Judul : Assassin’s Creed, Forsaken
Pengarang :
Oliver Bowden
Penerjemah :
Melody Violine
Penerbit :
Fantasious
Tebal : 520
hlm
Cetakan : 1,
April 2014
“Karena di samping jalanku
ada harapan. Meskipun segala rintangan itu menyuruhku berbalik, aku tetap
berjalan. Inilah kompromiku.” (hlm 514)
Haytham Kenway adalah seorang
bocah Inggris kebanyakan. Dia dibesarkan dalam sebuah keluarga yang cukup
berada di London tahun 1700-an, dilimpahi kasih saying, dicukupi kebutuhannya,
dan disayangi baik oleh keluarga maupun para pelayan rumahnya. Secara fisik,
tidak ada yang membedakan Haytham dengan bocah-bocah dari keluarga kelas
menengah London lainnya, kecuali nama depannya yang diambil dari bahasa Arab, haytham
atau elang muda. Haytham adalah putra seorang assassin.
Sebagai penerus sang ayah,
Haytham muda telah dididik dengan aneka teknik bela diri dan permainan pedang
sejak tangannya bisa memegang pedang. Ketika bocah-bocah lain seusianya sibuk
belajar bahasa Latin, dia dan ayahnya sibuk bermain pedang dan melempar pisau.
Dalam usia semuda itu, ketika bocah-bocah lain bermimpi bisa menjadi seorang
ksatria yang gagah berani, Haytham telah tumbuh menjadi sosok assassin yang
tangguh.
Sampai usia 9 tahun, Haytham
sama sekali tidak tahu apa alasan ayahnya mengajarkan dan memaksa dirinya
belajar ilmu pedang dan ilmu bertarung.
Sampai malam ketika terjadinya serangan itu. Sekelompok pria bertopeng menyerbu
ke rumah keluarga Kenway, menculik kakak perempuannya, dan—setelah pertarungan
yang sengit dan tidak seimbang—menewaskan ayahnya. Haytham kecil harus berjuang
melindungi nyawa ibunya, dan dia melakukannya dengan satu-satunya kemampuan
yang ia miliki: membunuh. Dan di usia semuda itu, Haytham telah menetapkan
jalan kehidupannya sebagai seorang pembunuh.
Dipenuhi amarah dan keinginan membalas dendam,
Haytham kecil tumbuh dan dididik oleh Reginald Birch, seorang sahabat ayahnya
yang juga seorang Kastria Ordo Templar. Masa remajanya kemudian dihabiskan
dalam latihan keras, mentoring ketat, dan perjalanan mengelilingi negeri-negeri
Eropa. Untuk kali pertama, Haytham menyadari bahwa dunia di masa perang
tidaklah sehitam-putih sebagaimana sebelumnya. Intrik politik, pembunuhan
rahasia, taktir kotor, dendam, dan harta telah mengubah dunia menjadi
sedemikian hitam dan kotor. Inilah yang membuat Haytham tumbuh menjadi seorang
pembunuh yang terkesan sadis, banyak sekali pembunuhan di dalam buku ini.
Ketika akhirnya Haytham
menemukan siapa pembunuh ayahnya, segalanya telah terlambat. Dendam dan pengkhianatan
telah menjadikan Haytham seorang pembunuh yang tak ragu-ragu dalam menghabisi
lawannya. Tanpa sadar, ia telah terseret dalam pertentangan kuno antara Ordo Templar
dan Kelompok Assasin. Sungguh menarik mencermati perubahan dan pertumbuhan
karakter dari sosok Haytham, dari bocah lugu hingga menjadi seorang pembunuh
yang mematikan. Benar-benar gelap dan buku ini menceritakannya secara detail
dan apa adanya. Dan, pilihan terakhir Haytham akhirnya diputuskan ketika dia
harus melawan putranya sendiri, seorang assassin bernama Connor Kenway.
Seperti saya bilang di atas, ada
begitu banyak pembunuhan di novel ini. Tidak mengejutkan sebenarnya karena
novel ini sendiri adalah tentang Assasin. Ceritanya yang diangkat dari sebuah
game terkenal semakin menegaskan mengapa begitu banyak darah dan pembunuhan
dalam novel ini. Pembaca terutama akan sangat menyukai banyaknya adegan
pertempuran jarak dekat yang digambarkan dalam novel ini, begitu sarat aksi,
penuh teknik pertarungan yang serasa nyata, seolah-olah kita sedang melihat
adegannya di TV. Selain itu, Haytham juga tidak pelit mengobral jurus dan trik
yang ia gunakan untuk membunuh, bagian-bagian tubuh mana saja yang fatal saat
dilukai, bagaimana teknik mengendap dan mengintai musuh, juga apa yang harus
dilakukan ketika kita dalam posisi terkepung.
Dengan setting abad ke-18 yang
eksotis, novel ini menyuguhkan panorama pelosok London dan negeri-negeri Eropa
yang masih berbentuk kerajaan. Pembaca juga akan diajak ke New York dan Boston,
menjadi saksi perang saudara dan peristiwa Pembuangan Teh di pelabuhan Boston
yang sangat legendaries itu. Sayangnya, detail tempat dan waktu kurang
digambarkan secara detail dalam buku ini, hanya terlihat sekadar tempelan
semata. Sayang sekali, padahal kalau diolah dan lebih detail, novel ini akan
sangat terpercaya sebagai sebuah novel sejarah. Tapi, banyaknya adegan aksi
dalam buku ini sudah lebih dari cukup untuk membuat pembaca terpaku takjub pada
halaman-halaman di dalamnya.
Trims udah review Forsaken ini. Udah ditimbang2 utk lengkapi 3 seri Assassin Creed yg ada. Kapan review lack Flag? ;-)
ReplyDeleteApakah ada kink untuk mendownload nover forsaken tersebut?
ReplyDelete