Search This Blog

Monday, March 7, 2016

Spora

Judul: Spora
Pengarang: Ahmad Alkadri
Tebal: 235 hlm
Cetakan: 1, Oktober 2014
Penerbit: Moka Media


23280109

               Ketika membaca subjudul novel ini, yakni ‘Sebuah Novel Horor’; saya seharusnya sudah siap dengan ending-nya yang khas cerita horor. Ending yang tak tuntas, yang dipotong sedemikian keji demi meninggalkan jejak cekam di benak pembaca saat menutup halaman terakhir buku. Sebelum baca Spora, hilangkan dulu harapan akan mendapatkan kisah petualangan yang menyenangkan ala-ala Lima Sekawan, alih-alih bersiaplah mendalami kisah gore ala goosebums dalam derajat yang lebih berdarah-darah.

                Spora, seperti terlihat dari judulnya, memiliki alur kisah yang dimulai dari spora sejenis jamur ganas dari Brazil. Spora jamur ini di dunia nyata hanya menginsfeksi inang-inang berukuran kecil seperti semut dan serangga lainnya. Konon,  spora jamur ini jika sudah masuk ke tubuh inang, maka dia akan mengambil alih kendali atas kesadarannya sebelum akhirnya jamur-jamur ini menguasai si inang dan memanfaatkannya untuk terus  menyebarkan sporanya. Penulis kemudian mengembangkan fakta unik ini dengan memindahkan kasus infeksinya kepada manusia sehingga ceritanya pun semakin greget.

                Kisah diawali dengan terbukanya sebuah stoples aneh berisi jamur langka dari Brazil yang ditaruh di sebuah ruang extrakurikuler sebuah sekolah di Bogor. Pagi harinya, sang satpam sekolah ditemukan telah tewas dengan kepala meledak di lapangan sekolah.  Tidak ada yang tahu apa yang sebenarnya terjadi, polisi pun langsung melakukan penyelidikan, termasuk mengintrogasi Alif, seorang siswa yang menjadi saksi mata pertama penemuan korban.  Kondisi korban juga ikut memberatkan Alif, yang memiliki masa lalu kelam yang coba disembunyikannya. Untungnya, ada Rina—cewek teman dekat Alif (teman sejak kecil maksudnya)—yang siap menemani Alif danjuga membantunya menyelidiki kejadian tragis tersebut.

                Kemudian, dua korban selanjutnya ditemukan. Lalu korban ketiga, keempat; Alif dan Rina sekarang harus berjuang demi menyelamatkan salah seorang teman mereka yang  kemungkinan menjadi korban selanjutnya. Apa yang sebenarnya terjadi? Benarkah semua kejadian tragis ini terkait dengan jamur misterius itu? Kalau di spoiler-in, buku ini jadi nggak seru bacanya. Jadi, ayo beli atau pinjem sana. Spora dengan ide cerita yang unik telah memberikan pengalaman membaca yang horor buat saya, mengingatkan kembali pada seri Goosembums yang entah sudah berapa tahun lalu saya bacanya. Hanya saja, Spora leih berdarah-darah, dengan belokan kencang dan plot yang ramai tapi rapi, bukti dari betapa naskah ini pasti telah bolak-balik diterima-dikirim-balik di meja redaksi.


                Saya suka ide cerita dan eksekusi kisah horor dalam Spora, benar-benar tidak nanggung dan dengan banyak sekali cipratan darah. Untuk ukuran penulis lokal, Spora adalah sebuah pencapaian yang akan memperkaya khazanah fiksi horor (yang mungkin masih sedikit) di Indonesia pada era 2000-an ini. Jempol untuk naskah ini terutama pada plotnya yang rapi, bahasa dialog yang enak didengar, serta karakterisasi yang lumayan matang. Meski agak meniru pola tulisa horor ala barat, setting Bogor-nya yang khas membuat membaca Spora tidak seperti membaca novel terjemahan (dan itu sesuatu yang bagus). Kekurangannya (menurut saya) ada pada eksekusi ending yang terlampau sadis. Ya, saya tahu ini memang novel horor, tapi kan, tapi kan, tapi kan … . 

Spora akan jadi bacaan yang luar biasa ketika dia berjodoh dengan pembaca yang tepat. Trus, sampul dan tata isi novel ini adalah yang paling keren  di buku ini!

No comments:

Post a Comment