Judul: Memoria
Pengarang: Priscila Stevanni
Penyunting: Bonni Rambatan
Cetakan: 1, Oktober 2015
Tebal:275 hlm
Penerbit: Kosong
Pengarang: Priscila Stevanni
Penyunting: Bonni Rambatan
Cetakan: 1, Oktober 2015
Tebal:275 hlm
Penerbit: Kosong
(sumber: goodreads)
“Bukan ingatan fotografis yang
membuatku special, tapi bagaimana aku menggunakannya. Itu yang menjadikannya
berharga.” (hlm 50)
Mari berkenalan dengan Maira, seorang
remaja cewek yang diberi kelebihan dengan memori fotografis yang membuatnya
mampu mengingat banyak hal hanya dengan sekali memandangnya. Apa yang
dilihatnya akan secara otomatis terpotret dalam otaknya, membuatnya mudah mengingat
hampir segala hal, mulai dari materi pelajaran hingga kenangan-kenangannya.
Maira ini punya sahabat cowok yang sangat dekat dengnnya semenjak kecil hingga
mereka SMA, namanya Rega. Suatu hari, tiba-tiba Rega menghilang. Tidak hanya
orangnya yang hilang, melainkan juga keberadaannya. Tiba-tiba, cowok itu seolah
tidak pernah ada di dunia ini. Semua teman, orang tua, bahkan para guru mengaku
tidak mengenal siapa Rega. Maira pun putus asa, sepertinya hanya dia sendiri
yang tahu bahwa sosok Rega pernah ada. Cewek itu bahkan sampai dibawa ke
psikiater karena diduga mengalami delusi.
Belum selesai satu kecemasan, sudah muncul masalah lain. Delapan bulan setelah Rega hilang, Maira tiba-tiba dibawa ke sebuah tempat asing di masa depan. Gadis itu mendapati dirinya telah berada di Jakarta pada tahun 2097. Kala itu, Bumi dalam kondisi kering kerontang, sangat gersang akibat perang dan bencana alam yang mengubah drastis kondisi Bumi sehingga rusak parah. Teknologi manusia memang telah jauh berkembang saat itu (telepon hologram dan ada mesin penyedia makanan instan ala Doraemon), namun tetap saja Bumi telah sedemikian panas dan gersang. Perlahan Maira tahu, dia dibawa ke masa depan lewat mesin waktu oleh sebuah kelompok bersenjata STARKE FORCE, salah satu aliansi manusia yang masih bertahan di Bumi kala itu.
" ... karena setiap manusia punya tugas masing-masing di dunia ini. Misi yang harus kita jalankan selama hidup." (hlm. 273)
Satu kejutan lagi menanti Maira di masa
ini, Rega kembali. Tapi, Rega yang ini sama sekali berbeda dengan Rega yang
dikenalnya di tahun 2015. Sosok dan tubuhnya sama, tetapi Rega masa depan sama
sekali tidak mengenal Maira. Belum sempat Maira pulih benar, terjadi peristiwa
pertempuran lain antara STARKE FORCE dengan sekelompok prajurit milik aliansi
saingan dan lagi-lagi Maira tak berdaya terjebak di dalamnya. Apa yang
sebenarnya terjadi? Siapa sebenarnya Maira? Mengapa Rega lupa ingatan dan
menghilang dari ingatan orang-orang? Memoria,
sebuah novel perjalanan waktu yang dipadu dengan kisah aksi ala dystopia dan romansa anak muda, ini akan
turut memperkaya khazanah fiksi fantasi karya anak bangsa.
"Lilin itu indah ya, ... kelihatan rapuh sekaligus kuat, kayak manusia." (hlm. 55)
Hal yang saya suka dari Memoria adalah cara penulis bercerita
yang sedemikian lancar dan mulus. Alurnya berjalan cepat, dengan potongan
adegan aksi yang mengingatkan kita pada seri The Maze Runner campur Divergent.
Dari awal, penulis sudah membikin
pembaca penasaran tentang apa sebenarnya yang menimpa Maira, dan semakin ke
belakang, penulis berhasil menjaga alurnya tetap cepat sebelum mencapai ending yang sayang sekali terkesan
terlalu dicepatkan. Kekurangan dari novel ini adalah beberapa hal yang
sepertinya digampangkan oleh penulis, mulai dari prosedur pengobatan luka
tembak yang dialami Maira, hingga tentang penghapusan memori mengenai Rega yang
seharusnya bisa diperinci lagi. Menurut saya, penulis terlalu fokus pada alur
dan aksi sehingga agak mengabaikan detail. Saya juga kurang suka sama sosok Rega yang terlalu sempurna, juga ilustrasi di halaman dalam kurang besar. Semoga, kisah ini masih ada sambungannya karena memang ceritanya seru dan bikin nagih andai dikembangkan lagi.
"Dan, untuk itu aku akan berjuang. Untuk Bumi yang lebih baik." (hlm. 275)
No comments:
Post a Comment