Judul: Sang Nyai 3, Misteri Empat Penaka Majapahit
Pengarang: Budi Sardjono
Penyunting: Misni Parjiati
Sampul: Amalina Asrari
Cetakan: Pertama, April 2018
Penerbit: DIVA Press
Pengarang: Budi Sardjono
Penyunting: Misni Parjiati
Sampul: Amalina Asrari
Cetakan: Pertama, April 2018
Penerbit: DIVA Press
“Orang yang menang
tanpa harus mengalahkan musuh-musuhnya. Dialah yang layak mendapatkan sebutan
orang sakti."
Sejarah dan misteri di nusantara bisa menjadi bahan cerita
yang tak kalah mengasyikkan dalam sebuah novel. Penulis Budi Sardjono membuktikan hal ini lewat trilogi Sang Nyai karyanya. Pun, jika kita
berbicara tentang misteri, wanita atau perempuan adalah juaranya. Tidak heran jika
ada yang bilang wanita itu penuh misteri
dan penulis menghadirkan misteri besar dalam trilogi Sang Nyai 3 ini juga lewat sosok wanita.
Sang Nyai 3 sendiri adalah buku
pamungkas dari seri Sang Nyai yang mengangkat banyak legenda-legenda besar
di tanah Jawa. Di buku pertama, sosok misterius penguasa Laut Selatan menjadi
sorotan utama. Lalu, berlanjut ke buku kedua yang berganti mengupas misteri
keturunan Roro Jonggrang. Di buku ketiga ini, petualangan Mas Sam akan berupaya
menguak misteri keturunan terakhir Majapahit.
Pembaca yang sudah membaca
karya-karya Budi Sardjono mestinya sudah tidak kaget dengan gaya penulisannya.
Dimulai di novel Roro Jongrang, Nyai
Gowok, lalu berlanjut ke seri Sang
Nyai, penulis menggunakan wanita atau perempuan sebagai jangkar utama.
Meskipun protagonisnya seorang pria. Kentara sekali betapa tokoh-tokoh
perempuanlah yang sebenarnya menyetir cerita. Resep ini muncul lagi dalam Sang Nyai 3 ketika di awal buku saja,
Mas Sam sudah dipertemukan dengan sosok Gini yang asli Gunung Kidul. Wanita
misterius itu kemudian mengajaknya ke Panggang yang merupakan sebuah kecamatan
di sisi barat Kabupaten Gunung Kidul. Dalam sebuah bungalow yang dibangun di
atas tebing terjal di tepian Laut Selatan, Gini menceritakan banyak sekali
peristiwa sejarah terkait bangsa Jawa dan Nusantara yang mungkin tidak
diketahui banyak orang.
Salah satu yang menarik adalah
tentang desa Segoroyoso di Imogiri.
Konon, Segoroyoso terilhami oleh sebuah proyek ambisius Sultan Agung, penguasa
Mataram Islam awal. Sultan yang pernah menyerang benteng Belanda di Batavia itu
konon pernah membendung aliran Kali Opak untuk membuat semacam danau buatan. Lokasi
ini sedianya digunakan sebagai tempat berlatih para prajurit Mataram Islam agar
mereka juga memiliki kemampuan bertempur di lautan sebagaimana para
pendahulunya. Sultan Agung menyadari, betapa kebesaran Majapahit, Sriwijaya,
dan Samudra Pasai tidak bisa dilepaskan dari armada laut mereka yang kuat.
Kesalahan Kerajaan Demak yang berusia pendek adalah karena kerajaan yang
didirikan Raden Patah itu hanya berfokus pada kekuatan darat dan mengabaikan
angkatan lautnya. Sayangnya, bekas proyek Segoroyoso ini sudah tidak tersisa
sedikit pun kecuali sekadar menjadi nama sebuah desa.
Selain misteri tentang
Segoroyoso, Sang Nyai 3 juga
menyinggung tentang misteri Majapahit. Dalam babad Jawa, dikisahkan bahwa
penguasa terakhir Majapahit, yakni Prabu Brawijaya V, memutuskan untuk
meninggalkan kursi kekuasaan dan menyepi ke Gunung Lawu. Di gunung misterius
sebelah barat kabupaten Magetan inilah konon beliau moksa. Jasad dan makamnya
tidak pernah ditemukan. Keberadaannya masih misterius sampai sekarang. Misteri
inilah yang juga coba dijawab oleh penulis lewat novel ini. Bersama moksanya
sang Prabu, hilang juga empat pataka atau panji-panji lambang kebesaran
kerajaan Majapahit yang asli. Di antaranya adalah Pataka Sang Dwija Naga
Nareswara yang digunakan untuk mengibarkan bendera gula kelapa di era
Majapahit. Dari bendera Gula Kelapa inilah muncul istilah Dwiwarna merah putih
yang menjadi bendera nasional Indonesia. Beberapa museum di luar negeri konon menyimpan
4 pataka Majapahit. Tetapi, yang asli telah diamankan oleh sang Prabu ke Gunung
Lawu.
Bicara tentang Gunung Lawu,
tentunya nanggung jika tidak membicarakan Candi Sukuh yang ada dilerengnya. Candi
terakhir peninggalan Kerajaan Majapahit ini memang unik. Selain memiliki
ukiran-ukiran agak vulgar tentang kelamin lelaki-perempuan, candi ini juga
memiliki bentuk yang berbeda. Tidak seperti candi-candi di Jawa Tengah yang
kerucut atau persegi berstupa atau candi-candi Jawa Timur yang seperti gapura,
Candi Sukuh lebih menyerupai sebuah piramida atau punden berundak. Sedikit
banyak, penulis mencoba menjawab keganjilan dari bentuk Candi Sukuh. Cukup menyenangkan
menyimak jawaban-jawaban di buku ini sebagai semacam pengetahuan tentang
sejarah alternatif.
Hanya saja, karena unsur sejarah
ini pula yang bikin buku ini ‘rada membosankan’ di beberapa bagian. Beberapa
kali, penulis seperti terlalu bernafsu menuliskan penggalan kronik sejarah
sehingga rasanya kayak baca paragraf dalam buku sejarah. Ketiga wanita
misterius yang menjadi penggerak alur cerita juga kayaknya gampangan banget sama Mas Sam, sehingga menjadikan seri ini terasa agak vulgar bagi pembaca yang belum
terbiasa dengan kenyentrikan penulis dalam menarasikan kemolekan wanita Jawa.
Untuk yang lagi galau, yang lagi bosan tidak tahu mau ngapain,
ReplyDeletetenang,,sekarang ada yang akan menghibur kalian sekaligus
mengisi hari-hari kalian dengan games" online yang pastinya tidak akan
mengecewakan kalian deh...
yuk ikutan gabung bersama Pesonavip.com
Dapatkan Bonus Rollingan TO Sebesar 0,3 - 0.5% / Hari
Bonus Referral Sebesar 20% Seumur Hidup
* Minimal deposit hanya Rp 20.000
* Minimal tarik dana Rp 20.000
* Dilayani oleh CS profesional dan ramah
* 24 jam online
* Proses Depo & WD super cepat
* No ROBOT MURNI PLAYER VS PLAYER
* kamu berkesempatan menangkan Jackpot setiap harinya.
Info lebih lanjut silahkan hubungi CS 24 Online Setiap hari melalui :
* PIN BBM : pesonaqq
* WA : +85587984700
Link Alternatif : Pesonavip.com
Salam Sukses Pesonaqq.com