Terkadang,
seperti di kisah-kisah FTV, hal-hal manis bermula dari kesalahpahaman. Seperti
perjumpaan pertama saya dengan Grab Buku/Maca Buku yang cukup heboh. Awalnya ada
seorang teman BBI yang melaporkan bahwa ulasannya digunakan untuk promosi tanpa
izin oleh Grab Buku di Facebook. Ahem ...teman ini kebetulan cewek. Saya yang cowok
sejati bagian Divisi HUMAS Blogger Buku Indonesia pun gerak cepat dengan
mengirimkan inbox ke toko daring tersebut. Ternyata responnya sangat cepat,
saudara-saudara—walau tidak secepat datangnya jodoh ihiks. Pihak Grab Buku akhirnya
meminta maaf karena mereka mengaku belum mengetahui sistem kerja sama dengan
BBI. Kesalahpahaman kecil itu pun akhirnya terselesaikan, dengan bonus saya
mendapatkan jodoh kenalan satu lagi toko buku online dengan aplikasinya yang
asik: Maca Buku. Jadi, walau belum dapat jodoh, dapat toko buku yang murah pun
patut disyukuri bukan? Oke skip. Lanjut. Dalam bahasa Jawa, ‘maca buku’
bermakna ‘membaca buku’. Dengan demikian, sudah jelas kalau aplikasi ini adalah
untuk para penimbun pembaca buku. Bahasa awamnya: Elo bisa beli buku
secara online di sini.
Sebelum
lanjut ke MacaBuku, saya ingin sedikit berbagi pengalaman berbelanja buku
secara online selama ini. Walau terhitung sering beli buku secara on line, saya jarang sekali membeli buku
dari toko-toko buku online kelas atas (idih
bohong banget!). Paling banyak, saya hanya hanya membeli dari teman-teman
Facebook yang saya kenal dan mereka kebetulan juga menjual buku. Entah ya,
rasanya kok lebih tenang gitu kalau saya beli buku kepada orang-orang yang juga
suka membaca buku. Gimana ya, beli buku ke toko-toko online gitu serasa beli
sama mesin, padahal ya nggak juga. Halah,
bilang aja kalau mesin nggak bisa dimodusin, Yon *tampar diri sendiri* Mungkin,
karena interaksinya kurang kali ya (Tuh
kan bener, cuma mau modus doang!) Belum lagi ribetnya: kudu mendaftar dulu
lah, kudu jadi member dulu, dan
lain-lain. Hal-hal ribet seperti inilah yang bikin saya nggak kunjung dapat
jodoh males.
Nah,
penampakan *halah* yang sama sebetulnya juga saya temukan saat memesan buku
melalui aplikasi MacaBuku. Tetapi, tidak
... ada sesuatu yang beda dari MacaBuku. Aplikasi ini memiliki tampilan yang
simpel. Dia tidak terlampau meriah sebagaimana toko-toko buku online lain.
Ibaratnya macam Kim So Hyun sebelum diendors pabrikan kosmetik. Simpel tapi
bikin pengen ngapel. Keunggulan lain, tampilan MacaBuku tidak dipenuhi oleh
baner-baner yang berebut perhatian calon pembeli. Memang ada 7 atau 8 banner,
tetapi tidak semuanya adalah iklan preorder buku baru. Sekitar lima atau empat
di antaranya adalah banner pemesanan buku yang dibuat dengan gaya minimalis.
Pokoknya bikin pembeli nggak grusa-grusu saat
hendak membeli buku. Pokoknya, jadi nggak kayak risih pas beli macam pas lagi
milih-milih underwear di toko baju
tapi malah diikuti sama mbak-mbak SPG yang heboh nawarin piranti lunak itu: “Mari
Mas, sempaknya diskon 25%, yang ini karetnya warna pelangi dan bisa muat
banyak.” Duh ngelantur, abaikan.
Tetapi justru dengan format seperti ini pembeli serasa dibebaskan saat hendak memilih buku untuk dibeli. Tiap mau beli buku, kita tinggal mencari lewat kolom pencarian (perhatikan tanda kaca pembesar di bagian atas) dengan mengetik judul buku atau penulisnya (jangan nama gebetanmu!). Setelah ketemu, tinggal klikJODOH BELI. Kemudian, akan
muncul kolom konfirmasi agen pengiriman yang dipilih. Komputer akan secara
otomatis menghitung total tagihan setelah dikurangi diskon dan ditambah ongkos
kirim. Eh, sebentar. Diskon? Yup, beli buku lewat aplikasi MacaBuku juga akan
mendapatkan diskon yang bervariasi antara 15% hingga 25% untuk buku baru.
