Search This Blog

Wednesday, April 22, 2015

The False Prince

Judul: The False Prince
Penulis: Jennifer A. Nielsen
Penerjemah: Cindy Kristanto
Penyunting: Primadonna Angela
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Cetakan 1, September 2013
Tebal: 392 halaman
ISBN: 978-979-229-832-1

18516001 

Ternyata, cerita yang berbeda tidak selalu WOW bagi saya. The False Prince sudah beberapa bulan menggoda dan menarik-narik saya untuk membelinya. Beragam review bertebaran menyebut kalau buku ini beda, sama sekali baru dan tidak sama dengan novel-novel sejenis yang lainnya. Bintang lima yang dengan royal diberikan untuk buku ini segera memacu saya untuk mencarinya, tapi sayangnya stok habis di toko buku langganan saya. Karena sudah telanjur penasaran, saya pun meminjam buku ini ke Dhila. Kemudian, yay akhirnya saya bisa membaca buku ini. Jadi gimana isinya? Ayo kita ulas sama-sama

Premis utama Pangeran Palsu mirip-mirip kisah The Prince and the Pauper tapi dalam versi yang lebih "Game of Throne". Ceritanya, seorang bangsawan bernama Conner mengumpulkan 4 orang anak yatim piatu dari penjuru negeri. Ada keserupaan di antara 4 anak ini, mereka rata-rata seumuran dan semuanya bocah laki-laki. Mereka adalah Sage, Latamer, Tobias, dan Roden. Tidak jelas apa maksudnya, tapi dari awal pembaca sudah diajak untuk menyukai tokoh Sage ini. Anak ini benar-benar deh, bandelnya nggak ketulungan. Terbiasa dibesarkan di jalanan telah membentuk Sage sebagai anak yang urakan, tidak mau diatur, dan kadang tidak punya sopan santun kepada orang tua, kepada bangsawan sekalipun. Keunikan Sage inilah, karena beda banget dari karakter-karakter hero di buku-buku sejenis, yang membuat buku ini menarik.

Di awal, masih belum jelas alasan mengapa empat anak itu diculik. Tetapi, semakin ke tengah mulai terlihat alur ceritanya. Rupanya Conner hendak 'membuat' Pangeran Palsu untuk menggantikan sang pangeran asli yang konon telah hilang atau terbunuh. Dari 4 anak itu, akan dipilih satu anak yang lolos seleksi, yakni yang paling mirip dengan si pangeran yang hilang. Sementara ketiga bocah lainnya, Connor menginsyaratkan akan membunuh tiga anak yang tersisih karena mereka tahu terlalu banyak. Premis inilah yang makin membuat cerita di buku ini menarik. Bayangkan, 4 bocah bersaing habis-habisan demi tetap bertahan hidup, agak semodel dengan Hunger Games gitu deh, tapi yang ini versi lebih lembut.

Penulis pandai sekali memunculkan karakter yang tak terlupakan. Karakter paling menyita perhatian tentu saja Sage. Dari 4 bocah itu, dialah yang paling tidak mirip dengan pangeran: ya warna rambutnya, ya urakannya, ya kelakuannya, ya bicaranya. Tapi, seiring dengan jalannya cerita, bocah-bocah itu turut mengalami perubahan, termasuk Sage. Ketika akhirnya sang pangeran palsu ditampilkan, kehebohan pun melanda kerajaan. Peta politik berubah, dan anak-anak itu harus berjuang di tengah hiruk pikuk politik para bangsawan kerajaan yang keras. Siapakah sang pangeran palsu yang terpilih?

The False Prince memang jenis novel yang bergerak cepat, menyita perhatian, dan memiliki sesuatu yang bisa memaksa pembaca untuk tidak berhenti membaca sebelum sampai di halaman terakhir. Separuh pertama, saya sangat menyukai buku ini, dan mungkin terpikir akan memberi bintang lima. Buku ini memang beda. Tokoh-tokohnya kuat, dan alurnya susah ditebak. Kemudian, si penulis menjanjikan twist yang lihai, dan saya sangat menantikan kelokan nan lihai itu.

Menjelang 2/3 isi buku, saya sudah bisa menebak siapa sang pangeran. Gampang kok, kalau terbiasa baca buku-buku sejenis pasti langsung bisa membaca arahnya. Saya masih menantikan twist yang lihai itu. Jadi saya terus membaca, dan sampai ke halaman-halaman terakhir, saya dengan setia maish menunggu kejutan itu. Kejutan yang akan membuat saya terpesona, terngangga, tersyakwasangka *halah* untuk kemudian menepuk jidat tetangga *plak*. Tapi, halaman terakhir sampai, dan loh, mana twist nan lihai itu? Ternyata oh ternyata, twistnya adalah siapa sejatinya sang pangeran. Duh, gitu doang kok lihai sih. Dengan sangat terpaksa, saya menurunkan bintang untuk buku ini karena saya semacam ditipu oleh si lihai-lihai itu.

Tapi, ini memang novel yang bagus. Pengolahan karakternya luar biasa. Percakapan-percakapan berat dimunculkan tapi tetap bisa dicerna. Tokoh paling menyita perhatian tentu saja Sage. Omongannya Sage ini duh kayaknya terlalu berat untuk anak usia 15 tahun, mulutnya licin sekali, untung masih ketutupan sama badungnya yang saya suka LOL!
 

Plus, covernya juara. Walau kalau dilihat dari dekat sepertinya agak-agak alay dan kekanakan (bandingkan dengan isinya yang politik banget), tapi dari jauh sampul buku ini sangat eye catching. Perpaduan indah antara biru luar angkasa, biru yang berbintang, bersanding dengan warna emas mahkota yang berkilauan. Warnanya berkilauan, tajam, tapi tidak menyilapkan mata. Dari segi suntingan, ada beberapa typo tapi terjemahannya enak kok menurut saya. Ini buku yang bagus, cobalah.

2 comments:

  1. Covernya unyu kak ;3 aku baru denger soal buku ini, dan sepertinya aku juga harus berkenalan dan mencari si 'lihai-lihai' itu x) Hihi~

    ReplyDelete
  2. Hahaha kudu kenalan dulu sama Sage. Baca deh :)

    ReplyDelete