Search This Blog

Monday, January 17, 2022

Asyiknya Membaca Sejarah dalam Kartun Riwayat Peradaban Jilid Dua

 Judul: Kartun Riwayat Peradaban Modern Jilid 2

Penyusun: Larry Gonick

Penerjemah: Tyas Palar

Cetakan: Pertama, 2010

Penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia 


Walau penuh dengan fakta-fakta mengejutkan dan kadang tidak bisa dipercaya, sejarah nyatanya menjadi salah satu tema atau topik yang cenderung membosankan. Apalagi pengalaman belajar sejarah saya kebanyakan diwarnai dengan jejalan hafalan tanggal sekian dan peristiwa ini dan itu. Esensi dan nilai penting dari suatu peristiwa dan bagaimana peristiwa itu berdampak ke depannya sering sekali kurang atau bahkan tidak dijelaskan. Siswa pun cenderung gampang bosan dan ngantuk saat jam pelajaran sejarah. Padahal, nilai penting sebuah peristiwa atau seorang tokoh atau sebuah artefak bersejarah bisa menjadi topik yang seru untuk diperbincangkan. Bagaimana misalnya Marcus Aurelius yang seorang kaisar Romawi ternyata juga seorang filsuf yang menhasilkan karya tulis Meditation. Atau lainnya, bagaimana orang Mesir sudah berhasil membangun monumen-monumen besar ribuan tahun sebelum bangsa di benua lain masih berburu dan meramu. Bagaimana sebuah peristiwa bersejarah itu bisa terjadi, ini yang kurang mendapat porsi dalam pemgajaran materi sejarah. Ini kok malah berasa mau bikin makalah pembelajaran sejarah wkwk maaf.

Cara lain yang tak kalah asyik untuk menyampaikan materi sejarah adalah lewat media komik, apalagi komik yang lucu campur sinis. Saya senang pelajaran sejarah, dan semakin senang menemukan buku yang membahas sejarah dunia lewat komik. Gonick memang bisa dibilang agak 'vulgar' dalam menggambarkan sejumlah peristiwa bersejarah (saya sudah kaget waktu membawa Kartun Riwayat Peradaban jilid 1, jadi saya sudah ada persiapan saat baca buku ini). Nada berkisahnya juga sedikit, eh, banyak ding sinisnya. Tetapi bagusnya, dia bersikap egaliter. Semua tokoh dan peristiwa digambarkan setara (kebanyakan negatifnya sih wkwkwk) tanpa membedakan apakah dia bangsa Barat atau TImur, beragama apa atau dari ras apa. Gonick seolah berupaya menempatkan dirinya sebagai pihak pengamat yang menyaksikan umat manusia dalam upaya mereka memajukan (kadang menghancurkan) peradaban. Memang kok manusia itu suka gitu.

Dalam buku ini Gonick menguraikan beragam peristiwa bersejarah mulai dari Revolusi Prancis hingga serangan Amerika Serikat dan sekutunya ke Irak. Sekitar akhir abad ke-16 hingga mentok di tahun 2001. Indonesia dan Soekarno turut dibahas sedikit dalam beberapa panel, tetapi cukup membanggakan. Disebutkan kalau Hindia Timur menjadi koloni pertama yang mengilhami negara-negara lain untuk memerdekakan diri dari imperialisme Barat. Perang dunia 1 dan 2 agak kurang banyak porsinya, tetapi ya bisa dimaklumi karena berbagai peristiwa besar terjadi dalam waktu yang berdekatan sementara jumlah halaman (dan tenaga si komikus) terbatas. Namun secara singkat kita bisa sedikit memahami linimasa sejarah dan juga intisari dari peristiwa-peristiwa bersejarah seperti Runtuhnya Tembok Berlin, Tumbuh-Bangkit-dan Ambruknya komunisme, asal muasal pecahnya Revolusi Prancis dan juga Revolusi Industri, juga bagaimana berbagai wilayah di dunia mengalami pergolakan dahsyat dalam kurun waktu yang hampir bersamaan.

Ini buku yang unik sekaligus nggak bikin ngantuk buat belajar sejarah. Tidak asal komik bermuatan materi sejarah, tetapi ada unsur humor yang diselipkan hampir dalam setiap panel gambarnya. Setiap kali mata hendak ngantuk karena kuliah sejarah, tiba-tiba penulis menyusupkan celetukan kocak dalam lewat salah satu karakter dalam buku. Dan, jangan lupakan juga penerjemahan buku ini yang sungguh patut mendapatkan apresiasi. Terima kasih atas hasil terjemahan yang sangat dinamis ini, Mbak Tyas Palar. Rasanya menyenangkan sekali saat membaca versi bahasa Indonesianya.

Sejarah bukan hanya milik mereka yang menang, tetapi juga milik mereka yang mencatat dan medokumentasikan. Melalui sejarah, kita belajar dari masa lalu untuk tidak mengulangi (tetapi, anehnya, malah sering mengulangi) kesalahan yang sama. Suka pusing memang kalau mikirin kelakuan umat manusia itu.

No comments:

Post a Comment