Judul: Berlatih Solmisasi, Kumpulan Puisi
Penyair: Dedy tri Riyadi
Cetakan: November 2017
Tebal: 163 hlm
Sampul: Amalina
Penerbit: Basabasi
Penyair: Dedy tri Riyadi
Cetakan: November 2017
Tebal: 163 hlm
Sampul: Amalina
Penerbit: Basabasi
Di antara semua jenis karya fiksi, puisi adalah yang paling
mendekati bentuk lagu. Bahkan, lagu (lirik lagu mungkin) bisa digolongkan
sebagai ragam puisi. Dalam skripsi saya yang entah telah berapa juta tahun lalu
digarapnya itu, saya menggunakan teori analisis puisi untuk menganalisis
lirik-lirik lagu dalam novel The Hobbit-nya
Tolkien (Maaf ye bukannya nyombong, tapi kesempatan pamer sih jangan disia-sikan wkwkwk). Mungkin ini bisa menjawab alasan mengapa banyak puisi-puisi yang indah
sekali (dan memang cocok) ketika dinyanyikan dengan ditambah iringan instrumen
musikal. Memang, puisi sendiri tidak bisa lepas dari elemen-elemen musikal
sebagai penyusun keindahannya. Berbeda dengan cerpen atau novel yang lebih
mengandalkan isi, kebanyakan puisi sangat mengandalkan bentuk dan gaya. Tidak
kemudian isi puisi (meaning) menjadi
tidak lebih penting daripada bentuknya (form),
tetapi bentuk mendapatkan porsi yang lebih besar dalam puisi ketimbang dalam
cerpen atau novel. Jika pun ada cerpen atau novel yang lebih menonjolkan
bentuknya, maka itu sah-sah saja atas nama kreativitas dan eksperimentasi.
“hingga kau dengar
tak ada | nada panjang pada kata ‘cemara’ | setelah ‘kiri-kanan’ yang kedua.”
(Stt ... Kau tahu? Ada Harimau Bersembunyi dalam Lagu Naik Naik ke Puncak Gunung, hlm. 47)
Puisi-puisi karya Dedy Tri Riyadi yang terhimpun dalam buku
puisi Berlatih Solmisasi ini adalah
salah satu contoh terbaik dari puisi-puisi yang begitu mengandalkan bentuk.
Rima dan komposisi sajak-sajak di buku ini diperhatikan benar sehingga terasa
nuansa musikalnya. Setidaknya, penyair tidak melupakan ciri rima yang hampir
bisa kita temukan dalam setiap bait puisi-puisi di buku ini. Bukan lalu kemudian
penulis mengabaikan maknanya. Sering kali, penulis memberikan tekanan pada
makna puisi ini pada larik-larik akhir puisinya. Datang tiba-tiba seperti
sesuatu yang tidak muncul di muka tetapi mendadak mengada di ujung sajak,
seolah menyadarkan pembaca yang terlalu larut dalam elemen musikalnya.
Mengingatkan kembali bahwa ini adalah puisi yang seang mereka baca, bukan lirik
lagu yang memang sungguh mengasyikkan untuk dilantunkan.
“Jika kau ingin bernyanyi saat ini, | Yusuf telah bersiap
dengan seruling. Bunyi tipis nan nyaring itu | akan meliukkan sepi di
sekelilingmu | Sepi yang membuatmu berpikir - | di balik setiap peristiwa yang
terjadi, | ada yang selalu ditutupi.” (Kain, hlm. 147)
Tentang bentuk ini juga disinggung oleh penyair Kiki
Sulistyo dalam sedikit ulasannya untuk kumpulan puisi ini. Bahwa setiap penyair
cenderung yang memberikan perhatian lebih banyak pada rima dalam puisi-puisi
karyanya akan memahami pentingnya rima. Dalam puisi, rima tidak sekadar upaya memunculkan
pengulangan bunyi di ujung larik. Seorang penyair yang berbakat akan mencoba
memadukan antara rima dan komposisi sehingga rima tidak semata berakhir sebagai
pengulangan bunyi yang serupa tetapi juga dapat terasa unsur musikalnya. Dengan
kata lain, bukan hanya soal membuat pengulangan bunyi sebagaimana pada pantun, tetapi
juga menjadikan puisi-puisi itu mampu “bernyanyi.”
“Kenangan,” kata Yusuf, | begitu menyibukkan pikiran, | dan
aku lebih suka menyibak | dan menyimak
kenyataan.” (Sebuah Kota Kecil di Spanyol)
Perhatian penulis pada unsur-unsur musikal kata dan tidak
hanya pada rima bisa dilihat pada kutipan puisi di atas. Terdapat pengulangan
bunyi pada ‘menyibak’ dan ‘menyimak’. Lalu ada ‘kenangan’ dan ‘pikiran’ yang
hampir serupa di ujungnya, sementara ‘menyibukkan’ pun masih memiliki unsur
bunyi /k/ untuk menemani kata ‘menyibak’ dan ‘menyimak’yang muncul belakangan.
Luar biasa bukan betapa penyair dengan hati-hati mampu memilih kata-kata dengan
elemen bunyi serupa tapi tetap menghasilkan baris-baris yang bermakna.
Kira-kira, puisi-puisi seperti inilah yang akan banyak pembaca jumpai di buku
ini.Lalu, apa itu solmisasi? Masih ada hubungannya dengan musik kok. Coba amat-amati dua suku kata pertama dari 'sol - mi - sa - si' deh.
This comment has been removed by the author.
ReplyDelete