Search This Blog

Monday, May 16, 2016

Baju Bulan

Judul: Baju Bulan
Penyair: Joko Pinurbo
Tebal: 82 hlm
Cetakan: Pertama, April 2013
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama


 17623155


Pertama kali mengenal penyair Jokpin lewat puisi tentang Paskah-nya yang sangat unik lagi istimewa. Puisi-puisi beliau memang khas, Jokpin ibaratnya langsung memukul pembaca dengan permainan kata-katanya yang membuat pembaca tersentak saat selesai membaca puisinya. Kata-kata yang digunakan sederhana--sesederhana judul-judulnya (Celana, Cita-Cita, Atau atau Jendela)--namun sangat bertenaga.  Jenis-jenis puisinya ibarat cerpen, yakni puisi yang bercerita dan rata-rata dihiasi dengan ending yang klimaks, jenis ending yang membuat pembacanya serasa kehilangan kata-kata. Puisi Celana Ibu adalah yang paling mengagumkan, menunjukkan kepiawaian beliau dalam memainkan kata-kata dalam bahasa Indonesia yang terkenal sulit itu:

Ketika tiga hari kemudian Yesus bangkit
dari mati, pagi-pagi sekali Maria datang
ke kubur anaknya itu, membawa celana
yang dijahitnya sendiri.
 
Paskah?" Tanya Maria
"Pas sekali, Bu," jawab Yesus gembira.
(hlm 45)


 Apa yang hendak disampaikan Jokpin dalam puisi-puisinya adalah semacam sentilan dalam bahasa yang sederhana namun sarat makna. Tentang kehidupan, tentang hal-hal sederhana yang luput hingga kita lupa, juga tentang pelbagai hal sederhana namun kaya makna yang sering kita abaikan dalam hidup yang serba hibuk dan sibuk ini. Coba dibaca puisi Dengan Kata Lain (hlm. 48) yang ditutup dengan kejutan tak terduga. Seorang dewasa pulang kampung naik naik ojek dari terminal menuju rumahnya. Tidak disangka, tukang ojek itu adalah guru Sejarahnya dulu. Meskipun sungkan dan enggan, tetap saja dia menyewa ojek itu dengan catatan dia akan membayar dengan ongkos yang berlebih sebagai wujud penghargaan. Namun sayang, belum sempat dia membuka dompet untuk mengambil uang sesampainya di rumah, tukang ojek a.k.a gurunya itu sudah keburu pergi. Dalam ketertegunannya, ayah si pemuda tiba-tiba bangkit dan berkata:

"Dengan kata lain,
kamu tak akan pernah bisa membayar gurumu.

Tema-tema yang disuguhkan dalam buku ini pun bervariasi, tapi semuanya seperti memiliki kesamaan: sederhana namun padat makna serta mampu menyentuh hati kita. Membaca puisi-puisi di buku ini tidak cukup satu kali, dan anehnya lagi puisi-puisi di buku ini sepertinya tidak membosankan untuk dibaca lagi dan lagi. Selalu ada keindahan dan makna tersendiri setiap kali kita membacanya, baik acak ataupun berurutan. 

Ada satu puisi yang sangat saya sukai karena mengangkat tema yang jarang diangkat dalam puisi, yakni membaca.

'Masa kecil kaurayakan dengan membaca.
Kepalamu berambutkan kata-kata.
Pernah aku bertanya, "Kenapa waktumu kau sia-siakan dengan membaca?"
Kau jawab ringan, "Karena aku ingin belajar membaca sebutir kata
yang memecahkan diri menjadi tetes air hujan
yang tak terhingga banyaknya.


Itulah sebabnya, kalau aku pergi belanja
dan bertanya minta oleh-oleh apa, kau cuma bilang,
"Kasih saja saya beragam bacaan, yang serius
maupun yang ringan. Jangan bawakan saya
rencana-rencana besar masa depan.
Jangan bawakan saya kecemasan."

                                                                              (Surat Malam untuk Paska, hlm. 15)






Mari kita membaca.
 

3 comments:

  1. Dapatkan penghasilan tambahan dari website atau blog Anda dengan bergabung dengan Program Afiliasi dari salah satu toko buku online Indonesia.
    Dengan mereferensikan pengunjung website/blog Anda ke Belbuk.com melalui klik pada link afiliasi, dan apabila pengunjung tersebut berbelanja buku di website kami, maka Anda akan mendapatkan komisi penjualan sebesar 5% dari dari total pembelian. Tidak hanya itu, anda akan mendapatkan komisi secara terus-menerus dalam setiap pembelanjaannya, selama pelanggan tersebut mengakses dari komputer yang menyimpan cookie yang telah mengandung kode afiliasi Anda.

    Bergabung sekarang juga: http://www.belbuk.com/afiliasi

    Terimakasih.

    ReplyDelete
  2. aku belum pernah nih baca bukunya Jokpin. Biasanya kalo puisi, kayak otakku gak bisa nyambung apalagi kalau kata-katanya seakan tak nyambung. Nah..kalo liat penggalan2 puisi jokpin diatas, kayaknya cara menulis bener kayak cerita, mudah...thanks dion udah ngasih pencerahan :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mungkin karena puisi-puisi di buku ini adalah pilihan, jadi diambil puisi-puisi yang lumayan bercerita. Entahlah tapi saya juga nggak selalu bisa membaca puisi dalam segala bentuknya. Beberapa puisi masih meninggalkan saya dengan tanya tanya dan keinginan untuk menguak maknanya, tapi apa saya pengetahuan saya hanya sampai di situ-situ saja.

      Delete