Search This Blog

Monday, June 24, 2024

The Last Seance

Judul: The Last Séance - Yang Terakhir
Pengarang: Agatha Christie
Penerjemah: Tanti Lesmana, Suwarni A.S., Julanda Tantani, Lanny Murtiharjana, Widya Kirana, Ratih Susanty
Tebal: 331 hlm
Terbit: 2019
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama



The Last Seance (Yang Terakhir) adalah kumpulan cerita bertema misteri yang sebelumnya sudah pernah diterbitkan oleh GPU dalam buku-buku karangan Agatha Christie. Kebanyakan cerpen dalam buku ini diambil dari buku The Hound of Death (Anjing Kematian). Kebetulan saya belum membaca yang ini sehingga saya bisa menikmati kisah-kisahnya. Lalu ada yg diambil dari The Listerdale Mystery (Misteri Listerdale), Miss Marple's Final Cases and Two Other Stories (Kasus-kasus Terakhir Miss Marple), Poirot's Early Cases (Kasus2 Perdana Poirot), The Thirteen Problems (Tiga Belas Kasus), The Adventure of the Christmas Pudding (Skandal Perjamuan Natal) dan The Labour of Hercules (Tugas-Tugas Hercules). Pantas saya merasa pernah membaca sebagian kisah di buku ini, untungnya sekitar 70% belum pernah saya baca sebelumnya.

Gerombolan pasukan Jerman masuk biara suci dan mendadak bangunan itu meledak menewaskan semua pasukan,

Penemuan mumi di Mesir diikuti dengan tewasnya beberapa orang yang terlibat dalam pengalian tersebut.

Sekumpulan orang mengundang seorang medium, yang dalam kondisi "trans" menasehati tiga pria di ruangan tersebut agar tidak pulang jika tidak ingin celaka. Ketiganya tidak mempercayai ocehan itu, dan akibatnya ketiganya benar-benar celaka dengan caranya masing-masing.

Misteri supranatural yang tidak terjangkau akal mungkin di luar ranah sel-sel Kelabu Poirot dan pengamatan jeli Mrs. Marple disuguhkan oleh Agatha Christie di buku ini. Tapi, kedua tokoh favorit kita ini terlalu lihai untuk tidak bisa menemukan sesuatu benang merah di balik misteri supranatural. Alih-alih misteri hantu atau mahkluk astral, mereka malah menguak kasus pembunuhan terencana.

Terkadang, yang diperlukan memang sedikit ketenangan, banyak akal sehat, dan juga kewaspadaan ketika kita berhadapan sesuatu yang masih misteri. Misteri memang ada, tetapi kebanyakan misteri di sekitar kita sepertinya hanyalah upaya untuk mencoba menjawab apa apa yang kita belum menemukan jawabannya. Dalam kondisi ini, mencari jawaban dari sisi supranatural atau mistis atau klenik adalah yang paling cepat dan mudah, karena dengannya kita berlepas diri untuk mencari tahu. Buat apa menyelidiki dan mencari tahu kalau jawabannya di luar kuasa atau dari luar dunia kita.

Pernyataan ini cocok untuk kisah SOS (blm. 29). Seorang pria asing tersesat dan mobilnya mogok di tempat antah-berantah. Terpaksa ia menginap di sebuah rumah soliter dengan penghuni yang tampaknya normal tp entah bagaimana tidak biasa. Dia tidak berprasangka apa apa hingga menemukan tulisan SOS dari salah satu anggota keluarga itu. Permintaan tolong dari salah satu anggota keluarga yang sedang terancam jiwanya. Di sinilah pembaca digiring dari yang awalnya mengira rumah berhantu, tetapi akhirnya menyadari bahwa ada kejahatan yang benar benar dilakukan manusia. Begitulah misteri, kadnag digunakan sebagai dalih untuk menutupi kekejian ke sesama manusia.

Cerita Misteri di Perkuburan Mesir juga demikian, memanfaatkan latar dan kehebohan penemuan mumi di Mesir. Kutukan itu belum pasti benar atau tidaknya, tetapi ada bisikan kejahatan dalam hati manusia, itu sudah pasti. Bukan tidak mungkin, orang menggunakan kutukan mumi untuk menutupi niat buruknya. Memang, logika dan akalmsehat serta kewaspadaan harus dinomorsatukan saat menghadapi sebuah misteri. Dan ketika semua penyelidikan dan pengamatan sudah dilakukan, sementara misteri tetap tidak tergali, cukuplah sampai di situ. Memang di dunia ini ada hal-hal yang berada di luar kuasa atau di luar ilmu pengetahuan manusia. 

Tapi untuk cerita-cerita lain di buku ini, penyelesaiannya antara 50% logika dan 50% supranatural, alias pengarang tidak memberikan jawaban yang jelas selain membiarkan sisi misteri tetap tak terpecahkan, agar pembaca bisa mereka dan menebak sendiri ending dramatisnya. Walau pengarang juga secara samar menyebutkan alternatif jawabannya yang kira-kira masih bisa dinalar. Kadang, misteri memang lebih seru kalau dibiarkan tetap misterius.

No comments:

Post a Comment