Judul: Nerdy Girl
Pengarang: Alnira
Penyunting: Avifah Ve
Tebal: 424 hlm
Cetakan: Pertama, September 2017
Penerbit: DIVA Press
Bagi saya, ada dua tujuan orang membaca buku. Pertama adalah
untuk mendapatkan informasi (termasuk ilmu pengetahuan dan buku-buku
pelajaran/kuliah) dan yang kedua untuk mendapatkan penghiburan. Untuk tujuan
kedua ini, biasanya orang membaca buku-buku dari jenis fiksi seperti novel,
cerpen, atau puisi walaupun tidak sedikit pula orang membaca buku-buku nonfiksi
sebagai penghiburan. Khusus untuk pembaca novel, biasanya orang membaca novel
untuk mencari penghiburan, entah itu penghiburan yang membangun ataupun
penghiburan yang menghibur semata. Membaca buku-buku sastra menurut saya adalah
salah satu bentuk penghiburan yang membangun. Ini karena buku-buku jenis ini
mampu melembutkan pembacanya, memberikan banyak pelajaran tentang kehidupan,
juga menjadikan kita peka pada isu-isu sosial. Tentu tidak semata novel-novel
sastra yang memiliki keunggulan ini. Banyak novel nonsastra dan juga novel
populer yang digarap dan ditulis dengan baik juga mampu menghadirkan fungsi
penghiburan yang mendidik ini. Kemudian, bagaimana dengan versi penghiburan
yang melenakan?
Kadang, kita hanya ingin membaca dan menikmati saja tulisan
yang dibawakan penulis. Dengan artian, kita tidak mau berpikir banyak saat
membaca sebuah novel. Tidak perlu data sejarah, tidak perlu harus meraih Nobel
sastra, tidak perlu pakai kata-kata yang rumit. Pokoknya, cukup novel itu bisa
dinikmati dan membuat kita lupa sejenak pada kehidupan nyata. Inilah yang oleh Neil
Gaiman disebut sebagai membaca sebagai pelarian ketika dunia nyata serasa
sedang tidak ramah. Novel Nerdy Girl karya
Alnira menurut saya adalah jenis novel yang cocok untuk tujuan ini. Secara
cerita, noel ini tidak ada bedanya dengan roman-roman remaja-dewasa muda yang
mungkin mudah kita jumpai di toko buku. Buat yang suka nonton drama Korea,
kisah Jonathan dan Aihara mungkin akan sedikit mengingatkan pada alur kisah
cintanya nan manis. Apalagi, penulis yang sepertinya seorang Kpopers seperti
mampu memanfaatkan kegemarannya pada Hallyu
Wave itu dalam naskahnya ini. Pengetahuan yang baik tentang budaya pop
Korea, dipadukan dengan karakterisasi yang oke, plus keterampilan menulis yang
matang, maka jadilah novel Nerdy Girl yang
saya akui sangat menghibur.
Tidak ada masalah pada alur cerita Nerdy Girl. Jujur saya menikmatinya karena penulis luwes banget
nulisnya. Untuk masalah tata bahasa dan kalimat, bisa dibilang sudah mantap.
Cerita cinta yang sebenarnya klise terbantu oleh karakterisasi yang sangat kuat
pada diri Aihara. Saya menyebut karakter cewek ini sebagai karakter tak
sempurna yang merasa sempurna dengan ketidaksempurnaannya. Melihat Aihara tidak
ada beda dengan memandang cewek-cewek kebanyakan di luar sana. Jadilah karakter
ini terasa akrab dan tidak dibuat-buat dalam pikiran saya. Aihara sudah
berulang kali membuat saya ngakak, atau setidaknya membuat bibir saya
melengkung ke atas dengan celetukan-celetukan konyolnya yang awam banget tapi
malah ngakak. Karakter ini bikin jatuh cinta dan gampang didekati oleh pembaca.
Jika dipikir, keberadaan Aihara-lah yang membuat saya memutuskan lanjut membaca
Nerdy Girl sampai selesai (dan hanya
dalam waktu 2 hari). Ini adalah prestasi bagi saya yang jarang baca roman,
apalagi inilah kali pertama saya berhasil menyelesaikan sebuah karya yang
diangkat dari jagad wattpad.
Sekilas membaca blurb novel
ini, saya bisa menebak kalau Nerdy Girl bakal
jadi another Cinderella story ketika
ada seorang pemuda tampan jatuh cinta pada gadis yang biasa-biasa saja. Cerita semacam
ini bisa bagus, bisa juga malah jatuhnya lebai kalau penulis tidak pandai
mengolahnya. Untungnya, Alnira bisa bikin sesuatu yang segar dalam Nerdy Girl. Satu hal yang menjadi sedikit masalah menurut
saya adalah karakter cowoknya, si Jonathan Prayoga. Cowok ini begitu sempurna sesempurnanya cowok.
