Judul: Firefight
Pengarang: Brandon Sanderson
Penerjemah: Putra Nugroho
Penyunting: Rina Wulandari
Cetakan: 1, Agustus 2016
Tebal: 574 hlm.
Penerbit: Mizan Fantasi
"Terkadang, kau harus membantu para pahlawan." (hlm. 499)
Setelah dipukau dengan adegan aksi laga nan sangat epik antara Reckoners melawan para Epic dalam Steelheart,
sangat sayang kalau kita melewatkan membaca Firefight. Buku kedua dari
Trilogi The Reckoners ini memang tidak sedahsyat buku pertama dalam
menggelar adegan-adegan pertempuran seru antara dua kubu. Tetapi, buku
kedua ini ibarat sebuah jembatan yang harus ada antara buku pertama dan
buku ketiga karena di buku ini penulis seperti hendak mematangkan
karakter-karakter utama untuk dipersiapkan dalam perang akbar di buku
ketiga nanti. Selain itu, berbagai pertanyaan pembaca akan terjawab di
buku kedua ini: tentang siapa sang Prof. sebenarnya, apakah Megan
benar-benar telah berubah ataukah masih jahat seperti dulu, serta apa
sebenarnya Calamity itu--yang menjadi penyebab dari semua kegilaan para
Epic di serial ini. Juga, sebuah rahasia besar tentang Firefight, Prof. dan para Epic akhirnya akan terungkap.
"Jika tidak ada seorang pun yang mengubah dunia, jika tidak ada yang berusaha mengubah dunia lebih baik, maka kita akan stagnan." (hlm. 282)
Penulis ini sepertinya memiliki ciri khas membuka cerita dengan adegan-adegan laga. Sejak dari halaman pertama, pembaca akan dibawa ke tengah-tengah pertempuran antara Reckoners melawan seorang Hight Epic bernama Sourcefield yang menguasai kekuatan listrik. Membacanya benar-benar seperti kita sedang menonton film yang sangat seru dan menegangkan, hanya saja kita melihatnya dari sudut pandang David. Karena memakai sudut pandang orang pertama tunggal, novel ini jadi terasa begitu filmis tapi tetap ada rasa personal. Masih ingat kan dengan selera humor David yang garing tapi bikin kita ngakak di buku pertama? Juga, tentang betapa kacaunya David saat membuat perumpamaan? Mana ada cowok ngerayu cewek dengan mengibaratkan si cewek sebagai sebuah kentang di ladang ranjau? Ngiaahahahaha, David, I am done! Sayang sekali, kenikmatan membaca agak terganggu dengan beberapa salah ketik.
Dalam Firefight, lokasi pertempuran utama berubah dan tidak lagi di Newcago. David dan Prof. berangkat menuju Babilar (Babylon Restored), kawasan kota tua Manhattan, New York yang saat itu berada di bawah tirani seorang Epic bernama Regalia. Epic kuat ini memiliki kekuatan memanipulasi air yang kuar biasa. Dengan kekuatannya dia menaikkan permukaan air laut sehingga menggenangi kawasan metropolitan Manhattan. New York kini tidak lebih dari deretan pencakar-pencakar langit yang menyembul begitu saja dari kedalaman samudra. Apa dan untuk apa Regalia berbuat demikian, masih belum diketahui. Sudah pada maklum kan kalau para Epic itu memang rada gesrek pikiran dan jiwanya? Kekuatan yang terlampau besar memang dapat mengorupsi jiwa.
"Kita menginginkan apa yang tidak bia kita miliki, bahkan saat kita tidak memiliki hak untuk memintanya." (hlm 352)
Selain Regalia, Babilar juga memiliki misteri lain berupa pepohonan buah yang bisa berpendar. Gedung-gedung di kota ini ditumbuhi sejenis tanaman aneh yang menghasilkan buah yang dapat dimakan--alhasil menyelamatkan ratusan ribu penduduk biasa yang maish bertahan di reruntuhan (atau genangan) kota tua tersebut. Para penduduk menyebut buah-buahan tersebut sebagai anugrah dari Dawnslight. Dibandingkan dengan penduduk Newcago yang tertekan selama tirani Steelheart, penduduk Babilar jauh lebih santai meskipun kehidupan mereka selalu dibayang-bayangi oleh Epic tiran penguasa air yang bisa menenggelamkan mereka kapan saja. Prof. mengajak David ke Babilar setelah beberapa kali Regalia mengirimkan epic-epic kuat ke Newcago demi membalaskan dendam karena kematian Steelheart. Tetapi, Prof. mencurigai ada sesuatu yang disembunyikan Regalia. Epic licik itu sedang merencanakan sesuatu yang besar di kota yang setengah tenggelam tersebut.
Seperti kepolisian, Reckoners memiliki cabang-cabang di setiap kota sebagai wujud perjuangan mereka melawan para Epic tiran. Di Babilar, David dipertemukan dengan tim cabang sana yang terdiri atas Val, Exel, dan Minzy. Sam, anggota keempat mereka, dibunuh oleh Firefight (yang ternyata adalah *****) sehingga mereka benar-benar mendendam pada Epic yang pernah dekat dengan David itu. Nah, karena judul buku ini sendiri Firefight, maka tentu saja di buku kedua ini kita akan sering bertemu dengan High Epic yang satu ini. Karena, tidak heran kalau kemudian banyak pembaca bilang di buku kedua ini elemen romance-nya lumayan banyak. Walau demikian, kadar romantisme di buku ini masih wajar sebagaimana novel-novel fantasy-YA lainnya, bahkan terasa unyu karena kegaringan si David. Jadi, tetap enak dinikmati.
"Ada keindahan dalam simplisitas." (hlm. 279)
Salah satu yang saya tunggu-tunggu dalam seri ini adalah munculnya Epic-Epic baru dengan kekuatan dashyat mereka. Banyak Epic baru bermunculan dengan kekuatan unik: Newton, Sourcefield, Obliteration, dan tentunya Regalia yang ternyata memiliki kekuatan yang jauh lebih dashyat dari yang diketahui David. Seperti David, kita jadi ingin mengetahui Epic-Epic yang bertebaran di buku ini: apa kekuatan mereka, sejauh mana batasan dan jangkauan kekuatan mereka, bagaimana mereka menggunakannya, dan--yang paling penting--apa sumber kelemahan mereka. Melawan para Epic dengan kekuatan yang hampir ilahi seperti mengajarkan kepada kita bahwa memang tidak ada manusia yang sempurna. Para Epic adalah buktinya. Mereka, yang konon telah mengalami penyempurnaan itu, malah berlaku kejam dan tirana kepada sesama manusia. Kekuatan dan kekuasaan telah menggerogoti jiwa mereka, mengubah apa yang dulunya manusiawi menjadi hampir hewani. Bagaimana seorang Epic menjadi dan merasakan kegalauan jiwa tersebut, Firefight yang akan menjawabnya di buku kedua ini.
"Jika kita berhenti menolong orang karena takut, atau ragu, atau apa pun, artinya kita kalah." (hlm. 320)
gambar sampul dari Goodreads.
Rasanya untuk membaca seri fantasi yang kelewat tinggi, lebih bisa saya pahami melalui review saja. Masih belum bisa membacanya langsung. Secara, terlalu mengada-ada dan mungkin saya masih lebih suka drama-drama, hahaha :)
ReplyDeleteRecent Post: Buku The Summer I Turned Pretty by Jenny Han