Search This Blog

Thursday, April 14, 2016

Penjelajah Antariksa: Bencana di Planet Poa

Judul: Penjelajah Antariksa, Bencana di Planet Poa
Pengarang: Djokolelono
Tebal: 232 hlm
Cetakan: 1, Oktober 2015
Penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia


27413220

 
Pertama kali masuk dalam ceritanya, saya langsung jengkel dengan nama-nama ala Planet yang bertebaran di buku ini: Vied, Veta, Stri, dan Raz. Nama-namanya cenderung asing, susah diingat, dan kadang kurang menggambarkan ciri fisik atau sifat dari karakter yang menyandangnya. Nama-nama ini asing, tapi juga mirip dari segi keplanetannya—sehingga saya sering susah membedakannya. Beberapa kali saya harus keliru mengira Veta sebagai Stri, dan Vied sebagai si Kakek dari empat nama ini. Namun, memasuki bab kedua, tiba-tiba saya sudah lupa soal nama-nama sok Planet itu dan malah tersedot dalam petualangan  Vied, Veta, Stri, dan Raz di Planet Poa yang sangat seru. Hampir-hampir tidak bisa berhenti membaca ketika kita sudah menangkap alur besar yang hendak dikisahkan Djokolelono di buku ini. Memang, di tangan penulis hebat, hal-hal klise pun bisa menjadi sangat menarik.


                Seri pertama Penjelajah Antariksa ini sedikit mengingatkan kita pada serial film Star Wars-nya George Lucas. Judulnya yang agak menipu, yakni Penjelajah Antariksa, awalnya membuat saya berpikir kalau ceritanya bakal semacam perjalanan menelusuri ruang angkasa ala-ala Petualangan Nobita di Luar Angkasa. Tapi setelah sampai bab dua, ternyata buku ini berkisah tentang space battleship alias pertempuran di luar angkasa! Adegan-adegan pertempuran udaranya, walau masih sederhana, sangat seru dan bikin nagih. Pasti sangat keren kalau bisa difilmkan. Bahkan konsep pemerintahan Planet Poa dan Armada Antariksa di buku ini terbilang  cukup kompleks, dengan persenjataan dan strategi pertempuran kelas atas yang hanya mungkin bisa direkayasa oleh seorang penulis legendaris sekaliber beliau.


                Penjelajah Antariksa: Bencana di Planet Poa adalah buku pertama dari seri Penjelajah Antariksa karya Djokolelono yang sudah pernah diterbitkan oleh Gramedia tahun 1985. Seri ini diterbitkan lagi oleh KPG tahun 2015 dengan sampul yang lebih kekinian. Keputusan menerbitkan seri ini sungguh tidak keliru karena buku ini memang benar-benar bagus. Di buku pertama ini, pembaca akan langsung diseret ke pertempuran di Planet Poa (padahal ini baru di buku satu tapi sudah langsung masuk aksi, inilah yang keren) dengan menggunakan empat karakter anak-anak sebagai pemandu cerita. Vied, Veta, Stri, dan Raz adalah empat anak pemberani dan jenius dari bangsa Terra yang tinggal di Planet Poa. Planet Poa sendiri awalnya ditemukan oleh bangsa Terra (manusia bumi di masa depan) sebagai planet kosong yang subur. Namun, kemudian mereka mengetahui bahwa Poa bukanlah planet kosong. Penduduk asli Poa ternyata tinggal di bawah permukaan tanah planet Poa selama 6 bulan musim panas dan baru keluar ke permukaan pada 6 bulan musim dingin.

                Kecanggihan penulis dalam meracik setting Planet Poa patut diacungi jempol. Planet Poa ini mengalami gerhana matahari selama 6 bulan. Penulis menggunakan penjelasan garis edar planet Poa yang aneh sehingga seluruh planet itu akan tertutup bulan Flavo dan mengalami gerhana matahari total selama 6 bulan. Masa  6 bulan ini menjadikan lautan di Poa membeku, udara turun drastis, dan tanaman pangan tidak bisa tumbuh. Pada masa 6 bulan ini, Kaum Terra akan berdiam di sebuah kota berkubah yang melindungi mereka dari dingin yang membekukan. Sebaliknya, 6 bulan masa kegelapan inilah waktu ‘musim panas’ bagi penduduk asli Poa yang berbulu tebal. Tentu saja, konflik pun muncul antara bangsa asli Poa dan penduduk Terra—meskipun kaum Terra setuju untuk segera pindah dari planet itu asal mereka diberi kesempatan untuk menyelesaikan pembangunan armada antariksa.

                Belum selesai pesawat itu dibangun, datanglah kaum Terra dari planet lain. Berbeda dari kaum Terra yang ada di planet Poa, kaum Terra pendatang ini (selanjutnya kita sebut Terra Asing) bertekad untuk menguasai Poa sepenuhnya, meskipun harus dengan membasmi penduduk Poa. Ketika para Terra Asing itu mendapati bangsa Terra di Poa tidak setuju dengan rencana itu, mereka bahkan tidak ragu-ragu untuk menyerang sesama bangsa Terra yang telah lebih dulu ada di Poa. Jadi, garis besar pertempuran di buku ini adalah bangsa Terra Asing dari Armada Antariksa versus bangsa Terra yang ada di Planet Poa. Pertempuran itu semakin seru karena kedua pihak sama-sama mengeluarkan intrik dan senjata rahasia, menjadikannya sebuah kisah perang yang komplet. Pembaca tidak hanya disuguhi pertarungan antar pesawat luar angkasa dengan laser dan nuklir, namun juga adu strategi serta pembajakan jalur komunikasi. Jika boleh saya bilang, inilah buku fiksi paling ‘Star Wars’ (dalam arti yang positif tentu saja) yang pernah terbit di Indonesia sejauh ini.  

8 comments:

  1. Kayaknya bukunya keren ya mas... *lirik kanan-kiri, siap-siap nyari pinjeman*

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bisa pinjem Kak Cindy tuh, Mbak :)

      Delete
    2. Oh, ide bagus itu masDi.... *panggil mbak Cyn pake toa*

      Delete
  2. Wah keren reviewnya mas hehehe..

    ReplyDelete
  3. Jadi ngiler pengen baca meskipun genre-nya bukan saya banget. Saya penasaran dengan kaum Terra, apakah bentuknya persis seperti manusia atau sudah ada mutasi lagi?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Masih mirip dengan manusia, tapi teknologi lebih canggih. Yang berevolusi di buku ini sepertinya lebih ke mental orang Terra, terutama orang Terra asing yang jadi sangat tidak punya hati nurani. Tapi, nilai-nilai kepahlawanan dan keberanian masih dijunjung tinggi di buku ini.

      Delete
  4. Pernah baca nih buku ini. Emang bagus bagus banget, apalagi kalo diliat tahun terbit pertamanya itu tahun 80an. Rasanya takjub ngeliat penulis Indonesia punya ide 'dunia masa depan' yang seperti itu, sebuah science-fiction yang kayaknya ga bakal di duga ada di zaman itu, apalgi di Indonesia. Salut buat Pak Djokolelono, emang legend dah :v buku2 lainnya selain seri Penjelajah Antariksa juga bagus sekali. Contohnya Anak Rembulan, yang fantasi juga meski lebih ke history. Pokoknya karya beliau wajib dibaca hahaha.

    ReplyDelete