Saking sempurnanya sampai saya nggak yakin kalau sosok ini ada. Selain tipikal
cowok idola standar (tingginya 185 cm, keturunan agak bule, atletis, perut
sikpack, pokoknya ganteng lah), Josetan eh Jonathan ini cerdas secara akademik,
punya karier cemerlang, kerjaan kantor selalu beres, dan tidak suka main cewek.
Udah bikin iri belum? Satu-satunya kekurangannya adalah dia pemarah sehingga para
karyawan menjulukinya 3G alias ‘ganteng-ganteng galak’. Tapi, setelah pacaran
sama Aihara, marah-marahnya ilang. Makin perfect
ketika Josetan ini ternyata bisa cepat akrab sama ayah dan Bunda-nya Aihara
dan pintar mengambil hati mereka. Bahkan, dia juga rajin sembahyang Subuh. Beli
di mana ya mantu kayak Josetan ini?
Masih kurang? Masih ... ini lama-lama saya senewen sama
cowok ini. Aihara terus menggambarkan Jonathan sebagai cowok yang selalu wangi,
napasnya harum bahkan setelah makan. Perutnya juga rata dan sixpeck padahal sepanjang
buku ini (mohon koreksi kalau saya keliru) Josetan tidak pernah digambarkan
sedang berolahraga. Sebagai eksekutif muda, dia selalu pulang malam berangkat
pagi, sementara akhir pekan digunakan untuk molor sampai sebelum Dhuhur. Makan
juga tidak ada pantangan. Anehnya, perutnya tetap rata dan sixpacks. Mereka
yang nge-gym tahu benar betapa susahnya mendapatkan dan mempertahankan perut
sixpacks. Makanya saya bahagia dengan perut sederhana ini (baca: one pack). Kalau kurang perfect lagi,
Josetan ini adalah tipe pria yang monogamis alias kalau suka dengan satu cewek
ya selama satu cewek itu doang. Dia bahkan membenci cowok-cowok yang suka
jelalatan melihat cewek seksi. Padahal, duh adalah wajar kalau cowok itu
mahkluk visual. Kita mungkin sedikit meleng saat ada cewek cantik lewat, tapi
bukan berati itu jatuh cinta sama dia. Iklan Hiloteens aja bilang kalau ‘cowok itu gampang bosan’ jadi memang
sudah alamiah jika sering belok (dikiiiiiittt kok) kalau ada mhakluk indah
tiba-tiba melintas. Saya rasa, ini normal. Tapi, Jonathan tidak seperti itu.
Hidup dan cintanya adalah untuk Aihara.
Saking cintanya, Josetan ini punya ruang rahasia tempatnya
menyimpan foto-foto candid Aihara sejak gadis itu masih usia tiga tahun. Emmm
... ini kok malah serem ya, bukannya romantis. Kalau di novel-novel luar,
gejala ini termasuk aneh dan bisa dibilang psykopat.
Masih ingat sama serial Charmed ketika
manajer p3 ternyata terobsesi sama Prue dan menyimpan semua foto-fotonya? Buat
penulis, ini adalah lambang romantisme yang paling puncak. Buat saya, itu
seram. Masih kurang lagi, di ending Nerdy
Girl, Josetan ini ternyata RAWRRR juga di ranjang. Pokoknya, Aihara
benar-benar puas karena dapat cowok yang sempurna luar dalam, sempurna fisik
maupun perasaan (Josetan selalu mengalah dan bisa memahami Aihara), di ranjang
dan luar ranjang. Dengan kata lain, Josetan ini nggak mungkin eksis di dunia
nyata—ya atau kalau eksis mungkin dia adalah satu di antara sepuluh juta. Takutnya, ilusi
sosok Josetan ini yang bikin pembaca cewek mengharapkan sosok yang nggak nyata
untuk benar-benar ada di dunia nyata. Padahal, lewat Nerdy Girl juga Aihara belajar untuk bersikap biasa-biasa saja
dalam mengagumi Yesung Suju dengan memilih Jonathan yang benar-benar nyata.
Yah, mungkin Josetan ini ada untuk Aihara, tetapi dia tidak nyata buat pembaca. Balik-baliknya: Yah, namanya juga fiksi, Mas!
Macam becandaan banyak temen-temen di sosmed, kalau nemu cowok yang sesempurna itu, jadi sukanya sama cowok juga. Opps :)
ReplyDeleteAku jarang banget baca novel percintaan. Hanya ada beberapa novel yang sangat mengena di hati, dan itu ditulis oleh penulis Indonesia.
omnduut.com
Waduh hahahaha
DeleteSatu lg yg bikin aneh bin heran,knp josetan sk tau dimana ai berada n lg ngapain,,seperti ktk di hupermart bareng bang Ed,ktk di bus transjakarta,ngintilin apa gmn,,serasa pny cctv dimana2
ReplyDelete