Judul: Arus Balik
Pengarang: Pramoedya Ananta Toer
Tebal: 760 hlm
Terbit: 1995
Penerbit: Hasta Mitra
“Perang, kekuasaan, kekayaan, seperti unggun api
dalam kegelapan dan orang berterbangan untuk mati tumpas di dalamnya.”
Membaca novel setebal 760 halaman dengan font kecil
dan spasi rapat ini ibarat mengenal Pram dan pandangan politisnya. Begitu
banyak bagian tempat penulis menyentil kebobrokan feodalisme, penyalahgunaan
agama sebagai pembenar kekuasaan, juga kebenciannya terhadap semua yang berasal
dari Barat. Aroma sosialisme juga sangat kentara dengan Pram yang dominan
menggambarkan para penguasa (Tuban, Demak, Melaka, Blambangan, Pajajaran) dalam
hal-hal buruknya semata serta mengangkat penderitaan kawula tani dan rakyat
rendahan yang hanya diombang-ambing para dalang pemegang tampuk kekuasaan.
Namun, sebagai sebuah karya, Arus Balik bisa menjadi dokumentasi sejarah untuk
mengisi kurangnya catatan tentang Nusantara di abad ke-16.
Masa itu adalah era selepas runtuhnya Majapahit,
mulai berkembangnya agama dan kerajaan-kerajaan Islam di Jawa, serta datangnya
bangsa Eropa untuk yang pertama kalinya di kepulauan Nusantara. Jika Spanyol
berlayar ke barat, Portugis berlayar ke timur dan menundukkan bandar laut di
Goa, lalu Malaka, dan kemudian mengancam bandar-bandar di Nusantara. Dalam
catatan sejarah, Portugis memang hanya menunjukkan taringnya di Pasai dan
kepulauan Maluku, di Jawa tidak. Arus Balik sedikit banyak menjawabnya lewat
Babakan sejarah yang dijalankan seorang anak dusun bernama Wiranggaleng.
Kebesaran Majapahit dengan armada lautnya menjadi
dasar bagi Pram dalam menulis Arus Balik. Sosok Wiranggaleng didapuk sebagai
pemimpin yang hanya berasal dari kalangan tani, seorang warga dusun. Tentu ini
terinspirasi dari sosok Gajahmada yang konon juga berasal dari kalangan biasa.
Ini sekaligus untuk mendukung pandangan sosialismenya, yang lebih berfokus pada
orang-orang bawah ketimbang sosok kesatria yang bernuansa feodal. Dengan
mengangkat sosok Wiranggaleng, Pram bisa mengkritik para penguasa dan kaum
ningrat (di Jawa?) sekaligus membangun sebuah epos tentang seorang pemimpin
yang berasal dari rakyat dan untuk rakyat.
Garis besar Arus Balik adalah serangan armada Demak
ke Melaka di bawah pimpinan Adipati Unus. Peristiwa bersejarah ini oleh Pram
begitu diagung agungkan sebagai pengingat bahwa kita adalah bangsa maritim yang
besar dan untuk jadi besar maka bangsa ini harus kembali 'menguasai' lautan.
Meskipun serangan ini gagal karena kecanggihan meriam Portugis dan kurangnya
kekompakan, Pram secara tersirat menyebut bahwa bangsa ini akan kuat jika
seluruh Nusantara bersatu. Bahkan penyerangan terhadap Portugis di Melaka yang
hanya diikuti oleh sejumlah kerajaan tapi telah membuat bangsa barat itu
menghindari pulau Jawa. Jika seluruh kerajaan bersatu, besarlah
Nusantara.
"Barang siapa kehilangan air, dia kehilangan
tanah, barang siapa kehilangan laut, ia kehilangan darat.."
Tetapi gerak sejarah membuktikan sebaliknya.
