Pengarang: Jonathan Stroud
Penerjemah: Poppy D. Chusfani
Tebal: 496 hlm
Cetakan: Pertama, September 2017
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Baca via Scoop
Di akhir buku ketiga, kita dikagetkan dengan keputusan Lucy untuk berpisah dengan Lockwood and Co. Alasannya memang cukup sentimentil: untuk melindungi Lockwood. Alasan ini tidak sepenuhnya akurat karena Lucy mendapatkan ramalan jelek dari Pemuda Berongga yang mereka hadapi di kasus terakhir buku ketiga ini.Tapi, yang namanya sudah cinta eaaakkk jadi apalah arti berkorban demi si kesayangan eciyek ciye *dijambak Lucy.
Lucy kemudian membuka biro konsultasi mandiri, dia melayani permintaan bantuan dari agensi-agensi lain yang membutuhkan tenaganya. Sebaagi agen lepas, dia tidak lagi terikat pada agen manapun. Satu-satunya yang maish mengikat hatinya adalah kenangan akan Lockwood wkwk dan juga pada si tengkorak usil. Harus diakui, walau sering menyebalkan, si tengkorak sudah berulang kali membantu Lucy. Walau kadang bantuannya diberikan dengan setengah hati dan setengah jadi, Lucy berulang kali diselamatkan olehnya.
Kemampuan Lucy yang agak-agak lumayan dalam menangkap suara hantu dan bisikan dari masa lalu ditambah dengan bisikan dari si tengkorak menjadikannya salah satu agen lepas paling laris. Tidak kurang dari para agensi Fittes juga menyewa bantuannya. Sampai di sini, semua tampaknya beres bagi Lucy. Sampai kemudian si tengkorak dicuri! Suatu pagi, seseorang mendobrak paksa kamar Lucy dan mencuri wadah hantunya. Lucy yang berusaha mencari tahu siapa pencurinya malah gantian dikejar-kejar para pembunuh bayaran. Jika sebelumnya dia harus berhati-hati dengan sentuhan hantu, mulai saat itu dia juga harus waspada pada tembakan peluru dari manusia hidup. Hantu mungkin bisa ditangani, tapi kalau pembunuh suruhan, Lucy tidak bisa sendiri lagi. Mau tak mau, Lucy harus kembali Portland Row untuk mencari bantuan kepada mantan agensinya. Untuk sedikit spoiler, di buku ini musuhnya bukan lagi hanya para hantu, tetapi juga manusia hidup. Jangan salah, manusia kadang malah lebih kejam kepada sesamanya. Yah, setidaknya dengan begini tim Lockwood.co kembali utuh.
Di buku empat kali ini, kasus-kasus yang dihadapi Lockwood and Co. makin banyak, tambah beragam, serta semakin berbahaya. Berbahayanya karena sepertinya ada tangan-tangan manusia yang turut menyebabkan peristiwa-peristiwa berhantu ganas. Setelah keempat agen kita dipertemukan lagi, Lucy baru kalau maksud baiknya untuk pergi demi melindungi Antony malah membikin cowok makin nekat. Dari George, Lucy tahu betapa pemuda itu suka begitu saja menerjunkan diri dalam bahaya semenjak Lucy pergi. Bahkan saat mereka menghadapi Kanibal Earling, Lucy melihat sendiri betapa makin sembrononya Anthony. Yah, begitulah kalau sedang ada lubang di hati eaak. Untungnya, mereka belum kehilangan kekompakan tim. Kasus demi kasus berhasil dilalui, dengan penampakan hantu-hantu yang semakin beragam. Sayangnya, kita bakal jarang mendengar celetukan si tengkorak yang menyebalkan-tapi-dirindukan di buku keempat ini karena posisinya sedang dicuri. Tapi tenang, Lockwood menemukan dua artefak psikis lain yang nggak kalah kerennya.
Jika menyimak perjalanan dari buku satu hingga buku empat, entah kenapa kok semakin ke sini saya merasakan aura menyeramkannya semakin pudar. Buku keempat ini lebih banyak saya baca di malam hari, dan perasaan serem itu tidak sedahsyat seperti saat membaca buku pertama dulu. Undakan Menjerit sempat membuat saya meletakkan bukunya karena tiba-tiba saya terbayang bunyi-bunyi derit undakan yang tak nyata saat asyik membacanya di malam hari. Sepertinya, seri ini semakin ke sini memang semakin aksi. Apalagi, ditambah dengan keterlibatan tangan-tangan manusia di balik munculnya wabah hantu. Selain hantu, Lockwood and Co harus berhadapan dengan dua agensi terbesar di Inggris yang masing-masing ternyata menyimpan rahasia besar terkait Masalah. Dengan demikian, mereka tak lagi harus waspada kepada para hantu, tetapi juga para manusia yang bermain di balik selubung. Dengan kata lain, buku empat ini lebih seperti novel fantasi ketimbang novel horor supranatural--dan itu bukan masalah karena ceritanya asyik banget. Begitu masuk, susah untuk berhenti.
