Judul: Spora
Pengarang: Ahmad Alkadri
Tebal: 235 hlm
Cetakan: 1, Oktober 2014
Penerbit: Moka Media
Ketika
membaca subjudul novel ini, yakni ‘Sebuah Novel Horor’; saya seharusnya sudah
siap dengan ending-nya yang khas
cerita horor. Ending yang tak tuntas, yang dipotong sedemikian keji demi
meninggalkan jejak cekam di benak pembaca saat menutup halaman terakhir buku.
Sebelum baca Spora, hilangkan dulu
harapan akan mendapatkan kisah petualangan yang menyenangkan ala-ala Lima Sekawan, alih-alih bersiaplah
mendalami kisah gore ala goosebums
dalam derajat yang lebih berdarah-darah.
Spora, seperti terlihat dari judulnya,
memiliki alur kisah yang dimulai dari spora sejenis jamur ganas dari Brazil.
Spora jamur ini di dunia nyata hanya menginsfeksi inang-inang berukuran kecil
seperti semut dan serangga lainnya. Konon, spora jamur ini jika sudah masuk ke tubuh
inang, maka dia akan mengambil alih kendali atas kesadarannya sebelum akhirnya jamur-jamur
ini menguasai si inang dan memanfaatkannya untuk terus menyebarkan sporanya. Penulis
kemudian mengembangkan fakta unik ini dengan memindahkan kasus infeksinya
kepada manusia sehingga ceritanya pun semakin greget.
Kisah diawali dengan
terbukanya sebuah stoples aneh berisi jamur langka dari Brazil yang ditaruh di sebuah
ruang extrakurikuler sebuah sekolah di Bogor. Pagi harinya, sang satpam sekolah
ditemukan telah tewas dengan kepala meledak di lapangan sekolah. Tidak ada yang tahu apa yang sebenarnya
terjadi, polisi pun langsung melakukan penyelidikan, termasuk mengintrogasi
Alif, seorang siswa yang menjadi saksi mata pertama penemuan korban. Kondisi korban juga ikut memberatkan Alif,
yang memiliki masa lalu kelam yang coba disembunyikannya. Untungnya, ada Rina—cewek
teman dekat Alif (teman sejak kecil maksudnya)—yang siap menemani Alif danjuga
membantunya menyelidiki kejadian tragis tersebut.
Kemudian,
dua korban selanjutnya ditemukan. Lalu korban ketiga, keempat; Alif dan Rina
sekarang harus berjuang demi menyelamatkan salah seorang teman mereka yang kemungkinan menjadi korban selanjutnya. Apa
yang sebenarnya terjadi? Benarkah semua kejadian tragis ini terkait dengan jamur
misterius itu? Kalau di spoiler-in,
buku ini jadi nggak seru bacanya. Jadi, ayo beli atau pinjem sana. Spora dengan ide cerita yang unik telah
memberikan pengalaman membaca yang horor buat saya, mengingatkan kembali pada
seri Goosembums yang entah sudah
berapa tahun lalu saya bacanya. Hanya saja, Spora
leih berdarah-darah, dengan belokan kencang dan plot yang ramai tapi rapi,
bukti dari betapa naskah ini pasti telah bolak-balik diterima-dikirim-balik di
meja redaksi.
Saya
suka ide cerita dan eksekusi kisah horor dalam Spora, benar-benar tidak nanggung dan dengan banyak sekali cipratan
darah. Untuk ukuran penulis lokal, Spora adalah
sebuah pencapaian yang akan memperkaya khazanah fiksi horor (yang mungkin masih
sedikit) di Indonesia pada era 2000-an ini. Jempol untuk naskah ini terutama
pada plotnya yang rapi, bahasa dialog yang enak didengar, serta karakterisasi
yang lumayan matang. Meski agak meniru pola tulisa horor ala barat, setting
Bogor-nya yang khas membuat membaca Spora
tidak seperti membaca novel terjemahan (dan itu sesuatu yang bagus).
Kekurangannya (menurut saya) ada pada eksekusi ending yang terlampau sadis. Ya, saya tahu ini memang novel horor,
tapi kan, tapi kan, tapi kan … .
Spora akan
jadi bacaan yang luar biasa ketika dia berjodoh dengan pembaca yang tepat. Trus, sampul dan tata isi novel ini adalah yang paling keren di buku ini!
No comments:
Post a Comment