Judul : Beyonders, Seeds of Rebellion
Pengarang : Brandon Mull
Penerjemah : Reni Indardini
Penyunting : tendy Yulianes
Penyelaras Aksara : F. Fauzi
Sampul : V Indra Suriantoso
Penerbit : Mizan Fantasi (Noura Books)
Cetakan : 1, Januari 2014
Petualangan
Jason dan Rachel di Lyrian berlanjut dan semakin seru saja. Jika di buku
pertama pembaca baru sekedar diperkenalkan dengan buah gelembung dan orantium,
di buku kedua ini penulis mengajak kita untuk menjejahi lebih jauh
pelosok-pelosok daratan Lyrian. Merentang mulai dari Lyrian Barat, petualangan
kali ini bergerak menyusuri satu demi satu kota, hutan, sungai, kerajaan asing,
rawa, hingga rawa-rawa di Lyrian, yang masing-masing menyimpan pesona dan
misteri sendiri. Mulai dari menghadapi sosok purba yang menghantui Pulau
Terbenam, berlari mendahului kejaran pasukan Maldor, menikmati keindahan Tujuh
Lembah, berjuang di Celah Melolong, hingga menghadapi serbuan pasukan zombie.
Nah iya, jarang-jarang di novel fantasi memasukkan unsur zombie jahat pemakan
otak, tapi Mull sudah menggunakannya di seri fablehaven (sedikit), dan ia
mengolahnya lagi di buku kedua Beyonders ini. Begitu lihainya Mull bercerita
sehingga sentuhan ganas zombie di buku ini tidak terlalu menggerikan sehingga
mengubah buku ini menjadi buku horror.
Dari
segi cerita, buku kedua ini jauh lebih seru dari buku pertama. Jika di
Beyonders 1 kita mengikuti petualangan Jason dan Rachel dalam mengumpulkan
silabel, maka di buku 2 ini (sebagaimana judulnya) Jason dan Rachel kembali
berpetualang untuk mengumpulkan para pasukan dan sekutu. Mereka berencana untuk
mengalahkan maldor dengan cara mempersatukan seluruh penghuni benua Lyrian yang
sudah muak dengan kekejaman Maldor. Bisa dibilang, buku kedua ini adalah
pemanasan sebelum pecahnya perang besar di Lyrian, tangga menuju puncak
pertempuran epic yang pasti akan sangat ditunggu oleh pembaca. Buku kedua ini
juga lebih kaya konflik, lebih banyak karakter baru yang bermunculan (khas
Brandon Mull adalah dia gemar sekali memasukkan banyak karakter dalam ceritanya
tanpa membuat pembaca bosan atau kebingungan), juga mengajak pembaca mengenal
Lyrian lebih jauh. Di buku dua ini juga kita akhirnya bisa masuk dan menikmati
pemandangan Kerajaan Tujuh Lembah yang dikuasai oleh manusia benih atau kaum
Amar Kabal.
Dalam
akhir buku satu, Jason akhirnya mengetahui kebenaran tentang silabel. Ia juga
berhasil pulang ke luar, ke dunianya sendiri, hanya saja dia tidak membawa
Rachel bersamanya. Gelisah karena misi yang belum selesai dan juga kegagalannya
membawa Rachel pulang membuat Jason bertekad kembali ke Lyrian. Dan dia
berhasil, dengan cara yang sama dengan sebelumnya: lewat mulut kudanil. Di
Lyrian, ia menemukan bahwa Maldor telah berbuat nekat setelah Jason mengetahui
kebenaran tentang silabel. Raja lalim itu menyerang Galloran dan memerintahkan
pembasmian kepada para penjaga silabel. Jason harus bertindak, dengan sekutu
baru dia bergerak untuk bergabung dengan pasukan Galoran. Di sini pula ia
akhirnya bertemu dengan Rachel—yang saat itu sudah belajar ilmu sihir. Keren nih,
Rachel bisa menyihir.
Bab
demi bab setelahnya seolah bergerak seru tanpa henti. Begitu susah menghentikan
pembacaan Beyonder 2 ketika kita sampai di seperempat awal. Mull piawai banget
membangun cerita yang kaya konflik, tak tertebak, sekaligus menghadirkan
setting Lyrian yang unik, eksotis, sekaligus misterius. Mulai dari manusia
benih hingga zombie, dari peramal hingga monster purba, dari manusia-manusia
daun hingga aneka satwa tak terbayangkan di kedalaman hutan; semua ini
menjanjikan alam petualangan yang pasti akan sangat dirindukan pembaca begitu
mereka selesai membaca buku ini. Alur ceritanya juga tak tertebak.
Dan begitu kita sampai ke penghujung buku ini, penulis kembali menyajikan sebuah ramalan yang pasti bakal membuat pembaca bertanya-tanya akan seepik apa ending dari ketiga seri Beyonders ini. Benarkah pertempuran akhir antara Galloran dan Maldor akan menjadi adegan yang bersejarah di Lyrian? Kita tunggu saja rilis bukunya. Satu hal yang jelas, kecenderungannya Om Mull ini kalau menulis, semakin ke belakang ceritanya semakin bagus. Buku kedua saja bagus banget, buku ketiga semoga semakin keren. Kepada Mizan, terima kasih sudah menerjemahkan dan menerbitkan karya-karya Brandon Mull yang keren ini.
Dan begitu kita sampai ke penghujung buku ini, penulis kembali menyajikan sebuah ramalan yang pasti bakal membuat pembaca bertanya-tanya akan seepik apa ending dari ketiga seri Beyonders ini. Benarkah pertempuran akhir antara Galloran dan Maldor akan menjadi adegan yang bersejarah di Lyrian? Kita tunggu saja rilis bukunya. Satu hal yang jelas, kecenderungannya Om Mull ini kalau menulis, semakin ke belakang ceritanya semakin bagus. Buku kedua saja bagus banget, buku ketiga semoga semakin keren. Kepada Mizan, terima kasih sudah menerjemahkan dan menerbitkan karya-karya Brandon Mull yang keren ini.
mas buku e masi ada tak? saya cari2 di online shop susah, ga ketemu ketemu
ReplyDelete