Lucy kemudian membuka biro konsultasi mandiri, dia melayani permintaan bantuan dari agensi-agensi lain yang membutuhkan tenaganya. Sebaagi agen lepas, dia tidak lagi terikat pada agen manapun. Satu-satunya yang maish mengikat hatinya adalah kenangan akan Lockwood wkwk dan juga pada si tengkorak usil. Harus diakui, walau sering menyebalkan, si tengkorak sudah berulang kali membantu Lucy. Walau kadang bantuannya diberikan dengan setengah hati dan setengah jadi, Lucy berulang kali diselamatkan olehnya.
Kemampuan Lucy yang agak-agak lumayan dalam menangkap suara hantu dan bisikan dari masa lalu ditambah dengan bisikan dari si tengkorak menjadikannya salah satu agen lepas paling laris. Tidak kurang dari para agensi Fittes juga menyewa bantuannya. Sampai di sini, semua tampaknya beres bagi Lucy. Sampai kemudian si tengkorak dicuri! Suatu pagi, seseorang mendobrak paksa kamar Lucy dan mencuri wadah hantunya. Lucy yang berusaha mencari tahu siapa pencurinya malah gantian dikejar-kejar para pembunuh bayaran. Jika sebelumnya dia harus berhati-hati dengan sentuhan hantu, mulai saat itu dia juga harus waspada pada tembakan peluru dari manusia hidup. Hantu mungkin bisa ditangani, tapi kalau pembunuh suruhan, Lucy tidak bisa sendiri lagi. Mau tak mau, Lucy harus kembali Portland Row untuk mencari bantuan kepada mantan agensinya. Untuk sedikit spoiler, di buku ini musuhnya bukan lagi hanya para hantu, tetapi juga manusia hidup. Jangan salah, manusia kadang malah lebih kejam kepada sesamanya. Yah, setidaknya dengan begini tim Lockwood.co kembali utuh.
Di buku empat kali ini, kasus-kasus yang dihadapi Lockwood and Co. makin banyak, tambah beragam, serta semakin berbahaya. Berbahayanya karena sepertinya ada tangan-tangan manusia yang turut menyebabkan peristiwa-peristiwa berhantu ganas. Setelah keempat agen kita dipertemukan lagi, Lucy baru kalau maksud baiknya untuk pergi demi melindungi Antony malah membikin cowok makin nekat. Dari George, Lucy tahu betapa pemuda itu suka begitu saja menerjunkan diri dalam bahaya semenjak Lucy pergi. Bahkan saat mereka menghadapi Kanibal Earling, Lucy melihat sendiri betapa makin sembrononya Anthony. Yah, begitulah kalau sedang ada lubang di hati eaak. Untungnya, mereka belum kehilangan kekompakan tim. Kasus demi kasus berhasil dilalui, dengan penampakan hantu-hantu yang semakin beragam. Sayangnya, kita bakal jarang mendengar celetukan si tengkorak yang menyebalkan-tapi-dirindukan di buku keempat ini karena posisinya sedang dicuri. Tapi tenang, Lockwood menemukan dua artefak psikis lain yang nggak kalah kerennya.
Jika menyimak perjalanan dari buku satu hingga buku empat, entah kenapa kok semakin ke sini saya merasakan aura menyeramkannya semakin pudar. Buku keempat ini lebih banyak saya baca di malam hari, dan perasaan serem itu tidak sedahsyat seperti saat membaca buku pertama dulu. Undakan Menjerit sempat membuat saya meletakkan bukunya karena tiba-tiba saya terbayang bunyi-bunyi derit undakan yang tak nyata saat asyik membacanya di malam hari. Sepertinya, seri ini semakin ke sini memang semakin aksi. Apalagi, ditambah dengan keterlibatan tangan-tangan manusia di balik munculnya wabah hantu. Selain hantu, Lockwood and Co harus berhadapan dengan dua agensi terbesar di Inggris yang masing-masing ternyata menyimpan rahasia besar terkait Masalah. Dengan demikian, mereka tak lagi harus waspada kepada para hantu, tetapi juga para manusia yang bermain di balik selubung. Dengan kata lain, buku empat ini lebih seperti novel fantasi ketimbang novel horor supranatural--dan itu bukan masalah karena ceritanya asyik banget. Begitu masuk, susah untuk berhenti.
No comments:
Post a Comment