Search This Blog

Saturday, May 16, 2015

Shatter Me

Judul     : Shatter Me
Pengarang          : Tahereh Mafi
Penerjemah       : Dina Begum
Penyunting        : Prisca Primasari
Cetakan               : 1, Oktober 2012
Sampul                 : Windu Tampan
Tebal                     : 445 hlm
Penerbit              : Mizan Fantasy

 16156370
                
Satu lagi novel bergengre dystopia yang meramaikan pasaran. Kali ini, ada sebuah karya dari seorang penulis perempuan asal Iran yang membawa pembaca menuju dunia Juliette, seorang gadis yang dikurung dikucilkan masyarakat karena dianggap berbahaya. Juliette bisa membunuh seseorang hanya dengan menyentuhnya. Dia adalah senjata hidup yang berjalan, kutukan maut yang melenggang bebas di Bumi yang semakin hancur. Dia adalah ancaman. Karena itulah, Juliette kemudian dikurung dalam sebuah penjara rumah sakit jiwa, tidak mengetahui dunia luar, tidak ada yang peduli, terkurung sendirian, dijauhi, dibenci. Sampai kemudian, datanglah Adam. Pemuda tampan itu tiba-tiba dimasukkan begitu saja pada suatu hari atau malam ke dalam kamar sel penjara Juliette, dan untuk pertama kalinya, keberadaan Adam membuat Juliette kembali ingin bersentuhan dengan manusia lainnya.



                Dituliskan dengan sudut pandang Juliette, kita bisa mengamati kondisi jiwa dan pikiran si gadis yang sudah begitu lama tak tersentuh dikucilkan ini. Dunia membencinya, orang-orang menjauhinya karena sentuhan mautnya, karena itulah bagian-bagian awal buku ini terasa begitu muram, lambat, dan membikin depresi, gelap sekali. Kita bisa merasakan bagaimana menderitanya Juliette sampai dia seolah telah tiba pada tahap ketika dia tidak peduli akan hidup atau mati. Dia membenci kutukan yang menimpa dirinya. Sampai kemudian, kedatangan Adam dan persinggungannya dengan pemuda itu kembali memantik bara-bara gejolak jiwa remaja kehidupan dalam diri Juliette. Untuk pertama kali dalam hidupnya yang mengenaskan, dia ingin menyentuh dan disentuh oleh Adam. Seluruh tubuhnya gatal ingin merasakan sentuhan sang pemuda, juga disentuh olehnya. Tapi, haruslah Juliette mengedepankan kegatelannya cintanya dan membuat Adam terbakar oleh sentuhannya?

                Belum selesai dengan Adam, datanglah Warner. Sebagaimana Adam, pemuda ini juga memiliki perhatian khusus terhadap Juliette. Untuk yang pertama dalam kehidupannya, gadis itu mendapati ada dua pemuda yang tiba-tiba tertarik kepadanya. Hanya saja, sementara Adam mungkin tulus mencintai dan ingin menyelamatkan Juliette, Warner menganggap Juliette sebagai senjata dan dia ingin menggunakannya. Sekali lagi, Juliette menyadari bahwa kutukan yang menimpa tubuhnya ternyata dianggap sebagai sebuah kelebihan oleh orang lain. Gadis itu harus kembali mempertimbangkan kenyataan yang menimpa dirinya, sentuhan maut yang dimilikinya itu, sebenarnya sebuah kutukan ataukah kelebihan?

                Ramuan cinta segitiga sepertinya memang menguasai genre young adult-dystopian di pasaran. Sebagaimana Bella-Edward-Jacob dan Katniss-Peeta-Gale, dalam Shatter Me pembaca disuguhi dengan perebutan satu cinta oleh dua pemuda: Juliette-Adam-Warner. Dalam buku pertama dari trilogi ini, Juliette tampaknya lebih condong kepada Adam, entah kalau di buku kedua atau ketiga, karena penulis zaman sekarang menurut saya gemar sekali membuat twist yang keterlaluan beloknya, bikin pembaca gemes. Karena dituturkan dari sudut pandang Juliette, pantaslah kalau novel ini terasa begitu lambat dan muram di awal. Perkembangannya mulai menanjak saat sampai di pertengahan buku, ketika Juliette akhirnya mulai mengenal Adam dan Warner, serta munculnya sebuah dunia baru dengan kedatangan kedua pemuda itu. Semakin ke belakang semakin seru.

                Sangat disayangkan, mengapa keseruan di belakang itu tidak lebih awal saja datangnya. Maksudnya begini, ada terlalu banyak jeda dan mutar-mutar galau yang harus dialami Juliette sebelum akhirnya dia tiba di titik ketika dia menyadari kutukan itu adalah kelebihan. Terlalu banyak romantisme yang merentang antara jari-jari berkekuatan super milik Juliette dengan tembok tebal yang bisa dihancurkannya dengan sentuhan. Ini seperti kisah pencarian Rogue dalam X Men sebelum akhirnya dia bertemu Dokter Xavier, kecuali ada tambahan romance yang luar biasa membludak di antara kedua titik peristiwa itu. Seadainya saja, banyak adegan aksi disisipkan diantara relung-relung romansa yang memenuhi hampir ¾ buku ini, pasti Shatter Me akan terasa lebih petjah.

                Tentang karakter, saya sebenarnya suka dengan karakter gatel Juliette yang begitu menyakinkan, tapi jujur. Dia tidak menyembunyikan kegatelan keinginan hormone remajanya yang meluap-luap, bayangkan saja seumur hidup dilarang menyentuh orang dan kemudian dia tiba-tiba mendapati cowok yang dia sukai ternyata ada di dekatnya, dan dia juga ingin menyentuhnya. Suka juga dengan ungkapan-ungkapan hiperbolis yang sering diceletukkan oleh gadis ini. Whoa, pipinya merona seperti gunung mau meletus, senyumnya selebar Planet Jupiter, langit malam adalah segentong ter yang mencekik leher kami. Sebaliknya, karakter Adam terasa sangat kaku dan formal, tipe-tipe cowok hero standar yang berjuang hingga berdarah-darah demi Juliettenya. Untuk Warner, saya masih belum dapat kenapa dia tiba-tiba bisa ikut cinta tertarik pada Juliette. Karakter paling menyita perhatian menurut saya adalah karakter Kenji yang ceplas-ceplos, urakan, dan dianugrahi kepedean selebar planet Jupiter. Keberadaannya memusnahkan aura muram yang menguasai buku ini. Sampulnya, wow! Tiga bintang untuk buku ini: satu untuk hiperbolis Juliette, satu untuk sentuhan dahsyatnya, dan satu untuk Kenji Mishimoto.


                Saya jadi ingin membaca dua buku selanjutnya. Semoha aroma Xmen semakin kuat di buku 2 dan 3. 

2 comments: