Search This Blog

Sunday, August 4, 2024

Life Online

Judul: Life Online
Penulis: Nicola Morgan
Penerjemah: Nadya Andwiani
Penyunting: Maria Lubis
Sampul: Suku Tangan
tebal: 286 hlm
Cetakan: 1, Oktober 2020
Penerbit: Baca


Separuh kehidupan kita sekarang sepertinya dihabiskan untuk kehidupan daring atau life online. Mulai dari membeli barang, bertukar informasi, mencari pengumuman, ikut lomba, merayakan kenangan, hingga mengobrol; semuanya tidak lepas dari media sosial dan Internet. Kehidupan online telah memangkas jarak dan waktu, menghemat biaya dan akomodasi, dan mendekatkan yang jauh. Di sisi lain, seperti yang kita semua sudah paham tapi kok masih saja terlena, kemajuan teknologi online juga memunculkan masalah - masalah baru yang mungkin belum pernah ada sebelumnya.

Terlalu cepat menanggapi (tidak dipikir dulu) dan membuat status atau berkomentar adalah salah satunya. Yang lain misal bikin kurang tidur, merusak fokus dan konsentrasi, mengikis kemampuan kita untuk bisa tenang pada satu hal dalam waktu lama, dan menjauhkan yang dekat. Ini, saya yakin, kita semua sudah menyadarinya. Paling terasa adalah dengan hadirnya video-video pendek dengan format reel menjadikan otak terus menerus diguyur oleh beragam informasi yang berbeda, menjadikan pikiran sulit berfokus pada satu hal. Dalam jangka panjang, yang saya juga merasakannya, ada keinginan untuk membuka hape ketika baru bekerja di depan laptop selama sepuluh bahkan lima menit. Godaan dan distraksi semakin kencang, ini yang bikin fokus makin susah. Hal ini karena menurut buku ini manusia memang tercipta untuk terdistraksi sebagai peninggalan dari otak purba. Kita suka melihat distraksi (meskipun berusaha menghindarinya) karena distraksi di zaman purba bisa jadi penringatan akan adanya ancaman bahaya.

Kecenderungan ini yang kemudian dimanfaatkan oleh para pengembang internet dengan cara menaruh banyakdistraksi (berupa iklan atau pranala atau gambar bergerak) di halaman dari laman yang sedang kita buka. Saya sendiri sering dan masih mengalami, membuka internet dengan tujuan awal untuk mencaritahu harga buku A tetapi malah berujung di sebuah konten tentang perdebatan agama. Aktivitas yang aslinya bisa dilakukan kurang dari satu menit ternyata berujung sampai sejam, dengan entah konten apa saja yang telahsaya lihat. Yang jelas itu nggak ada hubungannya sama sekali dengan harga buku A. Demikian besar kekuatan distraksi.

Buku ini memang disusun untuk remaja, tetapi setelah membaca buku ini (dan mengamati perilaku berinternet para warganet di negeri ini) sepertinya orang dewasa termasuk saya pun juga butuh. Model tulisannya simpel, semacam esai ringan yang langsung memaparkan kelebihan dan kekurangan dari internet dan media sosial. Setelah itu, penulis juga menyertakan saran dan cara untuk menghindari efek buruk dari kehidupan online. Ini cara yang realistis. Penulis tidak kemudian mengajak pembaca menjauhi atau bahkan anti sama sekali dengan internet. Sebaliknya., kita butuh dan memang harus menggunakan internet untuk bisa hidup dengan normal di abad 21 ini. Hanya saja, kitalah yang harus mengatur kehidupan online, dan bukan kita yang diatur.

Salah satu saran penulis yang lumayan manjur, misalnya, tidak membuka media sosial sekitar satu setengah jam sebelum kita tidur. Ini tentu beda banget dengan kebiasaan kita eh saya yang bahkan mau tidur pun masih sibuk nyekrol tiktok atau liat video di youtube atau ikut keramainan di X. Memang butuh perjuangan besar untuk bisa menolak godaan "terlalu on line" dan caranya memang harus drastis kadang. Saya mencoba meletakkan hp jauh dari jangkauan tangan saat tidur, tapi rupanya ini pun belum cukup. Saat bangun, yang dicari pertama pasti hp dengan alasa untuk melihat jam berapa ini. Tapi setelah itu, tangan akan memencet aplikasi media sosial dan kita pun kembali larut dengan "terlalu online". Penulis menyarankan untuk meletakkan hp di ruangan lain saat kita sedang tidur. Lebih baik menggunakan jam weker sebagai alarm dan melihat waktu ketimbang mengandalkan hape. Karena konon memikirkan membuka media sosial dan bermain hape turut mendorong produksi hormon dopamin dalam otak, yang akhirnya mengarahkan kita pada kecanduan.

Memang, semua yang terlalu berlebihan itu tidak baik, termasuk hidup dengan terlalu on line. Tetapkan batasan seberapa lama kita boleh bermain hape, kapan waktunya, dan tahu kapan untuk diem saja atau bersuara. Internet tidak untuk dijauhi, ada banyak manfaat dan pengetahuan yang bisa kita dapatkan di sana. Gunakan dengan bijak, dan selalu ingat bahwa kita hidup juga butuh off line.

No comments:

Post a Comment