Search This Blog

Wednesday, January 30, 2019

Sang Pengegesek Biola, Biografi Sang Pecipta Lagu Kebangsaan

Judul : Sang Penggesek Biola.
Penulis:  Yudhi Herwibowo
Penyunting: HP Melati
Desain sampul: Yudi Irawan
ISBN: 9786027926417
Halaman: 406
Cetakan: Pertama-Juni 2018
Penerbit: Imania


40789497

Sungguh beruntung saya bisa membaca buku bagus ini setelah mengikuti bedah bukunya pada tanggal 30 Desmeber 2018 lalu. Bertempat di Bentara Budaya Yogyakarta, bedah buku "Sang Penggesek Biola" dilangsungkan dengan menghadirkan penulisnya, Mas Yudhi Herwibowo, langsung dari Solo. Sayangnya, keriuhan Tahun Baru tidak menular di acara bedah buku tersebut. Entah promosinya yang kurang gencar atau mungkin karena mal dan pantai lebih menggoda kaum milenial di penghujung tahun, sayang sekali acara ini sepi pengunjung. Awalnya hanya ada lima orang yang datang, yang kemudian bertambah menjadi sepuluh saat acara selesai. Tapi, kurangnya peserta tidak mengurangi bobot dari buku yang dibahas. Dengan menyimak penuturan Olive sebagai pembaca awal, saya bisa sedikit menebak muatan novel biografis ini: bagus dan menyentuh, dan ternyata memang benar.

Wage Rudolf Supratman, hampir setiap kita pasti mengenal dia dari lagi lagu Indonesia Raya gubahannya yang kita nyanyikan setiap upacara bendera hari Senin. Juga dari aneka pertandingan internasional ketika wakil Indonesia menjadi juara pertama. Lagu yang sangat mengguggah, yang iramanya sendiri terasa sangat agung, yang bahkan di Youtube pun termasuk salah satu dari lagu kebangsaan paling menggetarkan. Tapi, masih sedikit yang kita ketahui tentang sosok W.R Supratman. Bagaimana masa kecilnya, bagaimana lagu-kagu itu tercipta, tentang kehidupan asmaranya, juga bahwa beliau ternyata adalah seorang wartawan dan bukan murni seorang komponis pencipta lagu. Sungguh, begitu banyak yang belum diketahui khalayak dari tokoh hebat ini. 

"... aku bukan musisi profesional. Aku ini lebih dominan sebagai wartawan, yang kebetulan bisa sedikit bermain musik. kebetulan aku melihat sebuah peluang untuk membuat lagu kebangsaan, maka itu aku membuatnya." (hlm. 270)

Sosoknya memang tidak semegah Bung Karno atau tokoh-tokoh proklamator lainnya. Terlebih, WR Supratman tidak mengalami masa-masa genting menjelang kemerdekaamn tahun 1945 karena komponis berbakat ini keburu wafat pada Agustus 1938. Tapi, jasanya tidak kalah besar. Lagu Indonesia Raya pertama kali diperdengarkan di muka umum pada Kongres Pemuda 28 Oktober 1928 di Jakarta. Saat itu usia beliau 25 tahun. Lagu itu lalu disebarluaskan oleh koran Sin Po pada edisi bulan November 1928. Alhasil semakin memperkental semangat kebangsaan, bersatu, dan merdeka kepada setiap anak Bumi Putra yang tinggal di kawasan Hindia Belanda. Lagu yang sama yang membuatnya dikejar-kejar serta diawasi intel pemerintah kolonial. Tekanan ini yang konon yang membuat kesehatan WR Supratman memburuk sehingga wafatnya di tahun 1938.




Membaca novel biografis ini, saya mendapatkan gambaran sosok WA Supratman lebih sebagai wartawan ketimbang komponis. Lagu-lagu agung yang beliau gubah dikerjakannya di sela-sela menulis berita. Pembaca seperti diajak melihat sisi lain dari sang komponis legendaris ini. Belum lagi pertemuan beliau dengan tokoh-tokoh yang sering kita dengar namanya dalam buku sejarah. Mas Yudhi berhasil menyajikan kisah sejarah yang jujur sangat asyik diikuti. Seolah-olah, kita diajak menyaksikan masa-masa ketika pergerakan nasional mulai menguat di Hindia Belanda. Fokus novel ini memang tentang WR Supratman, tetapi melalui matanya sebagai seorang wartawan, pembaca juga bisa mereka-reka aneka kejadian penting yang berlangsung pada kurun masa tahun 1920 hingga 1930-an. Tambahan lagi, Mas Yudhi juga menggambarkan setting kota Batavia tahun 1930-an dengan menarik sekali. Serasa balik ke era Bumi Manusia pokoknya. 

"Kita semua di sini  melawan dengan cara kita masing-masing. Mas SUpratman melawan dengan biola Mas, dengan lagu yang Mas hgubah. Lagu yang alunan nadanya masuk ke telinga smeua orang dan bergelora dalam sanubari ..." (hlm. 282)

Kita berutang banyak kepada WR Supratman lebih dari yang kita duga. Perjuangannya memang tidak dengan mengangkat senjata atau diplomasi politis. Sang komposer berjuang lewat seni, lewat lagu yang beliau ciptakan. Sebuah perjuangan yang tidak bisa dianggap enteng. Lagu Indonesia Raya sangat mengusik Pemerintah kolonial Hindia Belanda. Mereka sampai menugaskan tim khusus untuk mengamati gerak-gerik WR Supratman, bahkan beberapa kali menyiksanya secara fisik. Ini belum termasuk panggilan wajib lapor serta masa tahanan yang harus dihadapi beliau sebagai bentuk "hukuman" karena telah menciptakan  Indonesia Raya. Semakin miris karena bahkan di penghujung hidupnya, sang komponis muda wafat hanya ditunggui kakak kesayangannya. Sebagaimana kariernya, lagu Indonesia Raya juga sedikit banyak mempengaruhi kehidupan rumah tangganya sehingga dia harus berpisah dengan Salamah--sang kesayangan hati. Saya mewek kejer dong setelah sampai di halaman terakhir buku ini.

Apa yang akan kita dapatkan dari novel biografis ini? Banyak sekali, terutama banyak hal tentang sang komponis muda yang mungkin luput dari sejarah populer. Ada juga teks lagu Indonesia Raya dalam tiga stanza disertakan di buku ini. Ada juga diebutkan mengapa suart kabar dinamai "surat kabar" (hlm. 90). Sebuah novel yang mampu dengan apik memadukan biografis sosok bersejarah, romansa yang bikin haru biru, kehidupan wartawan di era penjajahan, serta setting sejarah sosial yang sangat kental. Dan semua ini ditulis dengan menarik, tidak membosankan sama sekali. Semoga, semakin banyak buku-buku tentang tokoh bersejarah yang ditulis dengan sangat manusiawi seperti buku ini.

"Satu yang pasti, jangan pernah merasa bersalah sudah menciptakan lagu (Indonesia Raya). Jangan pernah." (hlm. 311)


foto: Goodreads dan id.wikipedia.org/wiki/Indonesia_Raya


1 comment:

  1. Bosan tidak tahu mau mengerjakan apa pada saat santai, ayo segera uji keberuntungan kalian
    hanya di D*E*W*A*P*K / pin bb D87604A1
    dengan hanya minimal deposit 10.000 kalian bisa memenangkan uang jutaan rupiah
    dapatkan juga bonus rollingan 0.3% dan refferal 10% :)

    ReplyDelete