Search This Blog

Sunday, February 11, 2024

Mukjizat Al Qur'an

Judul : Mukjizat Al Qur'an 

Penulis : M. Quraish Shihab

Cetakan : 2, Februari 2014

Tebal: 316 hlm

Penerbit: Mizan

Masa lalu pernah mencatat betapa para pengkaji Orientalisme begitu aktif mengkaji Islam demi tujuan yang tidak murni pengetahuan. Dukungan dari pemerintahan kolonial yang kewalahan melemahkan spirit umat membuat para orientalisme berlomba mengkaji dan mungkin mengaji kita suci Al Qur'an. Selain untuk melihat umat Islam dari dalam, juga ada sedikit banyak spirit untuk menunjukkan bahwa kitab ini tidak sempurna sebagaimana klaim pengikutnya. Jangan lupakan bahwa di era itu semboyan  3G masih begitu masif digaungkan. 

Meskipun banyak dari studi itu yang berbuah karya megah, gagasan bahwa Islam tidak sempurna dengan segala ketidaksempurnaannya itu masih melekat di banyak penduduk Barat. Selain perbedaan keyakinan, juga masifnya kampanya negatif terhadap ajaran Islam di Barat dan juga di pemeluk agama lain. Perdebatan semacam itu kini bisa dengan mudah kita lihat di Tiktok. Jika dulu para akademisi menggunakan etika keilmuan dan setidaknya bersikap profesional, kita kini menyaksikan betapa mengerikannya narasi narasi anti Islam yang dibangun dan bersliweran di media sosial itu. 

Buku ini hadir untuk mengingatkan kita, umat Muslim, tentang mukjizat Al Qur'an di tengah gencarnya serbuan narasi negatif tentang Islam dan kitab sucinya. Mereka mengejek umat Islam yang terlalu yakin dan fanatik dengan keyakinannya. Apakah keliru meyakini bahwa ajaran yang kita anut adalah yang terbaik dan paling sempurna dibandinkan yang lain? 

Padahal, yang namanya keyakinan ya memang harus fanatik. Kita harus yakin bahwa agama dan keyakinan yang kita pilih adalah yang benar dan terbaik jika dibandingkan dengan agama dan keyakinan yang lain. Hanya masalahnya, bagaimana dalam upaya menjunjung tinggi keyakinan sendiri ini jangan sampai menyinggung mereka dengan keyakinan berbeda. 

Bahkan Al Qur'an sendiri sudah menyatakan prinsip 'Bagimu agamamu, bagiku agamaku.' Ini seharusnya sudah cukup jelas. Biarkan keyakinan itu membesar dan mendalam dalam diri tanpa harus mengusik keyakinan orang lain. 

Buku karya Quraish Shihab ini ibarat pengingat singkat tentang kebesaran kitab suci yang mungkin sering kita lupa. Kita setuju bahwa Al Qur'an adalah sempurna tetapi sering kali kita macet ketika ditanya di mana letak sempurnanya. Kita meyakini bahwa kitab ini adalah mukjizat tetapi apa kita paham betul letak mukjizatnya dimana? 

Beberapa uraian populer tentang kemukjizatan kitab Al Qur'an yang mungkin sudah diketahui misalnya tentang bumi dan langit yang awalnya bersatu (teori dentuman besar), air tawar dan air asin yang tidak bercampur, tentang jenis awan dan turunnya hujan, dan gunung yang bergerak.

Tapi jarang yang menyinggung mukjizat bahasa dari kitab ini. Dan di buku ini penulis menguraikannya dengan rinci tapi tetap dapat dipahami. Banyaknya rujukan kitab yang beliau baca di akhir buku ini menjadi bukti betapa apa yang beliau tulis ini memang hasil pembacaan yang mendalam. 

Salah satunya adalah nada dan langgam ayat ayat Al Qur'an saat dibacakan, keseimbangan jumlah bilangan kata dan antonimnya, keseimbangan jumlah bilangan kata dengan jumlah kaya yang menunjuk pada akibatnya, juga betapa telitinya Al Qur'an dalam merumuskan suatu urutan dalam kisah-kisah yang dibawakannya. Semisal kisah nabi-nabi yang ternyata diurutkan sesuai pola tertentu yang jarang dibahas dalam forum keagamaan.

Sebagai lulusan universitas besar di Timur Tengah, penulis menunjukkan kepada kita yang mungkin masih awam berbahasa Arab betapa banyak hal indah sekaligus luar biasa yang bisa dikuak oleh seorang ahli bahasa Arab dari kitab suci umat Islam ini. 

Pada akhirnya, Al Qur'an akan benar benar menjadi mukjizat bagi hidup ketika kita sebagai umat Islam rutin dan rajin membacanya dan menemukan permata-permata yang berbeda dari setiap ayatnya. Buku ini sekaligus menyentil kita yang hanya membaca tapi kadang lupa mandalami makna, bahkan abai menjalankan pesannya. Sebagaimana yang dikutip penulis di penutup buku ini, satu kalimat yang begitu memukul kesadaran kita sebagai pembaca tentang bagaimana seharusnya kita mendalami kitab suci ini: "Bacalah Al Qur'an seakan akan  dia turun kepadamu.

No comments:

Post a Comment