Nusantara terpecah belah, laut dilupakan, dan para raja cenderung balik ke
belakang dengan berfokus pada daratan. Demak di bawah Trenggono malah berambisi
menguasai Jawa dengan menaklukan kerajaan-kerajaan tetangga. Hilang sudah
warisan kelautan dari Adipati Unus yang berfokus pada kejayaan di lautan. Fokus
ke darat ini lalu diteruskan ke Mataram Islam yang posisinya malah semakin jauh
dari lautan. Maka kejayaan maritim di era Sriwijaya dan Majapahit pun hilang
sudah. Sejarah mencatat, sejak itu berbondong-bondong bangsa barat masuk ke
Nusantara, menaklukan berbagai kerajaan dengan siasat adu dombanya, dan
jatuhlah bangsa besar ini dalam penjajahan bangsa Belanda selama kurang lebih
350 tahun (meskipun kejatuhannya tidak sama di semua wilayah).
Pengetahuan Pram yang begitu luar biasa dalam
sejarah Nusantara dibuktikan dengan detail penggambaran sejumlah peristiwa
bersejarah di Arus Balik. Selain pengiriman armada Demak ke Melaka oleh
Pangerang Sabrang Lor, ada juga peristiwa penaklukan Sunda Kelapa yang dipimpin
oleh Fatahillah. Berbeda dengan pandangan umum yang menyebut peristiwa ini
sebagai wujud keberanian pasukan Demak mengusir prajurit di Sunda Kelapa, Pram
menggambarkannya sebagai sebuah peristiwa kebetulan semata. Sunda Kelapa saat
itu digambarkan kosong, dan Portugis hanya datang dalam 3 kapal dan itupun
setelah mereka diguncang badai Taifun. Dengan kondisi lemah itulah
pasukan Fatahillah merebut Sunda Kelapa sehingga pertempurannya tidak terlalu
heroik sebagaimana digambarkan sejarah. Fakta sebenarnya yang terjadi, kita
tidak tahu. Tetapi Pram terlihat memandang dengan tidakmterlalu penting
peristiwa legendaris yang kemudian menjadi penanda berdirinya kota Jakarta ini
(oleh Fatahillah, Sunda Kelapa diubah namanya jadi Jayakarta setelah
keberhasilannya mengusir Portugis). Agak sensitif sih ini, mungkin ini
yang membikin Arus Balik belum juga dicetak ulang padahal banyak yang mencari
dan ingin membacanya.
Terlepas dari berbagai kontroversi yang
menyertainya, Arus Balik adalah sebuah karya sastra bintang lima yang sangat
wajib untuk dibaca. Pram membuktikan keluasan pengetahuan, kepiawaian meracik
cerita, dan kekayaan diksi kata-kata dalam karya tebalnya ini. Berbagai hal
terangkum di dalamnya, mulai dari navigasi, intrik kekuasaan, sejarah, perang
kota, pelayaran, perdagangan rempah-rempah, cinta, Jawa kuno, cetbang Majapahit
yang legendaris, ada begitu banyak materi yang dimuat dalam novel tebal ini.
Pengalaman membaca 760 halaman buku ini adalah sebuah menghabiskan waktu yang
tidak sia-sia rasanya. Dan tidak bisa tidak, saya harus mengangkat lima jempol
untuk karya besar ini. Mari tutup ulasan apa adanya ini dengan satu petuah Pram
yang sangat layak untuk terus diingat: "Tinggallah kalian dalam kerukunan,
karena perpecahan adalah pembunuh kalian yang pertama."
Judul: Arus Balik
Pengarang: Pramoedya Ananta Toer
Tebal: 760 hlm
Terbit: 1995
Penerbit: Hasta Mitra
“Perang, kekuasaan, kekayaan, seperti unggun api
dalam kegelapan dan orang berterbangan untuk mati tumpas di dalamnya.”