Sementara, untuk buku bekas berkualitas bagus, harga tertera adalah harga pas.
Saya nggak tega mau nawar karena bukunya sudah dibandrol murah banget. Sayangnya,
koleksi MacaBuku belum selengkap toko-toko buku online lain. Saat saya mencari
seri Time Riders, yang tersedia hanya
nomor 5 dari total 8 seri. Gimana kalau saya ngeklik ‘calon jodoh’ ya?
Jangan-jangan jawabannya: Stok Kosong! Duh.
Tetapi justru dengan format seperti ini pembeli serasa dibebaskan saat hendak memilih buku untuk dibeli. Tiap mau beli buku, kita tinggal mencari lewat kolom pencarian (perhatikan tanda kaca pembesar di bagian atas) dengan mengetik judul buku atau penulisnya (jangan nama gebetanmu!). Setelah ketemu, tinggal klik
Gimana cara
mengunduh MacaBuku? Tinggal masuk ke Playstore dan carilah aplikasi MacaBuku di
sana. Dengan tampilannya yang simpel dan minimalis, saya rasa MacaBuku tidak
terlalu berat di HP. Lebih berat file-file saru eh seru yang sering kamu unduh
saat lagi khilaf itu. Dosanya juga lebih gede broh, jadi mending unduh MacaBuku
aja deh. Lanjut. Saat sedang mencari
buku ataupun membelinya, langkah-langkahnya sederhana. Bahkan langsung dari
telepon pintar pun bisa, tidak harus dari komputer pribadi atau laptop. Proses
membeli buku berlangsung cepat, segera, to
the point, tanpa pembeli dilempar ke sana kemari atau disuguhi dulu dengan
iklan-iklan buku lain yang tidak dicarinya. Fasilitas lainnya apa? Selain buku
baru diskon dan buku bekas harga murah, ada buku gratisnya juga. Jadi pembeli
bisa ‘meminta’ buku gratis dari daftar judul yang disediakan dengan
persyaratan-persyaratan tertentu. Saya kebetulan belum pernah mencoba fasilitas
buku gratis ini, ya sadar diri sih timbunan buku yang belum dibaca masih
sepanjang jarak menuju hatimu.
Gimana
dengan ongkos kirim? Jujur, saya termasuk orang yang sangat sensitif dengan
ongkos kirim (dan harga buku tentunya). Sering kali, saya membatalkan pesanan
karena ongkos kirimnya yang mahal (kadang hampir sepertiga harga buku) padahal
kalau dipikir-pikir, Jogja juga nggak jauh-jauh amat dari penerbitnya yang di
Jakarta. Masalahnya, sekian banyak toko buku online yang ada hanya melayani
pengiriman dengan agen-agen besar macam (maaf ya Kak sebut merek) JNE, TIKI,
dan POS Indonesia yang biayanya lumayan bikin manyun. Untuk satu buku ke Jogja,
ongkirnya bisa Rp22.000. Lha kalau harga bukunya Cuma Rp50.000, sudah hampir
separuh harga buku dong ya. Nah, di Grab Buku/MacaBuku inilah akhirnya saya menemukan
jodoh toko buku yang melayani pengiriman lewat ekspedisi pengiriman junjungan
saya: WAHANA (duh sebut merek lagi). Dengan ekspedisi ini, ongkir bisa dipotong
hingga separuh, bahkan lebih ketimbang jika menggunakan kurir konvensional.
Memang sampainya agak lama, tetapi demi efisiensi dan cadangan beras di rumah,
lama sedikit nggak apa-apa. Aku nungguin kamu saja kuat, apalagi cuma nungguin
mas-mas Wahana eaaak. Btw, ini saya sedang mengulas MacaBuku loh bukan agen
ekspedisi Wahana. Kesimpulannya, saya sangat puas dengan pelayanan yang
diberikan MacaBuku--apalagi kalau diskonnya ditambah #eh *dijambak Mbak Miminnya (*^*)/
Ya ampunn, 22rb mah kecil (sombong, sok banyak duit) hahahahha....
ReplyDeleteUdah makanan sehari-hari juga dgn ekspedisi yang ongkirnya hampir sama dgn harga satu buku. Ke Aceh contohnya. Kadang ongkirnya sampe 60 pernah, wlpn keseringan 50-an
Bwhahahaha duh aku nggak bisa ngebayangin ongkos kirim 50rb lebih, duh. Eh ke Aceh juga bisa pakai Wahana kan Mbak? Cobain deh lebih murah kok
Delete