Judul : Dan Hujan pun Berhenti
Pengarang : farida Susanty
Editor : Mira Rainayati
Cetakan: Pertama 2007
Tebal : 322 hlm
Penerbit : Grasindo
“Hei! Kenapa menggantungkan (teru-teru bozu)
itu?”
“Biar hujan nggak turun.”
“Memangnya kenapa kalau turun?”
“Aku keburu mati sebelum bunuh diri.”
“Kamu mau bunuh diri?”
“Ya, asal nggak hujan.” (hlm 4)
Leostrada Andika, cowok bad boy dari SMA Wahutri, berasal dari
keluarga kaya raya, setengah blasteran Indo-Jepang, jangkung, rambut spike, dan
tatapan mata yang tegas. Dari luar, bocah ini adalah cowok idola abg-abg labil,
tapi dari dalam jiwanya sakit! Kombinasi antara broken home, naluri anak muda yang meledak-ledak, darah panas, dan
lingkungan yang sakit menjadikan Leo sosok yang selalu mengutuki dan merutuki
dunia. Baginya, dunia adalah kelam dan kejam. Ia tidak percaya persahabatan,
semua orang baginya munafik. Di balik tawanya, dia membenci semua orang yang
dianggapnya munafik, termasuk sahabat-sahabatnya sendiri. Ayahnya sendiri suka
memukulinya dan adik manisnya. Ibundanya yang suka mabuk dan gemar selingkuh
mengusirnya dari rumah. Guru-guru juga sudah muak dan bosan kepada kelakuannya.
Leomembenci semua orang, sampai suatu hari, seorang gadis bernama Iris menyapa
jiwanya yang rapuh.
“Betapa manusia merasa dirinya kuat, padahal lemah luar biasa.” (hlm
181)
Betapapun kerasnya perangai anak ini, Iris yang ceria
dan selalu memandang dunia secara positif perlahan bisa “mengendalikan” Leo
yang meledak-ledak. Satu kali Leo diselamatkan Tuhan dari bunuh diri lewat Iris.
Bagi Leo, Iris adalah pelangi sekaligus penyeimbangnya. Perlahan, dirinya mulai
mendingin dan mampu memandang dunia dari sisi positif. Iris ibarat yang, meredam yin
Leo yang panas. “Manusia adalah perkawinan otak dan hati, di mana keduanya
kadang muncul secara random.” (hlm 123) Karena itu sifat Leo yang keraspun bisa
berubah juga. Tetapi, cerita tidak sampai di sana. Ketika Leo mulai belajar
mempercayai, takdir mengambil Iris secara tragis. Gadis manis itu meninggal
tertabrak mobil, meruntuhkan dunia Leo sekali lagi. Ia kembali menjadi pemuda
yang ganas dan suka mencari masalah.
Tapi, muncul lagi malaikat penyelamat hidup Leo. Dia
adalah Spiza, gadis yang ia selamatkan ketika mencoba bunuh diri. Melalui
Spiza, Leo menemukan sosok Iris kembali, perangainya, semangatnya, perilakunya,
tapi tidak semangat positifnya. Bagaikan kembaran Leo, Spiza adalah gadis yang
terhantui oleh cobaan berat yang membuat hidupnya entah bagaimana selalu
merana. Betapa marah ia kepada Leo yang mencegahnya bunuh diri. Tapi kemudian
keduanya dipertemukan, Leo menganggapnya Iris kedua dan ia tidak lagi ingin
kehilangannya. Sosok bad boy inipun
mulai mengurangi darah panasnya. Kebenciannya kepada dunia masih meletup-letup,
tapi ia mampu meredamnya melalui kehadiran Spiza hingga akhirnya sebuah
pengakuan kembali meruntuhkan dunia Leo. Sebuah kebenaran tentang Spiza dan
Iris, keduanya saling terkait, ada benang merah yang mengikat kedua garis itu,
benang merah yang membuat Leo kembali meledak menantang dunia. Leo semakin
yakin, semua orang itu munafik, semua orang adalah negative. Ia tidak
mempercayai apa itu cinta atau persahabatan, baginya cowok adalah makhluk rasio
dan cowok yang termewek-mewek oleh cinta adalah cowok cemen.