Membaca novel setebal 760 halaman dengan font kecil
dan spasi rapat ini ibarat mengenal Pram dan pandangan politisnya. Begitu
banyak bagian tempat penulis menyentil kebobrokan feodalisme, penyalahgunaan
agama sebagai pembenar kekuasaan, juga kebenciannya terhadap semua yang berasal
dari Barat. Aroma sosialisme juga sangat kentara dengan Pram yang dominan
menggambarkan para penguasa (Tuban, Demak, Melaka, Blambangan, Pajajaran) dalam
hal-hal buruknya semata serta mengangkat penderitaan kawula tani dan rakyat
rendahan yang hanya diombang-ambing para dalang pemegang tampuk kekuasaan.
Namun, sebagai sebuah karya, Arus Balik bisa menjadi dokumentasi sejarah untuk
mengisi kurangnya catatan tentang Nusantara di abad ke-16.
Masa itu adalah era selepas runtuhnya Majapahit,
mulai berkembangnya agama dan kerajaan-kerajaan Islam di Jawa, serta datangnya
bangsa Eropa untuk yang pertama kalinya di kepulauan Nusantara. Jika Spanyol
berlayar ke barat, Portugis berlayar ke timur dan menundukkan bandar laut di
Goa, lalu Malaka, dan kemudian mengancam bandar-bandar di Nusantara. Dalam
catatan sejarah, Portugis memang hanya menunjukkan taringnya di Pasai dan
kepulauan Maluku, di Jawa tidak. Arus Balik sedikit banyak menjawabnya lewat
Babakan sejarah yang dijalankan seorang anak dusun bernama Wiranggaleng.
Kebesaran Majapahit dengan armada lautnya menjadi
dasar bagi Pram dalam menulis Arus Balik. Sosok Wiranggaleng didapuk sebagai
pemimpin yang hanya berasal dari kalangan tani, seorang warga dusun. Tentu ini
terinspirasi dari sosok Gajahmada yang konon juga berasal dari kalangan biasa.
Ini sekaligus untuk mendukung pandangan sosialismenya, yang lebih berfokus pada
orang-orang bawah ketimbang sosok kesatria yang bernuansa feodal. Dengan
mengangkat sosok Wiranggaleng, Pram bisa mengkritik para penguasa dan kaum
ningrat (di Jawa?) sekaligus membangun sebuah epos tentang seorang pemimpin
yang berasal dari rakyat dan untuk rakyat.
Garis besar Arus Balik adalah serangan armada Demak
ke Melaka di bawah pimpinan Adipati Unus. Peristiwa bersejarah ini oleh Pram
begitu diagung agungkan sebagai pengingat bahwa kita adalah bangsa maritim yang
besar dan untuk jadi besar maka bangsa ini harus kembali 'menguasai' lautan.
Meskipun serangan ini gagal karena kecanggihan meriam Portugis dan kurangnya
kekompakan, Pram secara tersirat menyebut bahwa bangsa ini akan kuat jika
seluruh Nusantara bersatu. Bahkan penyerangan terhadap Portugis di Melaka yang
hanya diikuti oleh sejumlah kerajaan tapi telah membuat bangsa barat itu
menghindari pulau Jawa. Jika seluruh kerajaan bersatu, besarlah
Nusantara.
"Barang siapa kehilangan air, dia kehilangan tanah, barang siapa kehilangan laut, ia kehilangan darat.."
Tetapi gerak sejarah membuktikan sebaliknya. Nusantara terpecah belah, laut dilupakan, dan para raja cenderung balik ke belakang dengan berfokus pada daratan. Demak di bawah Trenggono malah berambisi menguasai Jawa dengan menaklukan kerajaan-kerajaan tetangga. Hilang sudah warisan kelautan dari Adipati Unus yang berfokus pada kejayaan di lautan. Fokus ke darat ini lalu diteruskan ke Mataram Islam yang posisinya malah semakin jauh dari lautan. Maka kejayaan maritim di era Sriwijaya dan Majapahit pun hilang sudah. Sejarah mencatat, sejak itu berbondong-bondong bangsa barat masuk ke Nusantara, menaklukan berbagai kerajaan dengan siasat adu dombanya, dan jatuhlah bangsa besar ini dalam penjajahan bangsa Belanda selama kurang lebih 350 tahun (meskipun kejatuhannya tidak sama di semua wilayah).
