Judul: The Witch's Guide to Cooking with Children
Pengarang: Keith McGowan
Penerjemah: Tanti Lesmana
Ilustrator: eM Te
Tebal: 192
Cetakan:Juni 2012
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
ISBN :9789792285505
"Kalau kau seorang anak kecil dan kau membaca ini, mungkin kau perlu menanyakan beberapa hal pada dirimu. Apakah kau suka menuntut yang aneh-aneh pada orangtuamu? Apakah kau selalu patuh? Seberapa sering kau meminta kenaikan uang saku? Apakah akhir-akhir ini orangtuamu suka mengatakan satu atau lebih dari hal-hal berikut ini: "Aku sudah kewalahan," "Aku muak dan capek dengan kelakuanmu," atau, yang paling penting, "Aku sudah tidak tahan lagi"?
Kalau jawabannya Ya, Tidak, Sering, dan Ya, berarti kau perlu mempertimbangkan untuk mengubah sepak terjangmu." - hal. 15
Judul bahasa Indonesianya tidak semenarik judul aslinya yang secara harfiah makna terjemahannya memang agak mengerikan. Mungkin, ISBN bakal susah didapat dengan judul "Cara Memasak Anak-anak ala Penyihir." Dan buku ini memang berisi cerita itu. Novel berilustrasi ini ibarat adaptasi modern dari dongeng Hansel dan Gretel. Dikisahkan di buku ini, penyihirnya ternyata masih hidup dan suka memasak dan memakan anak-anak. Namun, walau skrng caranya agak berbeda. Penyihir ini akan membujuk orang tua yang capek dengan kenakalan anak-anaknya, yang kemudian mendonasikan anak anak bandel itu untuk dimakan. Agak kejam sih karena orang tua turut menyerahkan si anak secara sukarela untuk dimasak para penyihir.
Kejam ya, tapi aslinya dongeng Hansel dan Gretel juga kejam berdarah-darah sih. Buku ini dinarasikan oleh dua anak: Sol dan Conni. Keduanya mewakili Hansel yg cerdas ala ilmuwan dan Gretel yang gesit aktif bak atlet. Dua ketangkasan yang sangat diperlukan untuk menghadapi seorang penyihir. Saat dibawa pindah oleh orang tuanya ke sebuah kota kecil, keduanya mendapati mereka tinggal di sebelah rumah seorang yang diduga penyihir. Fay Holanderry nama wanita itu. Bagaimana anak-anak itu tahu wanita itu seorang penyihir? Dan bagaimana mungkin ada seorang penyihir di era modern seperti saat itu (diperkirakan tahun 2000 ke atas karena sudah ada internet di personal computer perpustakaan).
Yah, Sol yang cerdas tahu dari anjing milik Holandery. Wanita itu punya anjing cerdik bernama Swift. Suatu hari, Sol mendapati anjing itu tengah mengigiti tulang yang oleh orang biasa bakal dikira tulang sapi atau ayam. Tapi Sol dengan pengetahuannya tahu kalau tulang itu adalah bagian dari tulang manusia! Insting penyelidikan pun bekerja. Kedua anak itu langsung mencari data dan informasi ke perpustakaan terkait Holanderry. Pelacakan pustaka dan internet semakin meyakinkan keduanya kalau wanita itu memang seorang penyihir jahat di era modern.
Tidak hanya kebenaran tentang Holanderry yang mereka dapatkan. Ada kebenaran lain yang lebih gelap dan menakutkan tentang orang tua Sol dan Conni. Kedua perlahan mulai sadar alasan kenapa orang tuanya pindah ke kota terpencil dan sepi itu. Keduanya memang sengaja akan dibuang dan diumpankan kepada si penyihir. Untung sekali ada Sol dengan otak cerdasnya. Ibarat di dongeng Hansel and Gretel, keduanya berhasil selamat pada percobaan pembuangan yang pertama. Dalam percobaan kedua, mereka kembali berhasil lolos dengan kecerdikan dan kelincahan. Seperti versi dongengnya, mereka berhasil memasukkan si penyihir ke dalam tungkunya sendiri.
Sayangnya, kisahnya tidak berakhir sampai di situ!
Buku anak tapi agak gelap sih ini. Ada tema pengasuhan orang tua yang turut dimasukkan dalam cerita. Dan berbagai percakapan dan kutipan di buku ini kayaknya lumayan berat. Bahwa kita harus mencoba memilih melakukan apa yang benar dan bukan yang enak dilakukan. Berat juga ini, anak anak masak dinasehatin begini ya agak susah sih wkwk walau bener sih. Gimana coba caranya mencegah anak agar tidak makan banyak permen manis supaya gigi mereka tidak sakit? Munkin cerita tentang penyihir seram ini diciptakan pertama kali untuk alasan ini. Jika dengan nasihat tidak mempan, siapa tahu dengan cerita seram bisa berhasil.
Kalau dari vibe kisahnya yang dark dan agak mikir, juga masalah 'melupakan tapi tidak memaafkan,' sepertinya novel tipis ini lebih cocok sebagai buku bacaan usia middlegrade.
No comments:
Post a Comment