Tetapi, Leo
keliru. Persahabatan dan kasih sayang itu ada. Ia membenci semua orang di
sekitarnya padahal di situlah terdapat orang-orang yang paling menyanyanginya.
Ia selalu memprotes Tuhan karena ketidakbahagiaannya, sampai ia sadar ia
sendiri yang selalu menolak untuk dibahagiakan.
“…bahwa
kebahagiaan yang gue cari tahunan ini ternyata ada di sekitar gue.” (hlm
302)
“… yang kita sebut sahabat sejati itu orang
yang nggak pernah berhenti percaya sama sahabatnya sendiri walaupun dia sudah
nggak percaya lagi sama kita! Yang nggak pernah pergi, apapun yang terjadi!” (226)
“Percaya. Dan,
memang cukup gitu untuk jadi temen lo. Gue tinggal berdiri di samping lo,
ketawa saat lo ketawa, dan nyuruh berdiri lo saat lo jatuh.” (hlm 239)
Ketika saya iseng melihat biodata penulis, saya
langsung kaget melihat penulis yang saat buku ini dicetak masih berusia 17
tahun. Untuk ukuran anak SMA, sebuah karya sekelas dan hujan pun berhenti ibarat sebuah masterpiece. Novel ini begitu
kaya akan konflik, begitu suram dan gelap, begitu meyakinkan, dan begitu
dewasa—terlepas posisinya sebagai novel teenlit.
Penyajiannya yang sangat gore and
dark seolah hendak membelok dari kecenderungan novel-novel teenlit yang
kala itu dikuasai oleh kisah-kisah indah dunia remaja. Bosan dengan kisah
asmara anak basket versus cewek cupu, atau mengejar ketua OSIS yang tajir,
pembaca langsung tertarik dengan novel ini (terbukti dengan terus dicetak
ulangnya novel ini) karena novel ini memang benar-benar fresh, unik, dan sangat berbeda. Sangat layak ketika dan hujan pun berhenti mendapat anugrah
KLA untuk penulis pemula berbakat tahun 2007.
Keunggulan yang lain dari novel ini adalah
keberaniannya mengangkat dunia remaja dari sisi yang jarang dilirik oleh
penulis lain. Novel ini menggunakan sudut pandang karakter Leo, seorang badboy dengan latar belakang berantakan.
Siap-siap saja membaca berbagai cacian dan sumpah serapah yang kadang begitu
kasarnya, kasar tapi nyata. Karakter Leo ini benar-benar utuh dibangunnya,
tidak setengah-setengah. Penulis yang masih remaja juga memaksimalkan unsur
remaja dalam dirinya ke dalam novel ini, sehingga membaca dan hujan pun berhenti memang benar-benar terasa membaca karya
seorang remaja. Sama sekali tidak ada tokoh yang sok dewasa yang sok menggurui
pembaca, karena memang tokoh-tokohnya remaja. Alih-alih, penulis seperti
mengajak pembaca menyaksikan perkembangan karakter si Leo ini, yang
bolak-balik, begitu sering terserang kalut dan galau, lalu meledak-ledak. Semuanya terasa begitu …
alami.
Dan, ketika pembaca sampai di ending, lelah dengan segala konflik dan jeratan yang terus-menerus
mendera Leo, semuanya terasa begitu mengalir dan tidak dipaksakan. Hitam putih
karakter hilang sudah, semua karakter membaur dengan pas, dikuasai oleh
abu-abunya karakter dunia remaja sementara pembaca masih bisa menyimpulkan
begitu banyak pelajaran tentang kehidupan. Ketika akhirnya hujan berhenti, Leo
menyadari bahwa hujan selalu membawa keajaiban. Begitu juga dunia, yang penuh
dengan keajaiban jika kita mau dan bersedia menerimanya.
No comments:
Post a Comment