Search This Blog

Friday, November 18, 2016

Jeritan (Doa) Warga Jakarta


Judul: Monas, Macet, dan Doa
Penulis: Adityayoga
Tebal: 76 halaman
Cetakan: Pertama, November 2016
Penerbit: Gramedia


Tuhan sering sekali disebut, tetapi kita sendiri kerap tidak adil dalam menyebutnya. Lebih sering namanya hadir dalam pinta kita. Dalam bentuk doa, kita menyebut-Nya hanya untuk meminta, mungkin beberapa kali untuk mengucapkan rasa syukur. Nah, selain untuk meminta dan bersyukur, ada satu lagi namanya sering disebut, yakni saat mengeluh jengkel. Saat-saat ketika kita begitu jengkel oleh sesuatu, tetapi tidak kuasa untuk menolak atau menghindarinya. Sehingga, yang keluar dari bibir dan lidah ini adalah

“Ya Tuhan, gini amat ya?”

Berawal dari postingan Raafi yang unik tentang puisi-puisi ‘Ya Tuhan’ yang ternyata unik dan mengelitik. Saya pun dibuat penasaran dengan buku Monas, Macet, Doa yang Jakarta banget itu dan langsung sukses ngakak saat membaca salah satu petikan puisi (atau bukan puisi di dalamnya)

Ya Tuhan,
Kalau ada yang menemukan buku ini,
tolong dikembalikan kepada pemiliknya.
Amin
Atau, yang ini
doa \ tiga lima

Ya Tuhan,
Berikanlah kesabaran pada
teman-teman kami yang bertato
dari pandangan sinis ibu-ibu
yang alisnya ditato.

Amin.


Banyak petikan-petikan ‘Ya Tuhan’ di buku ini yang sangat Jakarta banget. Walau saya bukan/belum jadi orang Jakarta, saya ikut merasakan apa yang dirasakan teman-teman di Jakarta sana sehingga ikut ngakak baca buku ini. Di antaranya, ketika penulis berdoa agar jangan hujan di hari Jumat petang (karena ini saatnya kaum urban bikin macet sambil refreshing) dan menanyakan perihal kenapa hari Sabtu kok lebih macet daripada hari Senin. Hal yang serupa juga saya jumpai di Jogja yang juga macetnya malah hari Sabtu.

Sayangnya, buku unik ini lumayan mahal untuk halamannya yang tipis. Sekitar 80 halaman tapi harganya Rp35.000. Mana serinya ada lima pula. Ya Tuhan, kok banyak ya.

Ya Tuhan, buku tipis kok harganya mahal sih?

Tapi saya pengen memilikinya. Tapi ini tanggal berapa, Ya Tuhan.

Ya Tuhan, maafkanlah saya karena hanya bisa membaca buku ini di toko buku

Sambil berdiri pula, Ya Tuhan.

Semoga Mas penulisnya memaafkan saya. Besok kalau sudah gajian, saya beli deh bukunya. Tapi satu saja ya. Ini adalah buku unik yang kudu dibaca, ya paling tidak kudu punya deh satu. Bulan depan beli satu ah.

4 comments:

  1. Replies
    1. Emoh, aku pengen punya bukunya, Fii. One at least.

      Delete
  2. Jadi kategorinya buku apa ini? Puisi?

    Saya masih percaya, 'genre apa pun bukunya, selama bisa dinikmati, akan bisa menghibur'.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Puisi nanggung sih, mungkin lebih tepatnya buku humor kali ya. Saya juga setuju, buku apa pun yang bisa dinikmati pembaca adalah buku yang berhasil.

      Delete