Pengetahuan Pram yang begitu luar biasa dalam sejarah Nusantara dibuktikan dengan detail penggambaran sejumlah peristiwa bersejarah di Arus Balik. Selain pengiriman armada Demak ke Melaka oleh Pangerang Sabrang Lor, ada juga peristiwa penaklukan Sunda Kelapa yang dipimpin oleh Fatahillah. Berbeda dengan pandangan umum yang menyebut peristiwa ini sebagai wujud keberanian pasukan Demak mengusir prajurit di Sunda Kelapa, Pram menggambarkannya sebagai sebuah peristiwa kebetulan semata. Sunda Kelapa saat itu digambarkan kosong, dan Portugis hanya datang dalam 3 kapal dan itupun setelah mereka diguncang badai Taifun. Dengan kondisi lemah itulah pasukan Fatahillah merebut Sunda Kelapa sehingga pertempurannya tidak terlalu heroik sebagaimana digambarkan sejarah. Fakta sebenarnya yang terjadi, kita tidak tahu. Tetapi Pram terlihat memandang dengan tidakmterlalu penting peristiwa legendaris yang kemudian menjadi penanda berdirinya kota Jakarta ini (oleh Fatahillah, Sunda Kelapa diubah namanya jadi Jayakarta setelah keberhasilannya mengusir Portugis). Agak sensitif sih ini, mungkin ini yang membikin Arus Balik belum juga dicetak ulang padahal banyak yang mencari dan ingin membacanya.
Terlepas dari berbagai kontroversi yang menyertainya, Arus Balik adalah sebuah karya sastra bintang lima yang sangat wajib untuk dibaca. Pram membuktikan keluasan pengetahuan, kepiawaian meracik cerita, dan kekayaan diksi kata-kata dalam karya tebalnya ini. Berbagai hal terangkum di dalamnya, mulai dari navigasi, intrik kekuasaan, sejarah, perang kota, pelayaran, perdagangan rempah-rempah, cinta, Jawa kuno, cetbang Majapahit yang legendaris, ada begitu banyak materi yang dimuat dalam novel tebal ini. Pengalaman membaca 760 halaman buku ini adalah sebuah menghabiskan waktu yang tidak sia-sia rasanya. Dan tidak bisa tidak, saya harus mengangkat lima jempol untuk karya besar ini. Mari tutup ulasan apa adanya ini dengan satu petuah Pram yang sangat layak untuk terus diingat: "Tinggallah kalian dalam kerukunan, karena perpecahan adalah pembunuh kalian yang pertama."
SahabatQQ: Agen DominoQQ Agen Domino99 dan Poker Online Aman dan Terpercaya
ReplyDeleteWebsite paling ternama dan paling terpercaya di Asia ^^
Sistem pelayanan 24 Jam Non-Stop bersama dengan CS Berpengalaman respon tercepat :)
Memiliki 10 Jenis game yang sangat digemari oleh seluruh peminat poker / domino
- Adu Q
- Bandar Q
- Bandar Sakong
- Bandar Poker
- Poker
- Domino 99
- Capsa Susun
- Bandar66
- Perang Baccarat
- Perang Dadu
Permainan Judi online yang menggunakan uang asli dan mendapatkan uang asli ^^
* Minimal Deposit : 20.000
* Minimal Withdraw : 20.000
* Deposit dan Withdraw 24 jam Non stop ( Kecuali Bank offline / gangguan )
* Bonus REFFERAL 15 % Seumur hidup tanpa syarat
* Bonus ROLLINGAN 0.3 % Dibagikan 5 hari 1 kali
* Proses Deposit & Withdraw PALING CEPAT
* Sistem keamanan Terbaru & Terjamin
* Poker Online Terpercaya
* Live chat yang Responsive
* Support lebih banyak bank LOKAL
Link Alternatif :
- murniaduq.net
- murniaduq.org
Contact Us
WA1 : +855889110527
WA2 : +855887159498
Kami Siap Melayani anda 24 jam Nonstop