Search This Blog

Tuesday, April 2, 2019

212 Asal-Usul Djakarta Tempo Doeloe

Judul: 212 Asal-Usul Djakarta Tempo Doeloe 
Penyusun: Zaenuddin H.M.
Editor: 
Tebal: 375 hlm
Cetakan: Kedua, 2012
Penerbit: Ufuk Press


Walau terkesan tidak digarap dengan ilmiah dan detail, buku ini ternyata cukup mengenyangkan. Penulis tampak mengenal betul wilayah di Jakarta sehingga membaca buku ini seperti kita sedang diajak jalan jalan menyusuri penjuru ibukota. Gaya penulisannya lebih menyerupai pendongeng yang telah banyak dolan ketimbang gaya peneliti yang terkesan formal. Ini yang membuat buku sejarah ini terasa enak dibaca dan ramah bagi aneka level pembaca.

Hampir semua asal usul nama kecamatan dan tempat2 penting dituliskan di buku ini. Termasuk juga tempat tempat penting. Saya yang bukan orang Jakarta saja merasa seperti mengenal betul setiap tempat yang dibahas penulis di buku ini: Kampung Rambutan, Jagakarsa, Ciganjur, Kalibata, Kwitang, dan Matraman. Ini bukti betapa Jakarta memang memiliki pengaruh besar kepada banyak orang di Indonesia. Mungkin karena memang kota tua ini sarat dengan sejarah pendirian Republik ini. 


Banyak hal unik saya dapatkan di buku ini. Mungkin bukan hal baru bagi warga Jakarta, tapi tetap saja menarik. Diantaranya Casablanca yang ternyata adalah singkatan dari Kampung Melayu sampai Belakang Karet. Ada juga asal usul penamaan tempat yang konon adalah plesetan akibat terselip lidah karena warga lokal sukar mengucapkannya. Semisal Pinangsia yang merupakan plesetan dari Financial, atau Bidaracina yang awalnya dari tragedi Pemberontakan Etnis Tionghoa di Batavia tahun 1700an.

Selain itu, sebagian besar nama nama tempat di Jakarta lebih dinamakan karena bentukan fisiknya. Ada yang berasal dari nama pepohonan, binatang, orang, sawah, kebun, hutan, dan peristiwa sejarah di masa dulu. Misalnya saja Kampung Rambutan (dulu banyak pohon rambutan), Kampung Bali (dulu banyak orang Bali), atau Pondok Kopi. Lainnya, banyak yg dinamai karena sejarahnya seperti kawasan Fatmawati dan Lapangan Banten. Salah satu kawasan yang unik pernah dinamai dengan nama unik: Misteer Cornelis. Nama ini sering banget muncul dalam buku sejarah sampai saya sering salah mengiranya merujuk ke nama orang. Dan memang kawasan itu milik orang yang namanya sama. Kini, kita lebih mengenalnya dengan nama Jatinegara.

Walau datanya tipis, buku ini bisa menjadi semacam batu loncatan untuk mengerjakan proyek sejarah ibukota Jakarta yang lebih akurat dan teliti lagi. Mungkin, juga bisa menjadi salah satu referensi awal yang berguna. Setidaknya, buku ini bisa mengenalkan kepada pembaca umum bahwa Jakarta memang kaya akan sejarah. Agak miris juga setelah tahu lewat buku ini banyak bangunan bersejarah yang dibongkar dan tidak menyisakan bekas sama sekali: diantaranya rumah tempat diucapkannya Proklamasi Kemerdekaan RI di Pegangsaan serta gedung Harmonie yang legendaris itu.

Mungkin, selain riset yang kurang mendalam, kekurangan buku ini ada pada fotonya. Banyak foto dan caption yang tidak nyambung. Misalnya saja gambar mobil di sudut Jakarta pada tahun 1700an, atau gambar kondisi wilayah Batavia tahun 1800an tapi fotonya kok perumahan padat penduduk tahun 1980 atau 1990an. Sayang sekali. Padahal, buku ini bisa lebih bagus lagi jika ditangani dengan editing yang lebih serius dan dengan tampilan yang lebih menarik.

2 comments:

  1. Bosan tidak tahu mau mengerjakan apa pada saat santai, ayo segera uji keberuntungan kalian
    hanya di D*E*W*A*P*K / pin bb D87604A1
    dengan hanya minimal deposit 10.000 kalian bisa memenangkan uang jutaan rupiah
    dapatkan juga bonus rollingan 0.3% dan refferal 10% :)

    ReplyDelete
  2. Wah, ini apa hubungannya sama wirosableng ya? wwkwkwk

    ReplyDelete