Judul: Monas, Macet, dan Doa
Penulis: Adityayoga
Tebal: 76 halaman
Cetakan: Pertama, November 2016
Penerbit: Gramedia
Tuhan sering sekali disebut, tetapi kita sendiri kerap tidak
adil dalam menyebutnya. Lebih sering namanya hadir dalam pinta kita. Dalam bentuk
doa, kita menyebut-Nya hanya untuk meminta, mungkin beberapa kali untuk
mengucapkan rasa syukur. Nah, selain untuk meminta dan bersyukur, ada satu lagi
namanya sering disebut, yakni saat mengeluh jengkel. Saat-saat ketika kita
begitu jengkel oleh sesuatu, tetapi tidak kuasa untuk menolak atau
menghindarinya. Sehingga, yang keluar dari bibir dan lidah ini adalah
“Ya Tuhan, gini amat ya?”
Berawal dari postingan Raafi yang unik tentang puisi-puisi ‘Ya
Tuhan’ yang ternyata unik dan mengelitik. Saya pun dibuat penasaran dengan buku
Monas, Macet, Doa yang Jakarta banget itu dan langsung
sukses ngakak saat membaca salah satu petikan puisi (atau bukan puisi di
dalamnya)
Ya Tuhan,
Kalau ada yang menemukan buku ini,
tolong dikembalikan kepada pemiliknya.
Amin
Kalau ada yang menemukan buku ini,
tolong dikembalikan kepada pemiliknya.
Amin
Atau, yang ini
doa \ tiga lima
Ya Tuhan,
Berikanlah kesabaran pada
teman-teman kami yang bertato
dari pandangan sinis ibu-ibu
yang alisnya ditato.
Amin.
Ya Tuhan,
Berikanlah kesabaran pada
teman-teman kami yang bertato
dari pandangan sinis ibu-ibu
yang alisnya ditato.
Amin.
Banyak petikan-petikan ‘Ya Tuhan’ di buku ini yang sangat
Jakarta banget. Walau saya bukan/belum jadi orang Jakarta, saya ikut merasakan
apa yang dirasakan teman-teman di Jakarta sana sehingga ikut ngakak baca buku
ini. Di antaranya, ketika penulis berdoa agar jangan hujan di hari Jumat petang
(karena ini saatnya kaum urban bikin macet sambil refreshing) dan menanyakan
perihal kenapa hari Sabtu kok lebih macet daripada hari Senin. Hal yang serupa
juga saya jumpai di Jogja yang juga macetnya malah hari Sabtu.
Sayangnya, buku unik ini lumayan mahal untuk halamannya yang
tipis. Sekitar 80 halaman tapi harganya Rp35.000. Mana serinya ada lima pula.
Ya Tuhan, kok banyak ya.
Ya Tuhan, buku tipis kok harganya mahal sih?
Tapi saya pengen memilikinya. Tapi ini tanggal berapa, Ya
Tuhan.
Ya Tuhan, maafkanlah saya karena hanya bisa membaca buku ini
di toko buku
Sambil berdiri pula, Ya Tuhan.
Semoga Mas penulisnya memaafkan saya. Besok kalau sudah
gajian, saya beli deh bukunya. Tapi satu saja ya. Ini adalah buku unik yang kudu dibaca, ya paling tidak kudu punya deh satu. Bulan depan beli satu ah.
Mas, baca di SCOOP aja sih.
ReplyDeleteEmoh, aku pengen punya bukunya, Fii. One at least.
DeleteJadi kategorinya buku apa ini? Puisi?
ReplyDeleteSaya masih percaya, 'genre apa pun bukunya, selama bisa dinikmati, akan bisa menghibur'.
Puisi nanggung sih, mungkin lebih tepatnya buku humor kali ya. Saya juga setuju, buku apa pun yang bisa dinikmati pembaca adalah buku yang berhasil.
Delete