Search This Blog

Thursday, November 1, 2018

Tapak Setan

Judul: Tapak Setan
Penulis: Haditha
Penerbit: PT. Elex Media Komputindo
Terbit: 2018
Sampul: Dedy Koerniawan Susanto
Tebal: vi + 217 hlm.
ISBN: 978-602-04-798



Orang bijak selalu bilang, dendam itu buruk dan dapat mengundang setan. Tetapi, kadang hidup begitu menyesakkan sehingga orang bisa jatuh dalam godaan buruk tersebut. Ini yang dialami oleh Atarjoe--seorang piatu yang tinggal dan pemukiman kumuh. Hidup dan lingkungannya sudah sedemikian berantakan, dia sendiri menjadi korban dari lingkungan kehidupan kelas bawah yang porak-porandanya. Orang tua satu-satunya terjerat narkoba dan bahkan rela menjual diri demi barang haram tersebut. Boro-boro menyekolahkan Atarjoe, untuk makan pun bocah 13 tahun itu harus mengusahakan sendiri. 

Rasa kesumat pun mengumpul dalam dada melihat segala ketidakadilan di sekitarnya. Atarjoe hanya bisa menahan geram saat orang orang jahat itu melecehkan ibunya, menghina dirinya. Kehidupannya mewakili hidup orang-orang yang terpinggirkan tanpa harapan untuk bisa mengajukan keluhan. Sampai suatu malam, muncul suara berbisik yang mengajarkannya menyajikan dendam dengan tangan kanannya sendiri. Dan suatu pagi, Joe bangun dengan tangan kanan berlumuran darah dan berbau bangkai. 


 Awalnya bocah itu ketakutan, tetapi suara berbisik misterius itu mengatakan rahasia kelam dari tangan kanannya. Tangan itu memiliki kesaktian dapat menyedot setan dan membuat entitas yang tersedot itu takluk. Setiap setan yang terisap masuk akan tunduk patuh padanya. Dengan kekuatan setan-setan inilah, bocah remaja itu bergerak untuk membalaskan dendamnya. Setiap orang yang ia raup mukanya dengan tangan kanannya akan kesurupan dan tersiksa oleh setan yg merasukinya. Inilah kekuatan Tapak Setan dari Atarjoe.

...bahwa setan suka menampakkan diri itu ada macam-macam penyebabnya. Satu karena dia merasa terganggu dengan kehadiran manusia. Dua karena dia merasa hatus banget tampak eksis, biar manusia tahu dia ada di situ. Tiga karenadia suka sama manusianya. Empat karena dia memang berniat iseng. (hlm 120)

Mekanisme tapak setan adalah tangan kanannya mampu memunculkan semacam lubang isap  untuk menyedot setan setan di sekelilingnya. Dalam tangan kanannya, terdapat ruang ruang menyerupai kamar barak tempat para setan yg tersedot itu tinggal. Semakin sakti dan makin banyak setan yang tersedot, semakin sakti juga kekuatan tapak setan tersebut. Semakin membara juga dendam dan kemauan membunuh bocah itu. Dengan keji, ia membalaskan dendamnya satu per satu, dan kemudian menggunakan kekuatannya itu untuk membasmi kejahatan dengan caranya sendiri. Hampir 700 nyawa manusia laknat lenyap di tangannya.

Manusia memanglah bakal calon setan. Semua manusia memiliki potensi tersebut. Manusia bisa lebih rendah dari setan. (hlm 113)

Hanya saja, segala yang dilakukan dengan cara yang buruk biasanya hanya akan menghasilkan keburukan keburukan lain. Atarjoe merasa dirinya semakin menyerupai neraka seiring dengan semakin banyaknya setan yang dia isap dan orang yang dia hukum. Dendamnya bukannya surut, malah makin menyala. Satu demi satu, Atarjoe juga kehilangan orang-orang yang dicintainya. Walau bagaimana, setan hanya berteman dengan sesama setan, atau manusia setan. Seiring dengan makin banyaknya korban, Joe merasa dirinya adalah perwakilan neraka itu sendiri. Ia panas yang membakar orang-orang berhati busuk. 

Kita bisa merasakan aroma kemarahan yang begitu kental saat membaca Tapak Setan. Kemarahan akibat keadilan yang absen hadir untuk mereka yang terpinggirkan. Kemarahan karena aparat penegak hukum dan bahkan pemuka agama yang gagal menjalankan perannya melindungi dan mengayomi wong cilik. Ketika manusia lain tidak bisa diharapkan, maka kepada setan lah orang-orang tertindas itu berpaling. Novel ini semacam kritik keras yang disampaikan Haditha lewat kisah horor.

"Beragama kok kayak orang kesetanan." (hlm 128) 

Ada banyak alasan mengapa novel ini layak dapat empat bintang. Pertama, Tapak Setan ditulis dengan sudut pandang orang pertama dan tidak memiliki satu pun kalimat langsung di dalamnya. Kedua, settingnya terasa lokal habis jadi sangat nyaman membacanya. Begitu masuk ke semesta Haditha, susah untuk bisa keluar lagi sebelum menyelesaikan membaca novelnya. Ketiga, Tapak Setan ini begitu bebas mengumbar segala yang mendesak dalam pemikiran penulisnya. Selain sarat amarah, novel ini berisi banyak adegan serta kata-kata vulgar yang hanya pantas untuk pembaca 18 tahun. Tiap awal babnya juga dilengkapi ilustrasi setan-setan yang dia isap. Dan ilustrasi itu digambar sendiri oleh penulisnya. Kece.

Setelah terpuaskan dengan membaca Karung Nyawa, saya merasa Haditha telah menemukan posisinya dalam menulis. Spesialisasinya adalah fiksi klenik dengan fokus pada setan-setan nusantara dan setting lokal. Membaca Tapak Setan, terlihat sekali betapa dia sangat nyaman saat menulis kisah yang sarat kemarahan ini. Bahkan sampai akhir cerita, saya masih terngangga dengan kebuasan si tapak setan. Again, another good job, Haditha.

No comments:

Post a Comment