. Ia harus menikmati dan menjalani kehidupan. Karena,
seperti kata ungkapan-ungkapan bijak, tragedi dan kemalangan datang silih
berganti, tetapi hidup harus tetap berlanjut.
“Kesedihan membuat seseorang tidak menjadi
dirinya sendiri, memikirkan terlalu banyak hal, dan akhirnya mengalami sakit.” (hlm
105)
Dalam surat
panjang ini, si wanita mencurahkan segala isi hati, jelas-jelas bahwa dia
wanita yang cerdas dan berkarakter. Curhat-nya
dalam surat ini jauh dari alay, melainkan
penuh dengan kerasnya pengalaman hidup yang telah menjadikannya wanita mandiri
yang konsekuen dengan pilihannya sendiri. Sebagai wartawan, pengetahuannya
tentang sejarah republic ini sungguh luas, yakinlah pembaca akan mendapatkan
banyak sekali pengetahuan baru terselip dalam buku ini. Mulai dari kerusuhan
1998, mumifikasi biksu di Jepang, database buku-buku bagus yang sebaiknya
dibaca, sampai kebenaran tentang gadget.
“Dengan alat-alat itu, semua orang di dalam bus tampak
seperti tidak akan pernah membutuhkan satu sama lain.” (hlm 165)
Begitu padat
isinya, walau bersembunyi dalam sebuah surat. Pembaca yang mengira buku ini
hanya kumpulan curhat sebenarnya rugi sekali. Surat-surat awal memang si wanita
lebih banyak curhat, wajar mengingat dia baru dikhianati kekasihnya. Tetapi,
semakin ke tengah, akan terasa sekali betapa berbobotnya buku ini. Banyak
pengetahuan baru milik si wanita yang terbagi kepada kita, para pembaca,
sekalipun surat-surat ini ditujukan untuk si pria. Dan, ketika seluruh surat
selesai dan tidak bisa ditulis lagi, pembaca akan ditinggalkan untuk tercenung
merenungkan makna hidup, bahwa setiap hidup adalah tanggung jawab masing-masing
kita.
“Pada akhirnya, setiap konsekuensi dari
pilihanku harus kutanggung sendiri dan sberapa mampu aku dalam menghadapi
kemungkinan-kemungkinan itulah yang menentukan kedewasaanku.” (hlm 98)
Iya, buku ini sebenarnya bikin kita berpikir tentang hidup kita sendiri dan pilihan-pilihan kita sendiri (>_<)
ReplyDeleteHebat ya tokoh perempuannya, bisa setia dalam hubungan yang bertepuk sebelah tangan.
saya juga baca buku ini untuk Baca Bareng BBI.
Awalnya saya pikir buku ini simpel dan mendayu-dayu, ternyata sangat padat dan bergizi. Salut juga dengan tokoh perempuannya.
DeletePernah lihat buku ini di Gramedia, dan makin penasaran setelah baca reviewnya. >.< Perempuan kalo curhat emang panjang, apalagi kalo ga bisa ngomong langsung hanya bisa lewat surat buat orang yang disayang. Keren kalo ceritanya bisa berkembang ke kisah lainnya, kak. Penasaran terutama database buku bagus yang harus dibaca. Apa aja judulnya ya? :D
ReplyDeleteIya, kudu banyak baca-baca buku sejenis ini. Ditimbun pun tetang indah
DeleteTertarik pengen baca buku ini, selain karena review-nya yang menggiurkan, saya suka sama novel yang bercerita dalam bentuk surat. judulnya juga keren!
ReplyDeleteBetul, judulnya unik dan bikin penasaran
Delete